Unang Batin adalah seorang anak yang tinggal di kampung Putih Doh pada masa lampau. Sejak kecil Unang Batin telah mendapat didikan agama dan bela diri langsung dari ayahnya. Berkat didikan ayahnya, Unang Batin menguasai ilmu agama dan juga ilmu bela diri yang cukup. Ayahnya berharap Unang Batin akan dapat menjadi hulubalang kerajaan yang terampil, cakap, dan berani membela kebenaran. Pesan yang senantiasa berulang-ulang disampaikan ayahnya untuk Unang Batin adalah, "Jadilah seorang yang rendah hati. Gunakan ilmu padi, semakin merunduk jika engkau semakin berisi. Senantiasalah bersikap jujur, karena kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana pun juga engkau berada. Janganlah engkau sombong, karena kesombongan itu akan meruntuhkanmu di kemudian hari."
Ketika Unang Batin menginjak usia remaja, ia pun mulai berkelana untuk menambah ilmu, terutarna ilmu bela diri dan kesaktian. Berbagai daerah telah disinggahinya. Ia mulai pengembaraannya di daerah Palembang. Berturut- turut kemudian ia menuju Bengkulu, Pariaman, Aceh, dan bahkan meneruskan pengembaraannya hingga ke Kelantan Melaka'. Selama mengembara di daerah-daerah itu Unang Batin berguru berbagai ilmu kesaktian dan juga pengetahuan. Ia belajar ilmu silat, berbagai ilmu kesaktian, seperti ilmu kebal, ilmu pukulan jarak jauh, tenaga dalam, ilmu penangkal racun dan teluh, serta ilmu-ilmu Iainnya. Unang Batin juga mempelajari ilmu perbintangan. Dengan kecerdasan dan tekad kuatnya, semua ilmu-ilmu itu dikuasai Unang Batin dan menjadikan dirinya selaku pendekar yang tangguh sekaligus tinggi pengetahuannya.
Unang Batin senantiasa mengingat dan menerapkan pesan ayahandanya dengan baik. Di mana pun juga ia berada, ia senantiasa merendah. Tidak pernah ia menunjukkan ketinggian ilmunya. Ia bahkan Iebih suka menghindar jika mendapat tantangan. Ia baru akan mengeluarkan ilmunya jika jalan perdamaian tidak lagi bisa ditempuhnya. Selain itu, Unang Batin juga dikenal selaku sosok yang sangat jujur. Ia pandai memegang amanat dan berani membela kebenaran dan kebaikan. Unang Batin adalah musuh bagi kejahatan.
Setelah menguasai berbagai macam ilmu kesaktian dan pengetahuan, Unang Batin lantas kembali ke daerahnya. Ayahnya begitu bangga mendapati anaknya pulang dengan mendapatkan berbagai ilmu kesaktian dan pengetahuan serta tetap menunjukkan sifat dan sikap seperti yang dipesankan.
Ayah Unang Batin lantas menyerahkan tugas dan jabatan serta penguasaan harta benda yang selama itu dipegangnya kepada Unang Batin. Unang Batin menjalankan kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya. Dikerjakannya semampu yang bisa dilakukannya. Ayahnya sangat puas mendapati hasil pekerjaan anaknya itu.
Syandan, ketua adat kampung Putih Doh, Cukuhbalah, berencana menunjuk seseorang yang akan mewakili kampung Putih Doh dalam pertandingan silat antar kampung. Musyawarah pun diadakan. Cukuhbalah dan segenap warga kampung Putih Doh sepakat menunjuk Unang Batin sebagai wakil mereka. Selaku ujang baru atau wakil kampung Putih Doh, Unang Batin diberi gelar Mas Motokh. Pertandingan silat itu akan dilakukan pada hari kedua Lebaran.
Waktu pertandingan pun tiba. Halaman rumah Lamban balak-balak yang dijadikan arena pertandingan telah dipenuhi para pesilat yang menjadi wakil daerah masing-masing. Dalam pertandingan silat itu Unang Batin akan menghadapi pesilat yang telah tenar ketangguhannya yang bernama Marga Pertiwi.
Meski menghadapi pesilat ternama, Unang Batin tidak menunjukkan kegentarannya. Ia siap meladeni jurus jurus silat Marga Pertiwi. Ia tetap bersikap merendah. Berbeda dibandingkan Marga Pertiwi yang congkak. Ia memandang rendah pesilat wakil dari kampung Putih Doh itu. Menurut anggapannya, dua atau tiga jurus saja ia akan dapat menjatuhkan Unang Batin!
