Di pondok kecil di tepi hutan, hiduplah seorang pemuda bersama ibunya. Mereka bekerja mengumpulkan kayu bakar. Saat lelah, Ibu Alun akan menghibur anaknya. Ibu bernyanyi dan bermain sampek yang terbuat dari kayu borneo. Alun belatih tekun agar dapat memainkan sampek. Hingga akhirnya, jemari Alun lincah, mahir memetik senar sampek yang mirip dengan gitar tersebut.
“Ukiran dan warna cat sampek ini bagus sekali, Bunda,” kagum Alun. “Nada-nadanya juga terdengar indah.”
Saat Alun bermain keluar rumah, dia membawa sampek miliknya. Biasanya Alun mengajak seekor belalang peliharaannya. Alun mengikat kaki belalang itu dengan tali agar ia tidak terbang jauh. Alun senang bermain ke taman yang letaknya di samping Istana Kayu. Jaraknya memang jauh dan harus menembus hutan. Taman yang indah itu rimbun dengan aneka pohon buah yang bisa dipetik.
Alun suka mengibur pengunjung taman. Pengunjung yang senang mendengarkan sampek, memberi uang koin untuknya. Dengan gembira, Alun pulang ke rumah dan membeli makanan untuk ibunya.
Suatu hari, ada seorang gadis kecil yang kagum pada permainan sampek Alun. Gadis kecil itu terus saja mendengarkan nada-nada dari sampek Alun hingga sore hari. Alun menghampiri si gadis kecil dan menyapanya.
“Adik cantik, tidakkah kamu ingin pulang?” tanya Alun.
“Rumahku di dekat sini, Kak,” jawab gadis kecil. “Aku ingin sekali bisa bermain sampek. Maukah engkau mengajariku?”
Alun mengangguk dan mulai mengajari gadis kecil itu cara bermain sampek.
Ternyata ada seorang Raja baik hati yang melihat kebaikan Alun. Raja memberi hadiah sebuah stoples untuk Alun.
“Terima kasih, Tuan Raja. Stoples ini akan jadi kandang belalangku. Tapi, rumahku sangat jauh. Rasanya sulit membawa sampek dan stoples bersamaan. Bolehkan aku menitipkan stoples ini? Esok aku akan mengambilnya kembali,” tanya Alun.
“Silakan, Alun. Taruhlah stoples itu dekat pohon pisang,” jawab Raja.
Keesokan harinya, saat Alun kembali ke pohon pisang dia terkejut. Stoples itu sudah terguling dan pecah. Di dekatnya berdiri seekor ayam jantan. Ayam itu mematuk belalang kesayangannya. Akhirnya Alun kembali ke taman dan memainkan sampek dengan nada sedih.
Mendengar alunan nada sampek, Raja pun datang mendekati. Raja merasa bersalah dan meminta maaf karena ayam itu miliknya. Dengan senang hati Alun memaafkan Raja.
“Ambillah ayam itu sebagai pengganti belalangmu.” pinta Raja.
Alun kembali menitipkan ayam itu dan memasukkannya ke kandang dekat pohon mangga.
Keesokan harinya, saat kembali ke kandang, ayam itu lepas dari pegangan Alun. Setelah keliling mencari, Alun berhasil menemukan ayam itu dekat lumpung padi. Namun sayang, ayamnya sudah mati. Di samping ayam tergeletak sebatang anak lesung. Alat itu biasanya digunakan untuk menumbuk padi.
Alun kembali ke taman dan bermain sampek. Mendengar alunan sampek yang sedih, Raja meminta maaf. Rupanya, seorang pembantu istana melempar anak lesung ke arah ayam milik Alun. Dia takut bila ayam merusak dan memakan padi di lumbung.
“Ambilah anak lesung itu sebagai pengganti ayammu.” pinta Raja.
Alun kembali menitipkan anak lesung itu dan meletakkannya di dekat pohon nangka.
Keesokan harinya, Alun mendapati anak lesungnya sudah patah jadi dua. Rupanya, semalam buah nangka jatuh menimpa anak lesung. Alun sedih, karena tidak bisa memberikan anak lesung untuk ibunya.
Sama seperti kemarin, mendengar alunan sampek yang sedih, Raja datang menenemui Alun. Dia kembali meminta maaf karena pohon nangka miliknya sudah merusak anak lesung Alung.
“Ambillah buah nangka itu sebagai pengganti anak lesungmu.” pinta Raja.
Alun kembali menitipkan nangka dan menaruhnya dekat dapur istana.
Keesokan harinya, Alun kembali ke dapur istana. Alun mendapati buah nangka itu sudah habis terkupas. Rupanya semalam, Putri Raja mengupas nangka dan menghidangkan untuk seluruh penghuni istana.
“Maafkan kami karena tidak sengaja memakan nangka milikmu.” ujar Raja yang tiba-tiba saja muncul dari arah belakang. Kali ini Raja tidak sendiri, dia ditemani oleh putrinya.
Betapa terkejutnya Alun, saat melihat paras Putri Raja. Rupanya dia adalah gadis kecil yang pernah belajar bermain sampek. Gadis itu semakin cantik karena mengenakan gaun kerajaan.
“Alun yang baik, ajari terus putriku bermain sampek.” ujar Raja. “Di dekat Istana Kayu, aku sudah membuatkan tempat tinggal untukmu. Ajaklah ibumu untuk tinggal di sana.”
Kali ini, sampek Alun mengalun riang. Alun tersenyum gembira dan menerima tawaran Raja dengan penuh sukacita.
Dua puluh tahun kemudian, Alun berjodoh dengan Putri Raja. Sejak Alun memimpin Istana Kayu yang megah, kedamaian dirasakan oleh penduduknya. Alunan sampek borneo yang indah, selalu dimainkan oleh para penghuni istana.
Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/alun-sampek-borneo/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja