 
            Ada sebuah cerita tentang seekor kera dengan seekor burung · bangau. Kata kera kepada boning bangau, "Baiklah kita · menanam pisang". Sahut burung bangau, "Ya, baiklah kita pergi". Mereka berdua mulai menanam pisang, tetapi agak berjauhan. Tidak lama kemudian, sesudah menanam pisang, bertanyalah burung bangau kepada kera, "Hel kera, sudah besarkah pisang yang kita tanam bersama-sama? Latu kera menyahut, "Belum besar karena bila sudah mulai. bertunas saya pangkas lagi." Latu kata burung bangau kepada kera, "Pisangku sudah hampit' berbuah". Tidak berapa lama kemudian, kera itu datang lagi menjumpai ounmg bangau, katanya, "Bagaimana keadaan pisangmu sekarang?" · Sahut burung bangau, "Pisang saya sudah berbuah". Pada ·saat. kera menganggap bahwa pisang burung bangau· itu sudah masak, ·pergi melihatnya. Setelah sampai, dilihatnya pisang burung bangau itu sudah masak. Dengan segera kera mengambil pisang itu lalu dimakan semua. Pa...
 
                     
            Baqgoq, perahu kebanggaan yang mulai terlupakan, gambar ini saya ambil di Baqbatoa, perkampungan nelayan tertua di kecamatan Campalagian, kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Dibawah ini adalah kondisi perahu Baqg oq yang rusak karena dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. Baqgoq memiliki ciri khas perahu Mandar dengan badan agak gemuk, jika dilihat dari bentuk badan kapal maka jenis ini memiliki kecepatan yang sudah jelas lambat. Menurut nelayan setempat, perahu jenis ini mulai tersisihkan karena beralihnya nelayan ke perahu modern, sekali lagi arus modernisasi sedikit demi sedikit mengikis corak budaya yang kita miliki. Tak lama lagi, Baqgoq hanya cerita orang-orang yang pernah melihatnya, ia kemungkinan akan menyusul perahu Pakur yang telah lama punah, digantikan oleh perahu sejenis Sandeq yang dapat kita temukan dengan mudah saat ini di Sulbar, ada evolusi perahu yang terjadi, karena tuntutan modenitas, kemudahan dan faktor efisiensi dan efektivitas. Su...
 
                     
            Pertunjukan koayang, atau pakkoa-koayang (lucu dan sangat menghibur), biasanya dipadukan dengan tabuhan rebana sebagai hiburan. Pertunjukan ini mungkin banyak yang tak tahu dan belum pernah menyaksikannya. Dari apa yang saya saksikan, saya tak percaya jika Anda tak tertawa terbahak bahak jika menyaksikan kelucuan mereka. Pertunukan Koayang yang ditampilkan oleh grup rebana di dusun Sumael dibarengi dengan cerita oleh lawan main pakkoayang yang disebut pattemba koayang. Bukan saja para koayang yang bergerak sendiri tapi ada lawan main pakkoayang yang disertai dengan guyonan dari awal hingga akhir pertunjukan. Biasanya tampil terlebih dahulu dengan koayang yang seakan terbang dan sesekali mencoba mematuk penonton.. setelah itu datanglah pattemba koayang dengan menunggang banyal guling (missawe) disertai dengan kayu sebagai senjata.. Masing-masing bergerak sesuka mereka dan dilanjut dengan guyonan lucu dan koayang ditembak. Setelah...
 
                     
            Cengnge` adalah nama seekor burung bersuara merdu dan berbulu indah yang terdapat di daerah Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. Di kalangan masyarakat Mandar, ada sebuah cerita menarik yang mengisahkan tentang seorang gadis cantik yang menjelma menjadi seekor burung Cengnge`. Alkisah, di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, hidup sepasang suami-istri yang miskin dan tidak mempunyai anak. Hampir setiap malam mereka berdoa agar dikaruniai seorang anak, namun Tuhan belum juga mengambulkan doa mereka. Meski demikian, sepasang suami-istri itu tidak pernah berputus asa untuk terus berdoa kepada Tuhan. “Ya Tuhan! Jika Engkau berkenan mengaruniakan kami seorang anak laki-laki, hamba bersedia membuatkannya ayunan dari emas,” doa sang Suami. Sebulan kemudian, sang Istri pun hamil. Alangkah senang dan bahagianya sang Suami mengetahui hal itu. Namun hatinya juga bingung, karena ia harus memenuhi janjinya untuk membuatkan anaknya...
 
                     
            Sulawesi Barat sebagian besar dihuni oleh suku Mandar (49,15%) dibanding dengan suku-bangsa lainnya seperti Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%). Maka adat dan tradisi suku Mandar lebih berkembang di daerah ini. Salah satu tradisi orang Mandar yang sangat terkenal adalah tradisi penjemputan tamu-tamu kehormatan baik dari dalam maupun luar negeri. Penyambutan tamu kehormatan tersebut sedikit berbeda dari daerah lainnya. Para tamu kehormatan tidak hanya disambut dengan pagar ayu atau pengalungan bunga, tetapi juga dengan Tari Patuddu. Tari Patuddu yang memperagakan tombak dan perisai ini disebut juga tari perang. Disebut demikian karena sejarah tarian ini memang untuk menyambut balatentara KERAJAAN BALANIPA yang baru saja pulang dari berperang. Menurut sebagian masyarakat setempat, Tari Patuddu ini lahir karena sering terjadi huru-hara dan peperangan antara balatentara Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Passokorang pada masa lalu. Set...
 
                     
            I Tui-Tuing adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. I Tui-Tuing dalam bahasa Mandar terdiri dari dua kata, yaitu i yang berarti “si” (menunjuk pada dia lelaki ataupun perempuan), dan tui-tuing yang berarti ikan terbang. Jadi, I Tui-Tuing berarti si laki-laki ikan terbang atau manusia ikan. Menurut cerita, I Tui-Tuing pernah melamar keenam putri seorang juragan. Dari keenam putri juragan tersebut, hanya putri ketiga bernama Siti Rukiah yang bersedia menerima lamarannya. Alkisah, di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, ada sepasang suami-istri miskin yang senantiasa hidup rukun dan bahagia. Namun, kebahagiaan mereka belum terasa lengkap, karena belum memiliki anak. Untuk itu, hampir setiap malam mereka senantiasa berdoa kepada Tuhan agar dikarunai seorang anak. “Ya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karuniakanlah kepada kami seorang anak...
 
                     
            I Karake’lette’ adalah seorang laki-laki cacat yang hidup di zaman kerajaan Balanipa Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. I Karake’ lette’ sendiri artinya orang yang berkaki cacat. Walaupun cacat, ia menjadi penentu kemenangan Kerajaan Balanipa dalam perang melawan Kerajaan Gowa, dengan menaklukkan Raja Gowa. ∞∞∞ Alkisah, di daerah Mandar Sulawesi Barat, terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Balanipa . Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Rakyatnya hidup damai, sejahtera, aman, dan sentosa. Pada suatu hari, kedamaian mereka terusik oleh sebuah kabar buruk bahwa pasukan Kerajaan Gowa dengan dipimpin oleh rajanya akan datang menyerang negeri mereka. Mendengar kabar tersebut, Raja Balanipa segera bermusyawarah dengan para ponggawa dan pembesar kerajaan untuk menyusun strategi dalam menghadapi serangan musuh. &ldquo...
 
                     
            Hawadiyah adalah seorang gadis miskin dan yatim yang tinggal di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat. Pada suatu waktu, seorang Mara`dia (Raja) Jawa datang meminangnya dan mengajaknya untuk melangsungkan pernikahan di Pulau Jawa. Namun, niat baik Mara`dia Jawa itu dihalang-halangi oleh seorang gadis bernama Bekkandari . Konon, pada zaman dahulu kala, ada dua orang gadis yang tinggal di sebuah kampung di daerah Mandar. Gadis yang pertama bernama Bekkandari , sedangkan gadis yang kedua bernama Hawadiyah . Kedua gadis tersebut memiliki perbedaan yang sangat mencolok, terutama dari segi banyaknya harta. Bekkandari berasal dari keluarga yang sangat kaya. Ayahnya memiliki perkebunan kelapa yang luas dan usaha pembuatan minyak goreng. Sementara Hawadiyah seorang gadis yatim yang berasal dari keluarga yang sangat miskin. Ia tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk reyot di ujung kampung. Untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari, Hawadiya...
 
                     
            Pada zaman dahulu kala, di daerah Mandar, Sulawesi Barat, hiduplah seorang anak raja di daerah pegunungan. Ia tinggal dalam sebuah istana yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon buah-buahan. Di dalam taman itu terdapat sebuah kolam pemandian yang sangat bersih dan jernih airnya. Pada suatu haru, saat gerimis turun, tampaklah pelangi yang indah sekali di atas istana anak raja. Bersamaan dengan itu tercium pula wewangian yang harum sekali. Si anak raja seger mencari-cari asal wangi-wangian itu namun tak dijumpainya di dalam istana. Kemudian ia terus mencari hingga ke halaman istana. Di sana pun ia tak menemukan sumbernya kecuali kenyataan bahwa bunga-bunga dan buah-buahan miliknya telah dipetik orang. Anak raja menjadi sangat marah. Ia ingin sekali menangkap dan menghukum para pencuri yang berani mengambil tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Maka disusunlah siasat untuk menangkap si pencuri. Keesokan harinya si anak raja bersembunyi di taman untuk mengintai. Tak lama kem...
