720 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
4_Rampak Alu
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Lampung

Rampak Alu merupakan golok yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang ada kaitannya dengan kegiatan ibu-ibu di dapur. Golok seperti ini biasanya berkualitas rendah, tidak banyak unsur bajanya dan kurang tajam. Pande golok Menggala juga memproduksi golok dapur, bahan bakunya berasal dari komponen mobil yang tidak terpakai, yaitu per mobil bekas. Golok dapur biasanya tidak dilengkapi dengan sarung (wrangka), sedang cara penyimpanannya sembarang karena cukup disisipkan di dinding sudut-sudut dapur.   Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-lampung/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
4_Canduk Kawik
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Lampung

Canduk Kawik m erupakan Golok yang digunakan untuk keperluan di ladang seperti menyiangi, membersihkan semak, memotong ranting, dan lain sebagainya. Golok ladang biasanya juga tidak berkualitas tinggi, namun dibandingkan golok dapur masih lebih baik. Unsur bajanya tidak bagitu menonjol. Golok ladang biasanya dilengkapi dengan sarung (wrangka/cantil) tetapi lebih banyak yang tidak dilengkapi dengan sarung.   Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-lampung/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
4_Lancip
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Lampung

Lancip merupakan sebuah golok yang berkualitas tinggi. Sebuah golok yang sangat tajam karena unsur bajanya menonjol, untuk membuat golok ini pande golok di Manggala Lampung Utara, biasanya bahan baku yang digunakan adalah klaher bekas mobil. Masyarakat akan lebih suka apabila golok pegangan istimewa ini ukuran mata tajamnya pendek, seperti golok cibaru yang berukuran tidak lebih dari 25 cm panjangnya. Golok yang berukuran demikian ini dipandang lebih praktis dan tidak merepotkan jika di bawa pergi. Untuk lebih menambah kepraktisan diselipkan dipinggang, maka golok seperti ini dillengkapi dengan sarung yang terbuat dari dua bilah kayu ringan yang diikat dengan lilitan-lilitan rotan atau tanduk, ada beberapa daerah dilampung menyebutnya laduk/lancip.   Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-lampung/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
5_Cerita Putri Siluman Dari Lampung part 1
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Lampung

Alkisah, di satu negeri di daerah Lampung, Indonesia, ada seseorang raja yang telah beberapa puluh th. mengarungi bahtera rumah tangga berbarengan permaisurinya, tetapi belum dikaruniai seseorang anak. Sang raja tak sabar lagi menginginkan selekasnya memiliki putra yang nantinya bakal menukar kedudukannya. Ia juga mulai putus harapan lantaran beragam jenis usaha sudah dikerjakannya, namun belum satu membawa hasil. Satu hari, saat sang raja tengah cerita rakyat duduk termenung seseorang diri di singgasananya, mendadak seseorang pengawal istana datang menghadap. “Ampun Baginda, bila kehadiran hamba mengganggu ketenangan Baginda! ” lapor pengawal itu. “Kabar apa yang bakal anda berikan pengawal? ” bertanya sang raja. “Ampun, Baginda! Mudah-mudahan berita yang hamba bawa ini yaitu berita senang buat Baginda, ” kata si pengawal. “Kabar apakah itu, hai pengawal? Cepat katakan kepadaku! ” seru sang raja. “Ampun, Baginda...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
5_Kisah dua orang bersaudara
Alat Musik Alat Musik
Lampung

Disebuah desa yang subur, hiduplah dua lelaki bersaudara. Sang kakak telah berkeluarga dengan 2 orang anak, sedangkan si adik masih melajang. Mereka menggarap satu lahan berdua dan ketika panen, hasilnya mereka bagi sama rata. Disuatu malam setelah panen, si adik duduk sendiri dan berfikir. "pembagian ini sungguh tidak adil, seharusnya kakakku lah yang mendapat bagian lebih banyak karena dia hidup dengan istri dan kedua anaknya. Maka dimalam yang sunyi itu diam-diam dia menggotong satu karung padi miliknya dan meletakkanya dilumbung padi milik kakaknya. Ditempat yang lain, sang kakak juga berfikir, "pembagian ini adil jika adikku mendapat bagian yang lebih banyak, karena ia hidup sendiri, jika terjadi apa-apa dengannya tak ada yang mengurus, sedangkan aku ada anak dan istri yang kelak merawatku." Maka sang kakakpun bergegas mengambil satu karung dari lumbungnya dan mengantarkan dengan diam-diam ke lumbung milik sang adik. Kejadian ini terjadi bertahun-t...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
5_Wawaghahan (Warahan)
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Lampung

Wawaghahan (Warahan), yaitu cerita berirama. Ciri-ciri wawaghahan terlihat pada irama yang menyertai cerita tersebut, dan sifatnya liris (dipengaruhi pribadi dan emosi si pembawa cerita). Istilah Wawaghahan dikenal di Lampung Barat, sering kita dengar dari pembawa cerita (prosa) berirama, biasanya dibawakan oleh seorang nenek untuk cucu-cucunya, dengan irama sedemikian rupa, menaik dan menurun, menimbulkan kesan tertentu. Si pendengar akan terhanyut oleh irama yang mengiringi cerita yang disampaikan itu. Prosa berirama yang berasal dari daerah Liwa, misalnya, Si Cambai, Lindung Cumuk (= Belut Tercelup), dll. Warahan biasanya dilakukan pada saat sedang bekerja, seperti memetik cengkih atau menuai padi. Pada zaman dahulu, warahan dibawakan oleh orangtua ataupun kakek nenek dengan dikelilingi anak cucunya. Cerita rakyat berbentuk warahan ini, antara lain Radin Jambat, Anak Dalom, dan Sanghakhuk. Isi wawaghahan bersifat mendidik, menyadarkan semua orang agar berbuat baik, karena...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
5_Legenda Unang Batin
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Lampung

Unang Batin adalah seorang anak yang tinggal di kampung Putih Doh pada masa lampau. Sejak kecil Unang Batin telah mendapat didikan agama dan bela diri langsung dari ayahnya. Berkat didikan ayahnya, Unang Batin menguasai ilmu agama dan juga ilmu bela diri yang cukup. Ayahnya berharap Unang Batin akan dapat menjadi hulubalang kerajaan yang terampil, cakap, dan berani membela kebenaran. Pesan yang senantiasa berulang-ulang disampaikan ayahnya untuk Unang Batin adalah, "Jadilah seorang yang rendah hati. Gunakan ilmu padi, semakin merunduk jika engkau semakin berisi. Senantiasalah bersikap jujur, karena kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana pun juga engkau berada. Janganlah engkau sombong, karena kesombongan itu akan meruntuhkanmu di kemudian hari." Ketika Unang Batin menginjak usia remaja, ia pun mulai berkelana untuk menambah ilmu, terutarna ilmu bela diri dan kesaktian. Berbagai daerah telah disinggahinya. Ia mulai pengembaraannya di daerah Palembang. Berturut- turut kem...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
5_Si Bugu
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Lampung

Alkisah, pada zaman dahulu di suatu kampung di daerah Lampung ada seorang pemuda bernama Bugu. Dia sering disebut sebagai orang pandir karena daya berpikirnya yang sangat lemah. Si Bugu tinggal bersama Sang Ibu di sebuah gubug reot bersebelahan dengan hutan sekunder bekas digunakan sebagai areal perladangan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka bercocok tanam di ladang peninggalan milik ayah Bugu. Hasil ladang selain digunakan untuk keperluan sendiri juga dijual atau ditukarkan dengan barang lain di pasar terdekat.   Suatu hari, sepulang dari ladang anak-beranak ini duduk santai di depan gubuk mereka. Sambil menunggu matahari terbenam Sang Ibu menambal pakaian robek Si Bugu, sementara Si Bugu sendiri asyik berjongkok di depannya sambil menggores-gores tanah menggunakan sebatang ranting kering. Saat itu, entah serius atau hanya iseng untuk membuka pembicaraan, tiba-tiba Sang Ibu berkata, "Carilah seorang gadis untuk calon isterimu, anakku? Engkau sudah dewa...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
5_Sekh Dapur
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Lampung

Sekitar  tahun 1600 M, ada sebuah desa di ujung  selatan  Kampung Rajabasa  Kalianda. Tiap-tiap kampung diatur oleh kaum  penjajah. Ada  masalah  yang  sangat berbeda dengan  kerukunan  itu,  yakni asalah  mencari jodoh. Setiap anak orang yang  berpangkat  harus dijodohkan dengan anak orang yang berpangkat pula. Tidak jauh dari kampung ada sebuah kampung Prabang. Disini  ting­gal  seorang bujang yaitu Raden Sukat. Raden Sukat  telah  memadu kasih  dengan  seorang  gadis yakni Raden  Gayung.  Mereka  telah berjanji untuk bertunangan. Namun dijawab oleh orang tuanya, mana mungkin orang si gadis menerimanya, karena mereka tidak  memiliki apa-apa.  Tapi Raden Sukat memaksakan ayahnya untuk  menyampaikan maksudnya.   Keesokan harinya kedua orang tua Raden Sukat pergi ke rumah Raden Guyung, yang kaya raya itu. Setibanya mereka dipersilahka...

avatar
Sobat Budaya