Kasongan adalah nama dukuh atau kampung yang secara administratif termasuk desa/kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta atau 7 km di selatan Kodya Yogyakarta. Dukuh ini tak ada bedanya dengan dukuh di sekitarnya yang kehidupan masyarakatnya dari mengolah tanah pertanian, hidupnya sederhana, rukun dan semangat gotongroyongnya sangat kuat dan lain-lain sifat hidup pedesaan ada di sana.
berkat ketekunannya "mengolah tanah" dijadikan tembikar atau gerabah, yakni barang pecah-belah tradisional yang dibuat dari tanah liat bakar, suatu kemahiran turun-temurun yang diwarisi dalam masyarakat sejak masa prasejarah yang dipertahankan dan dikembangkan terus hingga sekarang sehingga terkenal baik di dalam negeri atapun mancanegara.
Tradisi pembuatan tembikar semacam ini juga masih terdapat di mana-mana, tetapi Kasongan memang mempunyai ciri-ciri serta model-model tertentu yang banyak penggemarnya baik di desa, di kota-kota bahkan para wisatawan asing. Pada umumnya wisatawan cak puas hanya dengan membeli hasil karya masyarakat Kasongan itu di toko-toko sovenir di kota Yogyakarta khususnya, tetapi banyak pula yang berusaha mengunjungi tempat pembuatannya
Berbagai Bentuk Tembikar Kasongan
Tidak seorang pun pengrajin tembikar di dukuh Kasongan dan ± 12 dukuh lain di sekitarnya mengetahui asal-usul dan sejak kapan kegiatan membuat tembikar di sana dimulai. Yang diketahui oleh ± 171 orang pengrajin itu hanyalah bahwa bukan hanya ibunya, neneknya pun sudah pandai membuat gerabah. Barang-barang yang menghasilkan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni alat dapur, bahan bangunan dan barang hiasan. Alat dapur banyak jenisnya dan terutama dibuat oleh kaum ibu. Bahan bangunan terutama berupa genting dan bata, pembuatannya terutama kaum bapak, sedangkan benda hias terutama oleh generasi muda yang kreatif.
Alat-alat Dapur
Alat-alat dapur sebagai benda pakai inilah rupanya hasil-hasil tertua, yang kegunaannya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik rumah tangga, sosial maupun kehidupan spiritual. Benda-benda itu antara lain
Benda-benda Hiasan
Benda-benda pakai ada yang dibuat dengan cermat sehingga bernilai seni. Di samping itu ada benda-benda yang memang dibuat untuk hiasan, pajangan yang bernilai seni. Hasil yang berupa benda-benda pajangan yang artistik inilah yang memacu kegiatan seniman pengrajin tembikar Kasongan dan berakibat mencuatnya nama Kasongan sebagai tempat penghasil seni kerajinan tembikar Kasongan dan kini banyak ditangani oleh angkatan muda yang kreatif. Benda-benda yang dihasilkan antara lain:
Pihak Pemerintah baik dari Depdikbud maupun Perindustrian terus memberikan bimbingan penyuluhan dan dorongan untuk menghasilkan benda-benda yang bermutu dan yang dapat dipasarkan secara luas. Dorongan itu antara lain dengan mengadakan pameran-pameran di kota-kota besar, yang ternyata hasilnya memang mengagumkan. Pameran di luar negeri pun pernah diselenggarakan.
Karena minat konsumen tergugah, penggemar makin luas, maka semangat kaum muda di Kasongan dan sekitarnya tergugah. Hal ini tentunya sangat menggembirakan dan semoga tidak hanya berhenti sampai di sini saja.
Dengan modal kemahiran dan pengalaman yang kita warisi dari nenek moyang itu marilah kita songsong hari depan yang lebih gemilang.
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1022/tembikar-kasongan#photo[gallery]/1/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja