Permainan bulu ayam sangat digemari oleh anak-anak remaja baik laki-laki maupun wanita. Jenis permainan ini dapat dilakukan di halaman rumah dan sifatnya perorangan. Bahan yang dipergunakan untuk permainan ini adalah kulit dengan ukuran 4,5 cm, karet, dan bulu ayam jantan yang tingginya 8 cm,paku, potongan ban yang telah dibentuk bulat berukuran 4 cm dan karet gelang sebagai pengikat. Cara membuatnya yaitu beberapa buah karet yang telah dibentuk bulat ditusuk di tengah-tengah paku. Kemudaian bulu-bulu ayam ditempelkan disekeliling paku dan diikat dengan karet gelang dengan rapi. Agar bola tersebut rapih, gunakan lem untuk menguatkan bulu-bulu ayam tersebut. Teknik permainannya yaitu, sebelum permainan dimulai terlebih dahulu diadakan suit (diundi) untuk menentukan siapa saja yang lebih dulu maqin dan seterusnya. Pemain yang menang suit akan melambungkan bulu ayam tersebut dengan kakinya dan setelah turun dilambungkan kembali oleh pemain kedua, demikian seterusnya....
Kata ingkau dalam bahasa daerah Begkulu artinya sepatu bambu. Pada waktu melaksanakan permainan ini, setiap pemain diharuskan berjalan di atas dua potong bambu yang dibuat sedemikian rupa. Permainan ini dilakukan di halaman rumah atau di lapangan terbuka, dilaksanakan pada siang hari akan tetapi lebih baik pada malam hari. Pelaku permainan ini berusia antara 8 – 20 tahun, terdiri dari kaum laki-laki, dilakukan secara perorangan ataupun beregu. Permainan ini bertujuan untuk memupuk rasa keberanian anak dan melatih keseimbangan badan. Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah 2 potong bambu yang sama besarnya dengan ukuran sebesar lengan terdiri dari 4 sampai 8 ruas untuk satu orang. Bambu dilubangi, diberi papan sepanjang tapak kaki untuk tempat berpijak. Pemain berdiri di atas tapak, memegang ujung bambu bagian atas baru melangkah ke arah yang sudah ditentukan. Pemain yang baik atau jika diperlombakan dikatakan sebagai pemain yang menang adalh pema...
Ado la apo Fatimah merah kukunyo Ngapo mengapo kakinyo be inai pulo Itu tandonyo semalam be inai curi ... Siapo bujangnyo pengantin Fatimah kito Tudin melebro Anak Pak Uncu Samsuri Nyo tukang sado Nang di pasar baru koto Tudin malebro Fatimah pasar Bengkulu duduk bersanding Di pelaminan bimbang gedang elok nian ... elok nian 4X
Masjid terletak di Desa Padang Betua, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Berdasarkan sejarah, kata Padang Betua berasal dari bahasa Minangkabau yakni Padang Batuah yang berarti Pedang Sakti. Nama Padang Batuah berubah menjadi Padang Batua menurut lisan Melayu Bengkulu. Menurut Tambo Bengkulu serta keterangan tokoh masyarakat disebutkan bahwa nama tersebut dipilih untuk mengenang peristiwa Datuk Bagindo Maharajo Sakti utusan Raja Pagarayung dan rombongan dalam mengambil pedang saktinya ketika sedang mencari daerah baru untuk memperluas wilayah kekuasaan di daerah sepanjang barat pesisir selatan. Masjid dibangun pada tahun 1823 dipimpin oleh seorang ulama dan tokoh masyarakat setempat, yakni Haji Mansyur. Pada awal pembangunan, atap masjid berbentuk sederhana seperti gudang, terbuat dari dari daun rumbia dan hampir seluruh bahan bangunannya mempergunakan kayu. Kemudian pada tahun 1920 atapnya diganti dengan seng serta berubah menjadi tumpang bersusun t...
Putri Kemang adalah seorang perempuan, tetapi sifatnya seperti laki-laki. Kesukaannya pergi berburu, memancing ikan di sungai dan berjalan masuk hutan. Kampungnya terletak di pinggir hutan yang lebat. Bapaknya seorang raja. Oleh sebab itu Putrì Kemang seperti laki-laki dididik sebagai prajurit, belajar bermain pedang, memanah dan menombak. Pada suatu hari Putri Kemang pergi berburu rusa. Peralatannya sebilah pedang dan sebatang tombak. Anjing kesayangannya dibawanya pula. Berjalanlah ia, masuk hutan keluar hutan, masuk rimba keluar rimba, masuk padang keluar padang, naik gunung turun gunung, batang air diseberangjnya. Kalau tidak pakai rakit, ia berenang. Setelah lama berjalan, bertemulah ia. dengan seekor rusa belang kakinya. Rusa dibidiknya dengan panah, tetapi tidak kena. Panas hatinya. Lalu dikejarnya rusa itu. Diikutinya terus ke mana perginya rusa itu. Sedikit pun tak lepas dari pandangannya. Setelah lama kejar mengejar itu, tiba-tiba rusa berhenti di bawah sebatang...
Legenda Batu Kuyung merupakan cerita rakyat dari daerah Bengkulu. Legenda ini mengisahkan kehidupan sebuah keluarga di dusun Tanjung Meranti, Bengkulu. Sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri dengan dua orang anak. Anak sulung mereka laki-laki bernama Dimun. Sedangkan si bungsu seorang anak perempuan bernama Meterei. Kedua orang tua Dimun dan Meterei sangat sibuk bekerja sampai-sampai tidak sempat mendidik anak-anak mereka. Mereka mencari nafkah dengan cara bertani, mencari ikan, dan membuat kerajinan seperti bubu, baronang, serta bakul untuk mereka jual di pasar. Karena kesibukan mereka, sebagai akibatnya, Dimun dan Meterei tumbuh menjadi anak dengan perangai buruk. Kedua anak mereka sering berkata-kata kasar, mencemooh orang lain, dan sangat nakal. Dimun Dan Meterei Merengek Minta Makan Pada suatu hari, suami istri itu tengah sibuk bekerja membuat berbagai kerajinan tangan untuk dijual ke pasar. Saking sibuknya, mereka tidak sempat memas...
Menurut cerita rakyat Bengkulu, asal mula nama Bengkulu berawal saat terjadi peperangan antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Serut. Pangkal masalahnya adalah penolakan lamaran Putra Raja Aceh oleh Raja Anak Dalam Muara Bengkulu, Raja Kerajaan Serut. Peperangan terjadi antara kedua kerajaan tersebut dengan hebatnya tanpa ada pihak menang maupun pihak kalah. Alkisah, dahulu kala tersebutlah sebuah kerajaan di Bengkulu bernama Kerajaan Serut yang dipimpin oleh Ratu Agung. Ratu Agung memiliki tujuh orang anak. Si sulung bernama Pangeran Anak Dalam Muara Bengkulu, sedang si bungsu bernama Putri Gading Cempaka. Saat Ratu Agung wafat, Pangeran Anak Dalam Muara Bengkulu dinobatkan sebagai penggantinya. Ia kemudian memerintah Kerajaan Serut dengan adil bijaksana melanjutkan keadilan ayahandanya. Di bawah kepemimpinannya, perdagangan Kerajaan Serut dengan negeri-negeri jauh maju pesat. Pangeran Kerajaan Aceh Ingin Melamar Putri Gading Cempaka Seiring berjalannya...
Permainan kepala babi biasanya dimainkan diwaktu senggang atau sedang keluar main di sekolah. Dapat dilakukan di halaman atau lapangan terbuka. Pemainnya terdiri dari anak laki-laki berumur 10 tahun - 15 tahun terdiri dari 5 orang atau 6 orang atau boleh juga beregu. Alat yang dipergunakan dalam permainan ini adalah : dua potong rotan sebesar ibu jair kaki (sebagai pemukul) panjang 55,5 cm, dan sebagai anak panjangnya 15 cm, dm, 2 cm. Satu lobang di tanah lebar 20 cm, dalamnya kurang lebih 15 cm. Para pemain membuat kesepakatan sebelum permainan dimulai misalnya satu kali permainan (game set) nilai angka 3500, nilai satu pukulan, penjaga dapat menangkap rotan dan menghitung jarak nilainya 100. Permainan ini mempunyai 4 tahap : Cuil Pemain yang menang dalam undian (Bengkulu : Sit) mendapat giliran pertama main sedangkan pemain yang nomor dua menjaga. Anak rotan ditaruh melintang di lubang, kemudian dicongkel dan ditolak sejauh-jauhnya dengan pemuk...
Di daerah Bengkulu terdapat sebuah permainan yang disebut cabur atau totor gala. Permainan ini biasanya dilakukan ketika malam terang bulan atau pada saat bulan puasa sambil menunggu beduk taraweh berbunyi. Umumnya permainan cabur atau totor gala dimainkan oleh anak laki-laki berusia 10 tahun – 16 tahun. Jumlah pemainnya tidak terbatas hanya disesuaikan dengan kondisi lapangnya. Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah : sebuah lapangan yang datar dan bersih kapur tulis untuk menggambar garis-garis dan kotak tempat bermain. Sebelum permainan dimulai, lebih dulu dihitung jumlah pesertanya untuk menentukan jumlah garis yang akan dibuat kemudian jumlah pemain dibagi 2 kelmpok dan diundi untuk menentukan siapa saja yang menang, dan yang kalah masuk ke dalam garis. Bila aba-aba sudah dimulai, maka pemain yang menang akan menyerbu dipimpin oleh kepala regunya untuk masuk garis. Tiap garis dijaga oleh seorang anak dan...