Jangan dalam bahasa Indonesia berarti kuah, dan asem mempunyai arti asam. Jadi kalau digabung, jangan uyah asem artinya kuah yang asam namun pedas. Jangan uyah asem merupakan makanan kuno warga banyuwangi yang masih dilestarikan. Itu terbukti dari adanya makanan ini ketika upacara upacara adat suku osing. Bahan dasar dari jangan uyah asem adalah ayam kampung dan papaya muda. Ayam kampung dipilih karena teksturnya yang lembut dan rasanya lebih gurih dari ayam potong atau ayam horen. Untuk bumbunya cukup sederhana hanya cabai merah, cabai rawit, tomat, dan campuran gula dan garam yang telah dihaluskan. Untuk menambahkan rasa asam yang menjadi ciri khas dari makanan ini biasanya ditambah dengan irisan blimbing wuluh. Cara memasak Jangan Uyah Asem cukup mudah, ayam yang telah dipotong direbus hingga empuk, kemudian masukkan irisan papaya muda dan bumbu yang telah disiapkan. Aduk hingga merata dan tunggu sampai papayanya empuk. Makanan pun siap disajikan. Makanan ini paling e...
Banyuwangi kembali menunjukkan taringnya dalam kekayaan budaya. Budaya yang akan dibahas kali ini adalah Gedhogan atau Gendhongan . Dahulu wanita-wanita di Desa Glagah, Banyuwangi bekerja sebagai penumbuk padi. Banyaknya beras yang tersedia membuat pekerjaan cukup berat, membosankan, dan melelahkan tentunya. Sepanjang proses penumbuk padi tersebut untuk mengurangi kebosanan, mereka akhirnya menyanyikan lagu-lagu. Bukan hanya memainkan lagu, tanganpun memainkan pukulan-pukulan alu di permukaan gedhogan tersebut. Ritme yang dibuat secara spontan ini menciptakan permainan lagu yang nikmat didengar. Harmonisasi ditambah dengan pukulan sebatang logam terhadap logam lainnya serupa pisay kasar dan logam kecil penumbuk sirih sehingga menimbulkan dentingan lagu yang semakin asyik. Sungguh seni hiburan yang segar, bukan ?! permainan yang berupa seni hiburan ini saat ini sudah sering muncul sebagai sebuah seni perÃÂtunjukan. Latar Belakang Sosial Budaya. Semula wan...
Dahulukala di dusun Kudur, hiduplah seorang kyai yang ter mashur kepandaiannya, yaitu kyai Bonten. Di samping kepandai annya, iapun memiliki sawah yang luas. Anaknya hanya seorang, perempuan. Pada suatu hari kyai Bonten kedatangan seseorang, Jalono namanya. Orang itu berasal dari Sedayu. Ia ingin menyantrik (mengabdi). Ia diterima dan diberi tugas mengerjakan sawah. Seti ap hari ia jarang pulang, sampai ia membuat sebuah sumur untuk memenuhi keperluannya. Sumur itu oleh masyarakat umum dise but sumur gedhe, (=sumur besar). Jalono mempunyai anak laki-laki seorang. Karena pekerjaan Jalono baik, akhirnya ia menjadi besan Kyai Bonten. Sawah yang dikerjakan oleh Jalono, tiap kali dituai, seketika berbuah kembali. Hal yang demikian diketahui oleh menantu kyai Bonten. Oleh karena itu selama menjadi menantu kyai Bonten ia sangat malas. Kerjanya tidak lain kecuali menanak nasi dan jaga. Ia tidak pernah tidur. Kyai Bonten merasa jengkel dan memarahi menantunya agar mau bekerja....
Awal mula munculnya senjata keris tidak ada kepastian. Namun pada jaman Pajajaran dan Majapahit (abad XI), senjata Keris sudah di kenal di kalangan masyarakat luas, khususnya di Pulau Jawa dan Madura. Dan sumber buku Babad di sebutkan bahwa pada jaman sudah ada beberapa orang Empu di Pulau Jawa. Di Pulau Madura, menurut berbagai informasi, banyak di jumpai Empu. Nama Empu yang di populerkan di Pulau Madura: Empu Keleng, Empu Pandhewu, Empu Luwih, dan Empu Sanung. Senjata keris ini berfungsi untuk alat menyerang, membela diri dan berburu. Keris adalah Senjata tikam yang ujungnya runcing dan pada kedua belah sisinya bermata tajam. Keris adalah salah satu senjata tradisional yang terdapat di Desa Lenteng Barat, Kec. Lenteng, Kab. Sumenep, Jawa Timur. Mengenai kapan munculnya senjata tradisional tersebut, tidak ada bukti jelas. Namun, sejata tradisional Keris yang ada di Pulau Jawa. Keris merupakan senjata tradisional yang di kategorikan untuk menyerang dan membela diri. Proses pemb...
Kala itu orang belum mengenal Pulau Bawean. Namanya masih tersohor dengan sebutan Pulau Majeti. Pulau ini diselimuti hutan belantara yang sangat lebat nan menghijau. Tepat di tengah-tengah pulau tumbuh pohon sangat besar. Namanya pohon kastoba. Pohonnya kokoh dan menjulang tinggi. Akar-akarnya tertancap kuat di tanah, bahkan yang menyembul ke permukaan seperti jari-jari sedang mencengkeram bumi. Daunnya sangat rimbun. Dahan-dahan dan rantingnya menjuntai sampai ke tanah. Tidak mengherankan apabila pohon itu menjadi tempat bermain, berteduh, dan bersarang bagi burung-burung dan binatang lainnya. Pohon kastoba saat itu menjadi pohon yang sangat tersohor di seantero Nusantara. Pohon kastoba tiada duanya di dunia, hanya tumbuh di Pulau Majeti. Semua mengetahui bahwa pohon itu memiliki kesaktian tiada tara. Pemiliknya adalah Ratu Jin yang juga dikenal sangat sakti mandra guna. Sang Ratu memberikan titah kepada rakyatnya untuk senantiasa memelihara dan menjaga pohon langka itu. Bahkan...
Sang Prabu Erlangga kebingungan, sejak tadi ia berjalan mondar-mandir di ruangannya. Patih Narottama yang berdiri di dekatnya, juga tampak terlihat kebingungan. Kerajaan Kahuripan saat ini tengah diserang penyakit aneh, Penyakit itu banyak sekali memakan korban jiwa baik dari masyarakat umum maupun keluarga pejabat dan keluarga kerajaan. Ternyata, penyakit itu disebarkan oleh seorang wanita penyihir yang sangat kejam dan sakti. Namanya Serat Asih, tapi ia lebih dikenal dengan nama Colon Arang. Ia tinggal di Desa Girah. Karena khawatir penyakit itu akan semakin meluas, Raja Erlangga mengutus Patih Narottama untuk menangkap Colon Arang. Setelah menerima perintah tersebut, Patih Narottama mengumpulkan para prajurit pilihannya. "Wahai, para prajuritku. Mari kita berangkat ke Desa Girah untuk menangkap wanita penyihir itu," perintah Patih Narottama. Mereka kemudian memulai perjalanan ke Desa Girah, menuju tempat tinggal Colon Arang. Colon Arang terkejut melihat kedatangan par...
Rumah adat Jawa Timur umumnya mengambil bentuk joglo. Ada juga yang berbentuk limasan dara gepak, dan bentuk srontongan (empyak setangkep). Kota-kota di bagian barat Jawa timur memiliki kemiripan dengan kota-kota di Jawa Tengah. Terutama Surakarta dan Yogyakarta yang disebut sebagai kota pusat peradaban Jawa. Joglo sendiri secara rancangan arsitekturnya amatlah unik. Punya ciri khas berupa bentuk atap yang merupakan perpaduan antara dua buah bidang atap segi tiga dengan dua buah bidang atap trapesium. Masing-masing memiliki sudut kemiringan yang berbeda dan tidak sama besar. Atap joglo selalu terletak di tengah-tengah dan lebih tinggi serta diapit oleh atap serambi. Dari bentuk atap yang unik inilah bangunannya kemudian dikenal dengan nama rumah joglo. Pendopo, yakni bagian terbuka yang ada di depan rumah, bentuknya segi empat dan ditopang empat tiang atau saka guru. Pendopo adalah ruang tamu, di mana pemilik rumah menerima tamu-tamunya. Ruang pendopo yang terbuka ini melambangkan...
Tembang Lir-Ilir yang banyak dianggap lagu dolanan anak-anak ini sebetulnya adalah bukti kepandaian para wali Songo dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat melalui cara yang sangat menyenangkan dan tak terasa menggurui. Kata-kata dalam tembang itu seolah-olah deretan kata-kata biasa yang menggambarkan keriangan dunia kanak-kanak. Namun jika dibaca sungguh-sungguh, akan banyak makna agamawi yang muncul. Dimulai dari kata "bangun, bangunlah", dari keadaan tidur, yang sering dilihat para ulama sebagai keadaan mati sementara, akan timbul pertanyaan : apanya yang harus dibangunkan atau dihidupkan? ruh kah? Kesadaran? Atau pikiran? tetapi maksud kata "Lir-ilir" yang juga mengandung gerakan angin semilir ini bisa juga ditafsirkan sebagai imbauan lembut dan ajakan untuk berzikir. Zikir yang akan menghidupkan apa yang tadinya melenakan. Zikir untuk kembali siaga. Baris "tandure wis semilir tak ijo royo-royo, tak senggo temanten anyar" b...
Nasi tumpeng, atau yang banyak dikenal sebagai ‘tumpeng’ saja merupakan salah satu warisan kebudayaan yang sampai saat ini masih dipercaya untuk dihadirkan dalam perayaan baik yang sifatnya simbolis maupun ritual. Tumpeng sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya ketika memperingati momen dan peristiwa penting. Tempat dihadirkannya tumpeng ini pun di desa-desa maupun di kota-kota besar. Dimulai dari masyarakat di pulau Jawa, Madura dan Bali, kini penggunaan tumpeng sudah menyebar ke bagian pelosok nusantara lainnya bahkan ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura bahkan Belanda. (dikenal dengan nama rijstafel ). Meskipun diyakini berasal dari Pulau Jawa, masyarakat seluruh Indonesia sudah memaklumi dan mengenalnya dengan baik. Di balik tradisi tumpeng yang biasa dipakai dalam acara ‘selametan’, terdapat nilai-nilai yang sifatnya filosofis. Tumpeng mengandung makna-makna mendalam yang mengangkat hubun...