Bahan : - Ubi lancar ( rambat ) ½ Kg - Terong asam 1 biji - Cabe besar merah 2 biji - Daun keman atau kangkung 1 ikat - Kapala ikan sungai - Bawang hutan ( daun/ buah ) - Bawang merah 2 siung - Tontong kotok ( jenis rotan besar yang muda ) Cara membuat : - Bersihkan semua bahan, rebus terong asam, cabe dan irisan bawang hingga masak - Kemudian masukkan ubi, tontong kotok, kepala ikan, bawang hutan kedalam rebusan tadi hingga empuk - Angkat rebusan terong asam dan cabe, lalu haluskan dengan garam dan terasi setelah halus masukkan kembali kedalam rebusan tadi - Terakhir masukkan daun keman atau kangkung hingga mendidih lalu angkat dan sajikan Sumber : http://www.visitingkutaikartanegara.com/depan?module=kuliner&sub=resep_masakan
TIDAK ada orang Dayak tanpa hutan. Pemanfaatan hutan karena itu merupakan salah satu ciri yang mengakar dalam kehidupan, kebudayaan dan adat istiadat suku Dayak sejak nenek moyang mereka. Masyarakat Dayak Kenyah misalnya, mengenal konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam lewat tana’ ulen . Tana’ artinya tanah, ulen artinya dibebankan hak, milik . Dalam pengertian sempit, tana’ ulen adalah istilah untuk menyebut sesuatu yang telah dianggap sebagai milik, atau telah dikuasai dan pemanfaatan dan akses terbatas, dan dijadikan simpanan,. Secara luas, pengertian tana’ ulen adalah kawasan hutan yang dijadikan milik dan hutan lindung adat, dan pengelolaan dan pemanfaatannya juga diatur secara bersama agar agar tetap lestari untuk generasi sekang dan mendatang. Tana ’ u len biasanya berupa areal hutan yang kaya akan sumber daya alam seperti rotan ( Calamus spp ), sang (Licuala sp)...
Kentau adalah jenis kidung Kenyah yang dibawakan untuk menghibur hati. Kentau dapat diuraikan melalui dua aspek. Pertama, dilihat dari situasi pada saat kentau dibawakan; dan, kedua, dari cara melantunkan sebuah kentau. Situasi Saat Kentau Dilantunkan Kentau dapat dikelompokkan berdasarkan situasi pada saat kentau dilantunkan. Istilah yang digunakan untuk subklasifikasi kentau adalah dayung 'lagu”. Jenis dayung yang ditemui pada saat penelitian ini adalah : Dayung Arui, yaitu dayung yang dilantunkan pada saat memanggil orang agar keluar dari amin mereka dan berkumpul di usei, beranda”, untuk menyambut tamu atau untuk bersantai. Dayung Badetiang, yaitu dayung yang dilantunkan untuk menghibur hati dan biasanya dapat pula digunakan untuk mengiringi tarian. Dayung Ajau, yaitu dayung yang dilantunkan pada saat ada kegiatan di ladang, misalnya pada saat uyen umaq 'membuka ladang', menugal menanam', maupun pada saat padei muding ...
Jatong adalah alat komunikasi bunyi, atau alat tabuh berbentuk tambur panjang, berukuran panjang sampai 4 meter, pada bagian tam bur bergaris tengah 60 cm, terbuat dari kulit kambing (mek), atau kulit rusa (payau), kulit sapi. Sapi merupakan hewan ternak yang langka. Seluruh badan jatong dibuat dari sebatang kayu gelondong utuh yang dikerok bagian tengahnya, dan dibentuk mirip terompet besar, sekeli ling badan jatong diberi tali-tali rotan memanjang dari ujung ke ujung yang berfungsi sebagai penyetel bunyi tambur, bila kendor talinya, bunyi jadi rendah dan tidak nyaring. Jatong digantung melintang di serambi depan dari tempat tinggal golongan paren, dan yang boleh menabuh atau membunyikan jatong hanyalah orang berstatus sosial bangsawan laki-laki maupun perem puan. Fungsi jatong dahulu adalah menyiarkan berita tanda serangan musuh, dan juga alat tabuh yang digunakan dalam upacara mamat. Kini fungsinya berubah hanya ditabuh bila ada warga desa yang mengalami kecelakaan luar biasa...
Di pondok kecil di tepi hutan, hiduplah seorang pemuda bersama ibunya. Mereka bekerja mengumpulkan kayu bakar. Saat lelah, Ibu Alun akan menghibur anaknya. Ibu bernyanyi dan bermain sampek yang terbuat dari kayu borneo. Alun belatih tekun agar dapat memainkan sampek. Hingga akhirnya, jemari Alun lincah, mahir memetik senar sampek yang mirip dengan gitar tersebut. “Ukiran dan warna cat sampek ini bagus sekali, Bunda,” kagum Alun. “Nada-nadanya juga terdengar indah.” Saat Alun bermain keluar rumah, dia membawa sampek miliknya. Biasanya Alun mengajak seekor belalang peliharaannya. Alun mengikat kaki belalang itu dengan tali agar ia tidak terbang jauh. Alun senang bermain ke taman yang letaknya di samping Istana Kayu. Jaraknya memang jauh dan harus menembus hutan. Taman yang indah itu rimbun dengan aneka pohon buah yang bisa dipetik. Alun suka mengibur pengunjung taman. Pengunjung yang senang mendengarkan sampek, memberi uang koin...
Banyak di antara kita yang tidak mengerti bedanya antara kambing dan domba. Apalagi masyarakat perkotaan yang tidak pernah merasakan rasanya berternak kambing atau domba. Tahunya sekedar makan sate dan gulenya. Keduanya memang mirip, tapi sebenarnya sangat berbeda. Apa saja yang membedakan antara kambing dan domba? Simak ulasan berikut ini: 1. Perbedaan Makanan Domba dan kambing memang pemakan tumbuhan, namun ketika liar di luar kandang, mereka mempunyai makanan kesukaan masing-masing. Kambing lebih senang makan dedaunan yang berada di atas, contohnya daun mahoni, daun pisang, daun ketela, dan lain-lain. Sedangkan domba cenderung senang makan rumput yang berada di bawah. Saya ulangi, itu jika mereka dapat memilih santapan di hutan. Kalau kambing/domba yang dipelihara dalam kandang, maka tidak dapat memilih jenis pakan. Mereka cuma makan sesuai dengan apa yang dikasih oleh peternak. 2. Perbedaan Fisik Bentuk m...
Sungai Mahakam memiliki banyak anak sungai, salah satu nya adalah Sungai Kerbau yang mengalir melalui kota Samarinda, Kalimantan Timur. Masyarakat setempat mengkeramatkan sungai karena sebuah peristiwa aneh yang terjadi beratus-ratus tahun yang lalu. * * * Pada pertengahan abad ke-13 Masehi, tersebutlah seorang raja bernama Aji Maharaja Sultan yang bertahta di Kerajaan Kutai Kartanegara. Ia merupakan Sultan Kutai Kartanegara ke-3 yang memerintah dari tahun 1360 hingga 1420 Masehi. Pada masa pemerintahannya, Aji Maharaja Sultan mempunyai cita-cita tinggi yakni menyatukan kerajaan-kerajaan di sekitar Mahakam seperti Kutai Martapura, Sri Bangun, Sri Muntai, Tanjung, dan Bahau agar berada di bawah kekuasaan Kutai Kartanegara. Cita-cita sang Sultan pun terkabul dan Kutai Kartanegara menjadi kerajaan yang makmur dan sejahtera. Selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, kerajaan ini juga mendapat upeti dari kerajaan-kerajaan taklukan. Suatu hari, Aji Maharaja Sultan bermak...
Legenda Orang Basap adalah salah satu rumpun suku Dayak di Kalimantan Timur yang tinggal di wilayah Bontang dan Sangkulirang . Menurut cerita , Orang Basap merupakan keturunan orang-orang Cina yang kawin dengan suku Dayak Punan . Meskipun Orang Basap pada umumnya tidak berkulit kuning, tetapi mata mereka tetap sipit seperti orang Cina. Bagaimana perkawinan campuran antara dua suku yang berbeda ini bisa terjadi? Simak kisahnya dalam cerita Asal Usul Orang Basap berikut ini! * * * Dahulu, di Tepian Batu atau Kutai Lama, Kalimantan Timur, berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan itu didirikan oleh Maharaja Aji Batara Agung Dewa Sakti yang memerintah dari tahun 1300-1325 Masehi. Konon, sang Maharaja gemar bermain sabung ayam. Ia mempunyai seekor ayam jantan yang sakti bernama Ujung Perak Kemudi Besi. Ayam itu selalu menang dalam setiap pertarungan. Namanya pun...
Suku Tunjung merupakan satu dari 28 anak suku Dayak yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Mereka sebagian besar mendiami tepian Sungai Mahakam dan Sungai Bengkalang. Pada zaman dahulu, suku ini dipimpin oleh raja secara turun-temurun. Siapakah raja pertama suku Tunjung yang kemudian menurunkan raja-raja berikutnya? Temukan jawabannya dalam cerita Asal Usul Raja-Raja Suku Tunjung Dayak berikut ini! * * * Di daerah Kalimantan Timur, ada dua orang bersaudara yang bernama Gah Bogan dan Suman. Gah Bogan tinggal di Negeri Linggang yang terletak tidak jauh dari Sungai Bengkalang. Sementara itu, Suma menetap di Negeri Londong, sebelah kanan mudik Sungai Mahakam. Suatu hari, istri Gah Bogan yang bernama Gah Bongek melahirkan anak kembar delapan. Barangkali karena alasan tidak sanggup menghidupi kedelapan anak tersebut sehingga pasangan suami istri itu memutuskan untuk membuang anak-anak mereka ke Sungai Mahakam....