|
|
|
|
Tari Patudu, Cerita Rakyat Sulawesi Barat Tanggal 17 Aug 2018 oleh OSKM18_16918053_Iqbal Iqbal Adi Putra. |
Pada zaman dahulu kala, di daerah Mandar, Sulawesi Barat, hiduplah seorang anak raja di daerah pegunungan. Ia tinggal dalam sebuah istana yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon buah-buahan. Di dalam taman itu terdapat sebuah kolam pemandian yang sangat bersih dan jernih airnya.
Pada suatu haru, saat gerimis turun, tampaklah pelangi yang indah sekali di atas istana anak raja. Bersamaan dengan itu tercium pula wewangian yang harum sekali. Si anak raja seger mencari-cari asal wangi-wangian itu namun tak dijumpainya di dalam istana. Kemudian ia terus mencari hingga ke halaman istana. Di sana pun ia tak menemukan sumbernya kecuali kenyataan bahwa bunga-bunga dan buah-buahan miliknya telah dipetik orang. Anak raja menjadi sangat marah. Ia ingin sekali menangkap dan menghukum para pencuri yang berani mengambil tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Maka disusunlah siasat untuk menangkap si pencuri.
Keesokan harinya si anak raja bersembunyi di taman untuk mengintai. Tak lama kemudian muncullah pelangi warna warni yang disusul dengan tujuh ekor merpati terbang berputar-putar dengan indahnya. Tiba-tiba ketujuh ekor merpati itu menjelma menjadi bidadari yang cantik. Dengan suka ria mereka pun mandi di kolam. Beberapa bidadari itu senang sekali memetik bunga dan buah-buahan. Anak raja sangat terpesona melihat kecantikan ketujuh bidadari itu. Kemudian timbul keinginan untuk memperistri salah satu dari mereka.
Lalu terlintaslah dalam pikiran anak raja untuk mengambil salah satu selendang bidadari itu. Dan benar saja, berkat selendang yang disembunyikan oleh si anak raja, salah seorang bidadari itu tak dapat lagi terbang ke kahyangan. Bidadari yang bernama Kencana itu akhirnya dijadikan istri si anak raja. Beberapa tahun kemudian mereka mempunyai anak.
Pada suatu hari, bidadari Kencana membersihkan kamar tempat suaminya menyimpan benda pusaka. Tak disangka ia temukan selendangnya. Oh alangkah senang hati bidadari Kencana. "Aku akan kembali ke kahyangan," kata Kencana. Dan ketika suaminya pulang, sambil menyerahkan anaknya, Kencana berpamitan hendak kembali ke kahyangan. "Seandainya kalian merindukan aku, pandanglah pelangi seiap kali muncul dihadapanmu." Kemudian Kencana pun terbang ke kahyangan. Ia terbang sambil mengipas-ngipaskan selendangnya naik menyusuri pelangi.
Singkat cerita, sejak saat itu, setiap kali pelangi muncul, ayah dan anak itu memandanginya untuk melepas rindu pada Bidadari Kencana. Oleh masyarakat setempat, gerakan Bidadari Kencana mengipas-ngipaskan selendangnya saat menyusuri pelangi diabadikan dalam Tari Patuddu, salah satu tarian di daerah Mandar, Sulawesi Barat. Tarian ini biasanya ditarikan untuk menyambut tamu agung.
Sumber : Buku Kartu Dongeng Nusantara karya Kak Tino
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |