Cerita ini mengisahkan tentang Bengkarung, seekor hewan yang disegani di seluruh rimba belantara karena bisa dan kebaikannya. Para penghuni rimba hidup bahagia dan saling menghormati. Sementara itu, di rimba sebelah hewan-hewan hidup dalam ketakutan, karena tempat tersebut dikuasai oleh Ular Tedung berbisa yang jahat. Ular Tedung merupakan hewan yang ditakuti karena kekejamannya. Meskipun Ular Tedung ditakuti karena kekuatan bisanya, ia merasa terganggu oleh keberadaan Bengkarung yang dianggap memiliki bisa paling mematikan. Oleh karena itu, dia merasa harus membuktikan bahwa bisanyalah yang lebih mematikan. Ular Tedung pun pergi ke rimba tempat Bengkarung berada untuk menantangnya berduel. Namun, selain sifatnya yang kejam Ular Tedung memiliki sifat lain, yaitu licik. Di balik tantangannya kepada Bengkarung, terdapat rencana jahat dan licik yang akan ia lakukan kepada musuhnya tersebut. Cerita ini mengajarkan kita untuk tetap teguh membela kebaikan dan kebenaran meski halangan m...
Sungai Tolang adalah nama suatu jorong, setingkat desa di Minangkabau. Di atas jorong adalah nagari, setingkat dengan kelurahan. Jorong Sungai Tolang termasuk ke dalam wilayah Nagari Tareh di Kabupaten Limopuluah Koto, Provinsi Sumatera Barat. Penduduk asli Kabupaten Limopuluah Koto adalah bagian dari penduduk berbudaya Minangkabau sehingga disebut sebagai orang Minangkabau. Orang Minangkabau menyebut diri mereka “orang beradat” dan negeri mereka “negeri beradat”, yaitu penduduk dan kawasan yang memiliki kebudayaan khas yang dinamai "Minangkabau". Orang Minangkabau merasa bangga dengan kebudayaan, adat atau aturan hidup bersama yang mereka patuhi sejak zaman dahulu. Di antara adata yang berlaku di Minangkabau adalah pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Adat tentang pergaulan laki-laki dan perempuan mewajibkan laki-laki dan perempuan berbeda tempat, misalnya di rumah, di tempat mandi, di warung atau di pasar, dan di tempat pesta. Anak laki-laki dan anak perempuan me...
Fajar baru saja tiba. Matahari mulai menampakkan dirinya di kaki cakrawala. Semburat sinarnya yang kuning keemasan mulai menerangi seluruh alam. Bari, bocah berusia sepuluh tahun itu mulai menuruni tangga Omo Hada miliknya. Omo Hada adalah rumah adat khas suku Nias yang terdapat di Desa Bawomataluo. Pagi ini, ia berniat menjumpai Ina yang tengah sibuk menumbuk padi di dalam lisung batu. Ia sudah tak sabar ingin memulai hari-hari barunya di Tano Niha, sebutan suku Nias untuk menyebut kampung halaman mereka, Tanah Nias. Ia yakin hari ini adalah waktu yang tepat baginya untuk menyapa dunia barunya ini. Sejak kedatangannya sebulan yang lalu, ia sama sekali belum pernah ke luar rumah walaupun hanya sekadar bercengkrama dengan keluarga barunya. “Bari! Mau ke mana kau? Siapa yang suruh kau ke luar rumah?” teriak Ina yang langsung meletakkan alu, alat untu kemnumbuk padi di dalam suatu wadah yang biasanya disebut lisuung batu. Ia bergegas menarik Bari kembali ke dalam Omo Hada mereka....
Panggilan Upiak atau Buyuang bagi orang Minangkabau pada zaman dulu adalah panggilan kesayangan kepada anak perempuan dan anak laki-laki. Panggilan itu dapat pula digunakan untuk menyapa dan menyebut anak-anak yang belum dikenali namanya. Di Nagari Bayang ada seorang anak yang diberi nama Buyuang Kacinduan. Arti nama itu adalah anak laki-laki yang dirindukan. Nama itu diberikan karena Buyuang lahir setelah ayah dan ibunya menanggung kerinduan yang sangat lama untuk memiliki anak. Buyuang Kacinduan benar-benar menjadi seorang anak yang sangat disayangi oleh ayah-ibunya. Namun, meskipun sangat disayang, Buyuang tidaklah tumbuh menjadi anak yang manja. Kedua orang tuanya seperti mempersiapkan bekal untuk kehidupan Buyuang kelak di kemudian hari. Setiap hari Buyuang diajari dengan hal-hal yang baik, seperti harus selalu bersyukur kepada Tuhan, selalu berbuat baik kepada sesama, menyayangi hewan dan tumbuhan, serta rajin membantu pekerjaan ayah-ibu. Semua orang di kampung tempat mereka t...
Tari Ratoh Bantai atau beberapa menyebut Ratoh Bantal, adalah tarian yang berasal dari Aceh Selatan yang memiliki makna. Tarian ini memiliki Makna, Masyarakat aceh selatan yang menyongsong hari depan dan tetap mengutamakan agama sebagai sendi kehidupan yang tidak terpisahkan. Keramahtamahan masyarakat dimunculkan saat memulai tarian Penari ratoh bantai adalah laki laki berjumlah ganjil, dengan pemimpin tari ini berada di tengah-tengah penari. Pemimpin tarian ini disebut Syech dalam tari tradisional Aceh. Syech dipilih berdasarkan kemampuan berolah vokal dan memiliki kecakapan yang lebih dari penari yang lain. Sekilas gerak tarian Ratoh Bantai mirip dengan Tari saman, Ratoh jaroe, Rateb Meusakat, Ratoh duek yaitu ditarikan dengan posisi kaki bersimpuh dan penari duduk sejajar. tatapi yang membedakan tari ratoh bantai dengan tarian aceh yang lainnya adalah dari propertinya, Setiappenari membawa banatalan kecil sebagai properti ciri khas dari ratoh bantai.
Berpantun memang menjadi salah satu ciri khas yang melekat di masyarakat Indonesia. Di lingkungan Sumatra Barat terdapat tradisi berpantun, tepatnya berasal dari Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok yaitu Kesenian Batombe. Pada mulanya Batombe adalah tradisi yang biasa dilakukan ketika membangun rumah gadang. Masyarakat Nagari Abai membangun rumah yang akan ditempati bersama-sama agar terhindar dari ancaman satwa liar serta cuaca yang tidak bersahabat. Pada intinya tradisi ini tercipta karena hasrat untuk menghibur dan memotivasi orang yang bekerja agar lebih bersemangat. Selain berpantun, tradisi batombe juga mengharuskan para pemainnya untuk menari. Perihal aturan adat yang menjadi syarat dilaksanakannya tradisi kesenian Batombe adalah diawali dengan keberadaan sebatang pohon yang hendak dijadikan tiang Rumah Gadang 21 Ruang. Pohon yang dimaksud tidak bisa ditarik setelah ditebang. Menariknya, tatkala seekor kerbau disembelih, pohon tersebut pun bisa ditari...
Makanan bernama Samba Lado Tanak merupakan salah satu makanan khas minangkabau yang masih ada sampai saat ini, cara membuat makanan ini sangat mudah, berikut bahan yang diperlukan untum membuatnya. Bahan-bahan yang diperlukan: 20 butir telur 2 gr Teri Besar, belah 2 2 papan pete, isi dimbil kemudian dipotong dan di rebus 10 buah jengkol di potong 1/4 kg santan pati 1 batang sereh, memarkan 3 lembar daun jeruk 1 lembar daun kunyit, simpulkan garam secukupnya Bumbu Halus: 200 gr cabe merah keriting *Sesuai dengan selera, makin pedas makin nikmat 10 siung bawang merah 3 siung bawang putih 1 cm jahe 0,5 cm kunyit 1 bingkah lengkuas sekitar 5cm, dihaluskan Cara membuat: Haluskan semua bumbu, kemudian masukkan daun daun, kemudian campurkan dengan santan dan garam Aduk-aduk hingga merata dan jangan berhenti mengaduk supaya santan tidak pecah sampai mendidih. Masukkan teri, pete/jengkol, dan telur sambil diaduk. Kecilkan api, masak hingga...
Makanan bernama Samba Lado Tanak merupakan salah satu makanan khas minangkabau yang masih ada sampai saat ini, cara membuat makanan ini sangat mudah, berikut bahan yang diperlukan untum membuatnya. Bahan-bahan yang diperlukan: 20 butir telur 2 gr Teri Besar, belah 2 2 papan pete, isi dimbil kemudian dipotong dan di rebus 10 buah jengkol di potong 1/4 kg santan pati 1 batang sereh, memarkan 3 lembar daun jeruk 1 lembar daun kunyit, simpulkan garam secukupnya Bumbu Halus: 200 gr cabe merah keriting *Sesuai dengan selera, makin pedas makin nikmat 10 siung bawang merah 3 siung bawang putih 1 cm jahe 0,5 cm kunyit 1 bingkah lengkuas sekitar 5cm, dihaluskan Cara membuat: Haluskan semua bumbu, kemudian masukkan daun daun, kemudian campurkan dengan santan dan garam Aduk-aduk hingga merata dan jangan berhenti mengaduk supaya santan tidak pecah sampai mendidih. Masukkan teri, pete/jengkol, dan telur sambil diaduk. Kecilkan api, masak hingga...
Mangilang tabu (kilang tebu tradisional) adalah proses pengolahan air tebu menjadi saka (gula merah). Kegiatan mangilang tabu, merupakan salah satu aktivitas turun temurun yang dijadikan sebagai sumber pendapatan sebagian masyarakat di Nagari Bukik Batabuah, tepatnya di lereng Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam. Pada mulanya, kegiatan mangilang dilakukan secara manual dengan menggunakan penggiling yang terbuat dari kayu dan digerakkan oleh kerbau yang terus berjalan membentuk lingkaran. Mata kerbau ditutup dengan menggunakan tempurung kelapa dan kain agar kerbau dapat terus bergerak. Proses ini akan menghasilkan air tebu untuk selanjutnya diolah menjadi saka nantinya. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai memanfaatkan mesin kilang yang lebih praktis dan efisien untuk mempercepat pekerjaan agar dapat menghasilkan lebih banyak saka dari pada ketika menggunakan penggiling manual yang dibantu oleh tenaga kerbau. Pembuatan saka dilakukan dalam jangka waktu yang tidak dapat d...