Pertarungan silat antara Unang Batin dan Marga Pertiwi pun dimulai. Sorak sorai kedua kubu terdengar membahana ketika memberi semangat pesilat masing-masing. Meski semula memandang enteng Unang Batin, Marga Pertiwi mulai kerepotan setelah pertarungan silat berlangsung beberapa waktu. Jurus-jurus andalannya mampu ditandingi Unang Batin. Tenaga dalam yang dikerahkannya pun tetap tidak mampu menjatuhkan pesilat wakil kampung Putih Doh itu. Bahkan, kekuatan batin yang kerahkannya pun tetap dapat diimbangi Unang Batin. Hingga dalam sebuah kesempatan Unang Batin mamu mendaratkan pukulan dan tendangan kerasnya yang telak mengenai tubuh Marga Pertiwi. Pesilat yang ternama ketangguhannya itu jatuh terjerembap ke atas tanah dan tidak mampu lagi melanjutkan pertarungan.
Unang Batin dinyatakan sebagai pemenang. Kekalahan Marga Pertiwi berbuntut panjang. Kubu Marga Pertiwi serasa tidak bisa menerima kekalahan itu. Mereka pun mendendam dan ingin mencelakai Unang Batin dan warga kampung Putih Doh. Pada malam harinya mereka mengirim teluh ke kampung Putih Doh. Cahaya putih yang menakutkan terlihat nyata di kampung Putih Doh. Sasaran teluh itu tak lain Unang Batin adanya.
Unang Batin tidak bisa tinggal diam menghadapi ulah jahat kubu Marga Pertiwi. Segera dikeluarkannya ilmu penolak teluh yang dikuasainya. Dari rumah Unang Batin keluar cahaya kuning yang kuat. Pertarungan antara cahaya putih dan kuning segera terjadi. Hanya berlangsung beberapa saat pertarungan itu setelah cahaya kuning mampu mengalahkan dan mengusir cahaya putih dari desa Putih Doh. Seandainya Unang Batin berkehendak, ia bisa mengirim batik teluh kubu Marga Pertiwi tersebut. Namun, Unang Batin tidak melakukannya. Ia tidak ingin mencelakai orang lain, sekali pun orang lain berniatjahat kepadanya. Semua itu kian menunjukkan ketinggian budi pekertinya. Namanya pun kian dikagumi banyak orang. Meski demikian, Unang Batin tidak juga merasa sombong. Ia tetap merunduk laksana padi yang telah berisi.
Dendam mereka yang benci pada Unang Batin tidak juga padam. Malah kian meninggi. Secara sembunyi-sembunyi mereka menuju kampung Putih Dot untuk mencari cara guna melumpuhkan Unang Batin. Ketika mereka mendapati Unang Batin sedang tidak berada di rumahnya, mereka pun merusak tangga dan mengganjal tiang rumah Unang Batin dengan batu. Mereka lantas bersiaga dengan senjata tajam di tangan.
Sepulang dari pesta yang dihadirinya, Unang Batin pun kembali ke rumah. Ia jatuh terjerembap ketika menginjak anak tangga rumahnya yang telah dirusak. Seketika ia terjatuh, musuh-musuhnya segera mengepungnya dengan mengarahkan senjata tajam mereka ke tubuh Unang Batin.
Dalam keadaan sangat terdesak dan tidak bisa lagi memberikan perlawanan, Unang Batin pun berujar, "Ingatlah baik-baik. Jika kalian membunuhku, maka, empat puluh hari setelah kematianku, kalian semua akan juga menemui kematian kalian sendiri. Kalian semua! Tidak itu saja, anak keturunan kalian juga tidak akan ada yang selamat!"
Mereka tidak gentar dengan ancaman Unang Batin. Mereka membunuh Unang Batin beramai¬ramai dan membuang mayat Unang Batin ke laut.
Meski peristiwa pembunuhan Unang Batin itu tidak diketahui warga Putih Dot dan juga keluarga Unang Batin, namun para pembunuh itu akhirnya mengakuinya. Sangat mengherankan, mereka memilih untuk bunuh diri kemudian. Semua pembunuh Unang Batin mengakhiri hidup mereka masing-masing. Lebih mengherankan lagi, anak keturunan mereka benar-benar tidak ada yang selamat!
Kutukan Unang Batin telah mewujud dalam kenyataan.
Pesan moral dari kisah dongeng anak : legenda unang batin adalah rajin-rajinlah menuntut ilmu dan menggunakannya demi kebenaran dan kebaikan. Jika kisa selalu berbuat baik maka akan dikenang kebaikannya dan begitu juga apabila kita selalu berbuat jahat maka akan diingat selalu juga kejahatannya
Sumber: http://dongengceritarakyat.com/kisah-dongeng-anak-legenda-unang-batin/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja