Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Lampung Lampung
5_Si Bugu
- 20 Mei 2018
Alkisah, pada zaman dahulu di suatu kampung di daerah Lampung ada seorang pemuda bernama Bugu. Dia sering disebut sebagai orang pandir karena daya berpikirnya yang sangat lemah. Si Bugu tinggal bersama Sang Ibu di sebuah gubug reot bersebelahan dengan hutan sekunder bekas digunakan sebagai areal perladangan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka bercocok tanam di ladang peninggalan milik ayah Bugu. Hasil ladang selain digunakan untuk keperluan sendiri juga dijual atau ditukarkan dengan barang lain di pasar terdekat.
 
Suatu hari, sepulang dari ladang anak-beranak ini duduk santai di depan gubuk mereka. Sambil menunggu matahari terbenam Sang Ibu menambal pakaian robek Si Bugu, sementara Si Bugu sendiri asyik berjongkok di depannya sambil menggores-gores tanah menggunakan sebatang ranting kering. Saat itu, entah serius atau hanya iseng untuk membuka pembicaraan, tiba-tiba Sang Ibu berkata, "Carilah seorang gadis untuk calon isterimu, anakku? Engkau sudah dewasa."
 
"Baik, Ibu," jawab Si Bugu singkat.
 
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Si Bugu sudah beranjak dari rumah untuk mencari seorang gadis yang mau dijadikan sebagai isteri, sesuai dengan keinginan Sang Ibu. Namun, dari sekian banyak gadis yang dia temui tidak ada seorang pun mau menjadi isterinya. "Ibu, aku sudah mencari hingga ke ujung desa, tapi tak ada yang mau menjadi isteriku," keluh Si Bugu ketika sampai di rumah.
 
"Esok hari cobalah lagi, Bugu. Apabila engkau bertemu dengan seorang gadis yang hanya diam ketika ditanya, itu tandanya dia setuju," petunjuk Sang Ibu.
 
"Baik, Ibu," jawab Si Bugu singkat.
 
Hari berikutnya, Si Bugu mulai melakukan pencarian lagi ke tempat-tempat yang kemarin luput dikunjungi. Dan, sama seperti sebelumnya, hampir setiap gadis yang ingin diajak kawin selalu saja menolak. Hanya ada seorang saja yang ketika ditanya hanya diam saja. Gadis ini sebenarnya telah meninggal dunia karena terjatuh dari atas sebuah pohon. Namun karena Si Bugu benar-benar pandir, dia tidak mengetahuinya. Pikirnya, Sang Gadis telah menyetujui sehingga langsung saja digendong dan dibawa pulang.
 
Sesampainya di rumah Sang Gadis lalu dibawa masuk ke kamar. Selanjutnya, dia pergi ke dapur menemui Sang Ibu yang sedang menanak singkong untuk makan malam. "Ibu, aku telah mendapatkan calon isteri," katanya gembira.
 
"Baguslah, Bugu. Nanti ibu akan menemuinya," jawab Sang Ibu sambil terus memperhatikan nyala api dalam tungku.
 
Ketika singkong matang, dia berlanjut melakukan pekerjaan lain seperti biasanya. Menjelang malam barulah dia ingat kalau tadi Si Bugu telah berhasil membawa seorang gadis untuk dijadikan isteri. Namun, karena tidak ingin mengganggu Sang Gadis yang sedang beristirahat, diurungkanlah niat untuk bertemu. Pikirnya, nanti kalau makan malam dia pasti juga akan bertemu dengan Sang Gadis.
 
Saat makan malam tiba, ternyata yang keluar dari kamar hanyalah Si Bugu. Sang Ibu masih belum curiga dan menganggap bahwa Sang Gadis mungkin malu atau malah belum bangun dari tidurnya. Usai makan malam Sang Ibu masih tetap menunggu keluarnya Sang Gadis walau hanya sekadar buang air kecil atau menyantap makan malam yang memang sudah disediakan untuknya. Tetapi hingga menjelang tengah malam Sang Gadis tetap tidak menampakkan dirinya, sehingga Sang Ibu memutuskan untuk beranjak ke peraduan karena sudah tidak dapat menahan kantuk lagi.
 
Saat terbangun pada pagi harinya, seperti biasa Sang Ibu langsung beranjak ke dapur melewati kamar Si Bugu untuk membersihkan segala perabotan yang telah kotor. Ketika melewati kamar Si Bugu tersebut terciumlah bau busuk yang sangat menyengat, mirip seperti bau makhluk hidup yang telah mati. Penasaran, Sang Ibu pun lalu masuk ke kamar Si Bugu. Dan, betapa terkejutnya dia ketika melihat di ranjang Si Bugu ada seorang gadis telah terbujur kaku serta mengeluarkan bau busuk.
 
"Buguuu, cepatlah kemari!" jeritnya memanggil Si Bugu yang sedang berada di halaman.
 
"Ada apa, Bu," jawab Si Bugu sambil berlari ke dalam rumah.
 
"Gadis yang kau bawa itu telah mati!" kata Sang Ibu.
 
"Bagaimana Ibu tahu?" tanya Si Bugu.
 
"Dia telah berbau busuk. Itu tandanya dia telah mati. Kita harus cepat-cepat menguburkannya," jelas Sang Ibu.
 
"Oh, begitu," jawab Si Bugu polos.
 
Usai mengubur mayat Si Gadis, masih di sekitar kuburan tiba-tiba saja Sang Ibu buang angin alias kentut. Oleh karena mungkin sedang masuk angin atau mungkin juga belum buang air besar selama beberapa hari, maka kentut tersebut berbau busuk.
 
"Waduh, Ibu berbau busuk sekali. Rupanya Ibu juga telah mati!" teriak Si Bugu sembari berusaha mengangkat tubuh Sang Ibu untuk turut dikuburkan.
 
Menyadari dirinya akan dikubur, tentu saja Sang Ibu meronta dan berusaha melarikan diri. Tetapi ketika hendak dikejar, giliran Si Bugu yang kentut dan baunya bahkan lebih busuk dari kentut Sang Ibu. "Ah, ternyata aku juga telah mati," pikir Si Bugu.
 
Namun siapa yang dapat menguburkannya, Si Bugu sendiri menjadi bingung karena tidak ada seorang pun di sana. Dia hanya melihat sebuah sungai agak besar di dekat pekuburan, sehingga dia pun memutuskan untuk menenggelamkan diri di dalamnya. Beberapa saat setelah menenggelamkan diri Si Bugu mulai kekurangan oksigen lalu mengapungkan dirinya agar mendapat udara segar. Saai itu dia melihat Bakhetih, salah seorang tetangganya yang berprofesi sebagai pencuri.
 
"Hei, Bakhetih. Sedang apa engkau di sini?" tanya Si Begu.
 
"Sedang cari makan. Mau ikut denganku?" kata Bakhetih sekenanya.
 
"Baiklah," jawab Si Begu.
 
Dan, sesuai dengan profesinya, tentu saja Bakhetih mengajak Si Bugu mencari makan dengan jalan mencuri. Mula-mula mereka hendak mencuri seekor kerbau, tetapi gagal karena Si Bugu batuk-batuk hingga membangunkan pemilik kerbau. Berikutnya, mereka berencana mencuri emas di istana pada malam hari. Sebelum berangkat Bakhetih memberi penjelasan bahwa barang yang akan dicuri berciri berat, licin jika dipegang, dan berbunyi jika dipukul.
 
Sesampainya di istana, Bakhetih mengawasi keadaan sekitar, sementara Si Bugu diperintahkan menyelinap melalui loteng ke dalam kamar tempat penyimpanan uang raja. Saat berada di dalam kamar Si Bugu tidak dapat melihat jelas karena keadaan gelap gulita tanpa ada penerangan. Dia hanya bisa meraba benda-benda di dalam ruangan hingga akhirnya merasakan ada benda berat, menonjol dan licin. Untuk memastikan bahwa benda itu adalah emas, dia lalu memukul benda tersebut sangat keras hingga terdengar oleh penjaga kamar.
 
Akibatnya tentu bisa ditebak, Si Bugu tertangkap dan langsung dijebloskan ke dalam penjara. Raja yang murka karena hartanya nyaris dicuri segera menitahkan agar dia dihukum mati dengan cara dibakar. Oleh patih kerajaan Si Bugu dibawa ke tengah hutan dan diikat pada salah satu pohon besar. Selanjutnya, Sang Patih bersama beberapa pengawalnya pergi mencari kayu bakar.
 
Pada saat ditinggalkan dalam keadaan terikat tersebut, lewatlah seorang pedagang dari negeri seberang. "Kenapa engkau diikat seperti itu?" tanya Sang Pedagang.
 
"Pingganggu sakit sekali, makanya aku diikat di pohon ini agar cepat sembuh," jawab Si Bugu sekenanya.
 
"Wah, pinggangku juga sakit karena membawa barang-barang dagangan ini. Bolehkah aku ikut diikat?" pinta Sang Pedagang.
 
"Tentu saja boleh. Sekarang kau lepaskan dulu ikatanku, nanti aku yang akan mengikatmu," perintah Si Bugu.
 
Setelah ikatan dilepas, giliran Si Bugu yang mengikat Sang Pedagang lalu berlalu meninggalkannya menuju istana. Selang beberapa saat kemudian, Sang Patih bersama pengawalnya datang membawa sejumlah kayu bakar. Tanpa menghiraukan siapa yang sedang diikat mereka langsung menumpuk kayu-kayu tersebut di sekeliling Sang Pedagang dan membakarnya hingga hangus.
 
Di lain tempat, alangkah terkejutnya Raja melihat Si Bugu sudah kembali lagi ke istana. "Bukankah engkau seharusnya sudah mati terbakar?" tanya Raja tidak percaya.
 
"Hamba memang sudah mati terbakar dan diangkat oleh para bidadari ke kahyangan. Di sana hamba bertemu dengan para kerabat Baginda. Mereka sangat rindu dan ingin bertemu Baginda," kata Si Bugu lancar sekaligus bingung karena kata-kata itu keluar begitu saja tanpa direncanakan.
 
"Benarkah begitu?" tanya Raja seolah tidak percaya.
 
"Benar Baginda. Tetapi Baginda harus membakar diri agar diangkat ke kahyangan oleh para bidadari yang cantik jelita," jawab Si Bugu.
 
Baginda Raja pun termakan oleh perkataan Si Bugu dan membakar dirinya hingga tewas. Si Bugu lalu mendatangi Permaisuri dan mengatakan bahwa sebelum meninggal Raja berpesan agar dia mau mengawini Permaisuri dan mengantikannya menjadi raja. Singkat cerita, sejak saat itu Si Bugu menjadi raja sekaligus mendapatkan "warisan" seorang isteri yang walau telah berumur tetapi masih terlihat cantik jelita.
 
Sumber: https://uun-halimah.blogspot.co.id/2015/01/si-bugu.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline