dongeng cerita rakyat
170 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Wayang Beber
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wayang Beber  adalah seni  wayang  yang muncul dan berkembang di  Jawa  pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik  Mahabharata  maupun Ramayana . Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa kerajaan  Majapahit . Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber. Saat ini hanya beberapa kalangan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunung Kidul, yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini. [1] Konon oleh para Wali di antaranya adalah  Sunan Kalijaga  wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi  wayang kulit  dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamen yang dikenal sekarang, kar...

avatar
Desi Natalika
Gambar Entri
Cerita Dewi Sri
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dewi Sri awalnya adalah seorang putri yang disihir menjadi ular akibat ulah keserakahan manusia. Dewi Sri bisa kembali menjadi wujud manusia karena pertolongan seorang petani. Oleh karena itu, Dewi Sri memberikan panen yang berlimpah kepada petani. Hingga kini, Dewi Sri dikenal sebagai Dewi Padi dalam tradisi budaya Jawa.  

avatar
hallowulandari
Gambar Entri
Asal Mula Gunung Kidul
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Daerah Istimewa Yogyakarta

Asal mula Gunung Kidul terjadi pada masa berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Kala itu yang menjadi raja adalah Sultan Hamengku Buwono I. Pada waktu pemerintahannya, daerah sepanjang pesisir Laut Selatan masuk ke dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta. Namun, pada waktu itu namanya bukan Gunung Kidul, tetapi Sumengkar. Karena wilayahnya sangat luas, daerah Sumengkar dipimpin oleh seorang adipati. Oleh karena itu, disebut daerah Sumengkar. Lalu mengapa Kadipaten Sumengkar kemudian berganti nama menjadi Kadipaten Gunung Kidul? Ceritanya sebagai berikut: Pada suatu hari, di Kadipaten Sumengkar sedang diadakan sebuah pertemuan yang sangat penting. Pertemuan itu dipimpin oleh Adipati Sumengkar sendiri, yaitu Adipati Wironegoro. Saat itu, Sang Adipati dihadapkan oleh orang-orang kepercayaannya, seperti Patih Panitipraja, Rangga Puspowilogo, Panji Semanu Harjodipuro, dan para punggawa Kadipaten Sumengkar lainnya. Namun, sampai sekian lama para punggawa itu menunggu, Adipati Wironegoro belum juga m...

avatar
Oase
Gambar Entri
Aksara Jawa
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pernah mendengar istilah aksara Jawa? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa aksara Jawa adalah "aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, berjumlah dua puluh huruf, bermula dengan  ha  dan berakhir dengan  nga ;". Aksara Jawa dikenal juga sebagai Hanacaraka dan Carakan, adalah salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan sejumlah bahasa daerah di Indonesia lainnya seperti bahasa Sunda dan bahasa Sasak. Tulisan ini berkerabat dekat dengan aksara Bali. Aksara Jawa adalah sistem tulisan  Abugida  yang ditulis dari kiri ke kanan. Setiap aksara di dalamnya melambangkan suatu suku kata dengan vokal  / a /  atau  / É" / , yang dapat ditentukan dari posisi aksara di dalam kata tersebut. Penulisan aksara Jawa dilakukan tanpa spasi ( scriptio continua ). Dibandingkan dengan alfabet  Latin , aksara Jawa juga kekurangan tanda baca dasar, seperi titik dua, ta...

avatar
Ridwan Sadli
Gambar Entri
Gudeg Khas Jogja
Makanan Minuman Makanan Minuman
Daerah Istimewa Yogyakarta

                              Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek. Ada berbagai varian gudeg, antara lain: Gudeg kering , yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang. Gudeg basah , yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer. Gudeg Solo , yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih. Nah Resep gudeg kali ini adalah Gudeg kering dari yogya. Resep Gudeg Jogja Bahan-bahan: 1/2 buah nangka muda (gori) (Jawa: Tewel)...

avatar
Iklimah
Gambar Entri
Sekaten
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sejarah Sekaten Pada tahun 1939 Caka atau 1477 M, Raden Patah selaku Adipati Kabupaten Demak Bintoro, dengan dukungan para Wali membangun Masjid Agung Demak sebagai tempat ibadah dan tempat bermusyawarah para wali. Salah satu hasil musyawarah para wali dalam rangka meningkatkan syiar Islam,selama 7  hari menjelang peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW,diadakan kegiatan syiar Islam secara terus menerus. Supaya menarik pengunjung,dibunyikan 2 perangkat gamelan ciptaan Sunan Giri, dengan membawa gendhing-gendhing tertentu ciptaan para wali,terutama Sunan Kalijaga. Para pengunjung yang menyatakan ingin “ngrasuk” agama Islam setelah mengikuti kegiatan syiar agama Islam tersebut dituntun untuk mengucapkan 2  kalimat syahadat (syahadatain). Dari kata syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat itulah menjadi SEKATEN akibat perubahan pengucapan, sebagai istilah ya...

avatar
Ressti_ayu
Gambar Entri
Teater Krumpyung
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Krumpyung adalah salah satu bentuk teater rakyat yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian yang berupa drama tari topeng ini bersifat humor yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat sekitar. Nama Krumpyung diambil dari suara iringannya yang terdiri dari angklung, terbang, keprak, kentongan dan kendang yang apabila digerakkan secara bersamaan akan menimbulkan efek bunyi “kemrumpyung”. Kesenian krumpyung lahir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII. Konon, di masa itu antarseniman saling bersaing untuk menciptakan sebuah kesenian baru agar lebih digemari penonton. Dari persaingan itu lahirlah suatu kesenian yang disebut sebagai “krumpyung”. Waktu itu adalah salah seorang seniman (seorang dalang wayang kulit) berasal dari Desa Keyongan, Bantul yang bernama Ki Residana atau terkenal dengan nama Mbah Sompil. Beliau termasuk orang yang kreatif. Dengan kekreatifannya itulah kemudian menciptakan suatu pertunjukan topeng yang b...

avatar
Ressy vemialita
Gambar Entri
Kethoprak Tungklik
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 1942 adalah masa awal penjajahan "saudara tua," Jepang cebol kepalang yang hanya seumur jagung. Masyarakat Indonesia mulai dari kota besar sampai di pelosok-pelosok desa terpencil mengalami penderitaan yang luar biasa beratnya. Kemerdekaan mereka semakin terampas, kurang sandang, kurang pangan, dan yang lebih menyedihkan lagi wabah penyakit melanda di mana-mana. Menurut cerita yang berkembang dari mulut ke mulut, kesusahan luar biasa digambarkan dengan makan bonggol pisang dan pakaian karung goni. Kalau ada di antara penduduk yang meninggal kain kafannya terbuat dari tikar atau sama sekali tidak dikafani secara layak. Untuk merefleksikan keadaan yang sangat menyedihkan itu, masyarakat pedesaan di kawasan Gunung Kuncir, Perbukitan Menoreh, bilangan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menciptakan sebuah bentuk kesenian yang disebut Kethoprak Lesung. Kethoprak yang menggunakan lesung (perangkat penumbuk padi) sebagai tetabuhan pengganti gendhing yang biasa digu...

avatar
Ressy vemialita
Gambar Entri
Babad Nitik - Yogyakarta
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Daerah Istimewa Yogyakarta

Naskah asli Babad Nitik tersimpan di Perpustakaan (Widyabudaya) keraton Yogyakarta. Babad ini ditulis di atas kertas berukuran folio, dengan tinda hitam, berhuruf Jawa dengan bahasa Jawa Bercampur Kawi, digubah dalam bentuk tembang macapat. Penulisnya tidak diketahui, tetapi diterangkan bahwa ditulis atas perintah Sultan Hamengku Buwono VII. Waktu penulisannya disebutkan dengan Sengkalan “Resi nembah ngesthi tunggal” (1867 Jw/1936 M).   Babad Nitik (Sultan Agung) yang seluruhnya terdiri dari tiga puluh lima pupuh tembang itu berisikan pengalaman Sultan Agung sejak masih menjadi putera mahkota, pelantikannya sebagai Sultan dan masa pemerintahannya yang berpusat di keraton Kerto. Diceritakan bahwa sewaktu masih menjadi putera mahkota, beliau mengadakan perjalanan ke seluruh Jawa, Asia Tenggara, Timur Tengah, bahkan ke dasar laut dan alam kedewataan. Semua perjalanan itu dilaksanakan secara gaib.   Seperti kita ketahui pada zaman dahulu...

avatar
Ressy vemialita