Setiap orang memiliki perangai yang berbeda-beda. Ada yang baik, ada pula yang buruk. Di daerah Kepulauan Riau, Indonesia, hiduplah sebuah keluarga yang miskin. Keluarga tersebut terdiri dari seorang ayah, ibu dan tiga orang anak. Ketiga anak tersebut memiliki perangai yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perangai anak yang tua (sulung) dan yang tengah, sangat berbeda dengan anak yang bungsu. Si Bungsu sangat rajin bekerja, sehingga ia menjadi anak kesayangan ayah mereka. Melihat hal itu, anak yang sulung dan yang tengah merasa iri hati dan benci terhadap si Bungsu. Oleh karena itu, mereka berniat untuk mencelakakannya. Apa yang akan dilakukan anak yang sulung dan yang tengah terhadap si Bungsu? Berhasilkah mereka mencelakakan si Bungsu? Bagaimana nasib si Bungsu? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisahnya dalam cerita Kelingking Sakti berikut ini. * * * Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah desa di Kepulauan Riau, hiduplah sepasang suami-istr...
Alkisah, di tanah Bengkalis hiduplah seorang pemuda bernama Bujang Enok. Ia hidup miskin dan sebatang kara, tak berayah, tak beribu, tak juga bersaudara. Namun, ia adalah pemuda yang baik dan pemurah hati. Pekerjaan sehari-harinya mencari kayu api di dalam hutan, yang kemudian dijualnya ke pasar atau ditukarkannya dengan beras dan keperluan hidupnya yang lain. Suatu pagi, Bujang Enok sedang berjalan di tengah hutan, tiba-tiba ia dihadang seekor ular berbisa. “Ssssss......Ssssss.....”, ular itu berdesis menjulur-julurkan lidahnya ke arah Bujang Enok. Melihat ular itu, Bujang Enok berusaha menghalaunya dengan baik, namun tidak juga mau pergi. Lalu ia pun mendiamkannya. Ketika ia diamkan, ular itu justru hendak mematuk Bujang Enok. Dengan terpaksa, Bujang Enok pun melecutnya dengan semambu (tongkat rotan), pusaka peninggalan almarhum ayahnya. Sekali lecut, ular berbisa itu pun menggeliat, lalu mati. Setelah melihat tak bergerak lagi, Bujang Enok seger...
Rentak Bulian merupakan ritual pengobatan yang berasal dari suku Talang Mamak, Indragiri Hulu. Nama tari ini diambil dari Kata Rentak dan Bulian . Rentak yang maksudnya merentak atau melangkah , dan Bulian adalah tempat singgah mahluk bunian atau mahluk halus dalam bahasa daerah Indragiri Hulu. Tarian Rentak Bulian ini sangat kental dengan suasana dan unsur magis, dan sebelum ritual tari dilakukan dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama oleh penari. Ritual tersebut diantaranya sebagai berikut : Penari adalah terdiri dari delapan orang muda yaitu 7 ( tujuh ) perawan dara yang cantik dan molek tidak sedang kotor (bersih dari haid), serta 1 ( satu ) orang pemuda gagah perkasa yang baligh Hapal benar gerak dan laku tari Setiap penari tak ada yang berdekatan bertalian darah Seluruh penari mendapat izin tetua adat kampung Sebelum menari, penari sudah diasapi dengan gaharu Alat musik harus di keramati Maya...
Suluh semarak cahya sejarah Hampirpun padam ulah manusia Karena helah lupalah sudah Hikayat Hang Tuah hampirpun sirna Wahai Agar terang bawa bersuluh Beriak air di laut Bintan menangis bersedih meratapi diri Terisak sedih Bintan menangis Mambang bunian gunung Sri Bintan Gundah gulana rindu menanti Musim berganti beredar zaman Paduka Hang Tuah belum kembali Wahai Agar terang bawa bersuluh Berhembus semilir angin ke Utara tlah bertungkus lumus hikayat tlah pupus Berhati pilu Bintan tersedu Usah ditanya siapa yang salah Renung kembali diri sendiri Putra Melayu usahlah resah Legenda pusaka dikaji lagi Wahai Agar terang bawa bersuluh Sesal kemudian tiada berguna coba simak lagi ceita semula Agar tak padam Suluh sejarah
Nama permainan diambil dari nama nyanyian yang dinyanyikan pemain secara bergantian saat bermain. Saat zaman penjajahan, permainan ali oma telah dimainkan anak-anak di Pekanbaru dan sekitarnya yang disebut dengan "main sembunyi- sembunyian", selelah merdeka nama permainan berubah menjadi ali oma sesuai dengan lagu pengiring permainan. Permainan ini dilakukan anak-anak laki-laki dan perempuan berjumlah 5 sampai 20 orang, berusia 7 sampai 12 tahun oleh seluruh lapisan masyarakat. Bila anak-anak laki-laki dan perempuan berkumpul 5 orang alau lebih bersepakat untuk bermain ali oma mereka meneari tempat bermain yaitu lapangan yang agak luas, terdapat tembok atau pohon kayu yang agak besar untuk digunakan sebagai benteng dalam permainan, di sekitarnya terdapat tempat persembunyian seperti semak-semak yang tidak berbahaya. Kemudian mereka melakukan undian untuk menentukan siapa yang "jadi" dan "penyuruk". Undian dilakukan dengan cara "lambung uang" yaitu semua pemain menelentan...
Awal Mula Batik Riau Batik Riau bermula sejak jaman Kerajaan Melayu dulu, yakni Kerajaan Daik Lingga (1824-1911) di Kepulauan Riau. Batik di jaman Lingga ini tidak menggunakan lilin sebagai perintang warna, melainkan pewarna perak dan kuning dicap pada bahan kain menggunakan perunggu yang bercorak khas melayu. Kain yang digunakaan adalah kain halus, seperti sutra. Seiring perjalanan waktu, penggunaan logam perunggu ini pun berakhir dan digantikan dengan bahan kayu yang lunak yang disebut kerajinan Telepuk. Kerajinan Telepuk ini menggunakan menggunakan bahan cap yang berasal dari buah-buahan keras, seperti kentang. Telepuk sendiri berarti gambar bunga-bungaan dengan perada pada kain atau kertas. Kain Telepuk merupakan kain berbunga-bunga yang berasal dari India. Batik Riau Modern Pada tahun 1985, Pemerintah Provinsi Riau berupaya membangkitkan kembali Batik Riau dengan memberi pelatihan kepada masyarakat. Teknik dan pembuatan Batik Riau sama halnya...
Orang pertama yang memperkenalkan tenun Siak adalah seorang perajin yang didatangkan dari Kerajaan Terangganu Malaysia pada masa ketika Kerajaan Siak diperintahkan oleh Sultan sayid ali. Dari terangganu Wan Sitti Binti Wan Karim dibawa ke Siak Sri Indrapura. Beliau adalh seorang wanita yang cakap dan terampil dalam bertenun. Beliau mengajarkan bagaimana cara menenun kain songket. Pada awalmya tenun yang diajarkan adalah tenun tumpu, kemudian bertukar ganti dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan “Kik” . Kain yang dihasilkan disebut dengan kain tenun siak. Pada awalnya kain tenun Siak ini dibuat terbatas bagi kalangan bangsawan saja, terutama sultan dan para keluarga serta para pembesar kerjaan dikalangan Istana Siak. Kik adalah alat tenun yang sederhana, terbuat dari bahan kayu berukuran sekitar 1 x 2 meter. Sesuai dengan ukuran alatnya, maka kain yang dihasilkan tidaklah lebar, sehingga tidak cukup untuk satu kain sarung, sehingga harus...
Tabel Mando atau yang biasa dikenal engan nama "Pizza nya Natuna" ini merupakan makanan khas Pulau Nautuna, Riau. Bahan bahan yang perlu di siapkan untuk membuat Tabel Mando adalah; Kelapa, Ikan Salai, Sagu, Cabai, Garam dan Penyedap Rasa Tabel Mando di buat dengan bahan utama sagu yang di campur dengan ikan kering, Kelapa kukur yang tidak di parut kemudian di campur dengan bumbu-bumbu. tidak mudah membuat makanan khas ini, di perlukan pengecapan tinggi, dan keahlian khusus agara rasanya tidak mengecewakan. proses pembuatannya di awali dengan menyaring tepung sagu, kemudian sagu di gongseng, setelah setengah matang, bumbu yang terpisah tado di aduk hingga merata, sambil kita mengaduknya tambahkan air secukupnya, kemudian dipanggang dalam kuali bolak-balik. setelah 10 menit, Tabel Mando pun siap dinikmati
Balimau Kasai adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar di Provinsi Riau untuk menyambut bulan suci Ramadan. Acara ini biasanya dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa. Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri. Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah wangi- wangian yang dipakai saat berkeramas. Bagi masyarakat Kampar, pengharum rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum memasuki bulan puasa. Sebenarnya upacara bersih diri atau mandi menjelang masuk bulan Ramadan tidak hanya dimiliki masyarakat Kampar saja. Kalau di Kampar upacara ini sering dikenal dengan nama...