Pertunjukan koayang, atau pakkoa-koayang (lucu dan sangat menghibur), biasanya dipadukan dengan tabuhan rebana sebagai hiburan. Pertunjukan ini mungkin banyak yang tak tahu dan belum pernah menyaksikannya. Dari apa yang saya saksikan, saya tak percaya jika Anda tak tertawa terbahak bahak jika menyaksikan kelucuan mereka.
Pertunukan Koayang yang ditampilkan oleh grup rebana di dusun Sumael dibarengi dengan cerita oleh lawan main pakkoayang yang disebut pattemba koayang. Bukan saja para koayang yang bergerak sendiri tapi ada lawan main pakkoayang yang disertai dengan guyonan dari awal hingga akhir pertunjukan. Biasanya tampil terlebih dahulu dengan koayang yang seakan terbang dan sesekali mencoba mematuk penonton.. setelah itu datanglah pattemba koayang dengan menunggang banyal guling (missawe) disertai dengan kayu sebagai senjata.. Masing-masing bergerak sesuka mereka dan dilanjut dengan guyonan lucu dan koayang ditembak. Setelah tertembak kemudian koayang tumbang dan mencoba dihidupkan kembali. (dari awal hingga akhir disertai komedi ).
Sejak saya masih anak-anak, pertunjukan ini sudah sering saya saksikan, karena kebetulan almarhum kakek seorang annangguru parrawana (pengajar rebana) dan pernah saya tanyakan bahwa memang sejak dahulu pertunjukan Koa-Koayang sudah ditampilkan.
Pakkoa-koayang sudah hampir punah, dalam grup binaan rebana kakek saya bahkan sudah jarang juga ditampilkam, namun saat ada acara pernikahan atau khatam Al Qur'an dirumah kami, sajian Koa-Koayang tidak pernah absen dihadirkan.
Koayang atau yang biasa disebut dengan Koa-Koayang terinspirasi dari sejenis burung bernama Koa yang saat ini sudah jarang ditemukan. Dari burung Koa pertunjukan ini lahir, sehingga bagian kostum penarinya pada bagian atas menyerupai burung dengan paruh yang panjang.
Menurut seorang anggota Teater Flamboyan Zulkifli Muhammad Siddiq Koa-koayang adalah genre pertunjukan rakyat, sama seperti ludruk dan ketoprak di pulau Jawa. Ditambahkan pula oleh Pendiri Uwakeq Culture Foundation, Muhammad Rahmat bahwa Koayang bukan merupakan tarian, ia dapat disebut tarian ketika lakon koayang ditarikan.
Sanggar seni Teater Ampat (Ammana Pattolawali) dari kab. Majene pada tahun 2007 juga pernah membawakan pertunjukan ini di Jakarta, seperti dijelaskan oleh Sahari Ari. Jenis pertunjukan ini dahulu juga pernah dibawakan oleh Teater Flamboyant asal Tinambung, kab. Polman dalam pementasan pada tahun 1999 di IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, seperti yang dijelaskan oleh Abed Mubarak dari Teater Flamboyan.
Hanya sayang pertunjukan ini termasuk jarang dilakukan. Lokasi pertunjukan Koayang baru-baru ini dilaksanakan di kediaman kepala dusun Sumael, desa Samasundu, kecamatan Limboro, kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat oleh grup rebana perpaduan dari 4 Grup (Binaan Alm. ABD. RAHMAN (Puaq Sipa').
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.