Prasasti Siwagrha berangka tahun 778 Saka (856 M) dengan candrasengkala “ Wwalung gunung sang wiku ”. Prasasti ini yang berbentuk batu ini berbahasa dan aksara Jawa Kuno, dan kini menjadi koleksi Museum Nasional dengan No. Inventaris D.28. Prasasti ini berisi tentang peresmian bangunan suci untuk Dewa Siwa, yaitu Siwagraha dan Saiwalaya serta sekaligus memberikan uraian terperinci mengenai sebuah kompleks bangunan suci agama Siwa, yang menurut para ahli adalah kompleks Candi Prambanan yang diresmikan oleh Rakai Pikatan. Prasasti ini menyebutkan peperangan antara Raja Balaputra dan Rakai Pikatan. Karena kalah perang, Balaputra melarikan diri dan membangun tempat pertahanan di atas kaki bukit Ratu Boko, sebagai tanda kemenangannya dalam pertempuran melawan Balaputradewa yang berlangsung di bukit Boko. Atas kemenangan Rakai Pikatan terhadap Balaputradewa, tampaknya Candi Prambanan diban...
Prasasti Wukiran berangka tahun 784 Çaka atau 862 M, dengan menggunakan aksara Jawa Kuno dan memakai dua bahasa, yaitu bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa Kuno. Bagian awal prasasti menggunakan bahasa Sansekerta sebanyak 6 baris yang berisi puji-pujian terhadap Åiwa dan Walaing. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno sebanyak 9 baris. Di baris ke 17 kembali menggunakan bahasa Sansekerta yang berisi puji-pujian terhadap Kumbhayoni. Dua baris terakhir ditutup dengan bahasa Jawa Kuno. Prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Rakai Walaing Pu Kumbhayoni ini, terbuat dari batu andesit ( upala pra Åasti ) yang berbentuk blok dengan puncak setengah lingkaran atau membulat. Secara keseluruhan, prasasti Wukiran mempunyai tinggi 84 cm yang diukur dari bawah hingga hingga ujung puncak prasasti. Tinggi bagian badan prasasti adalah 71,5 cm dan bagian puncak 12,5 cm. Panjang prasasti adalah 35,5 cm dengan ketebalan b...
Permainan ancak-ancak alis berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata ancak-ancak dan alis . Kata ancak berarti bujur sangkar dengan berbingkai pelepah daun pisang untuk lempar sesaji sedangkan kata alis dalam lagu permainan ini yang dimaksud adalah nama seekor kerbau. Dengan demikian antara nama permainan dan permainannya sendiri tidak ada sangkutpautnya. Permainan ancak-ancak alis dapat dilakukan sewaktu-waktu atau pada saat istirahat serta memerlukan halaman yang agak luas. Latar belakang permainan ancak·ancak alis ini menitikberatkan kepada kehidupan pertanian yang sebagian besar merupakan mata pencaharian penduduk di Indonesia. Oleh sebab itu secara tidak langsung permainan ini mendidik anak-anak untuk mengetahui dunia pertanian. Misalnya, mengenalkan nama-nama tanaman, nama hama tanaman, cara– cara bertani dan sebagainya. Dilihat dari ini dari lagu yang mengiringnya dapat disimpulkan bahwa permainan ancak-ancak alis dapat dig...
Berawal dari cerita Tutur–Tinular dari para sesepuh desa Desa Boja dan dari dukungan dari beberapa buku catatan sejarah terkait dengan keberadaan desa Boja yang tidak lepas dari kegiatan bernama syawalan dan acara ziarah di makam se Dapu Boja, telah berjalan pada setiap tahun hingga sekarang. Dimulai dari Tokoh yang bernama Ki Ageng Pandanaran yang kita kenal sebagai salah satu Bupati di Semarang, konon adalah Bupati yang pertama. Ki Ageng Pandanaran adalah keturunan dari Pangeran Mode Pandan termasuk keturunan Sultan Demak Raden Bagus Sebrang Lor atau Pangeran Adi Pati Sepuh. Pangeran Mode Pandan mempunyai seorang putra bernama Raden Pandanaran dan seorang putri bernama Ni Pandansari. Atas kehendak Pangeran Mode Pandan beliau mengajak putra dan putrinya dengan disertai oleh beberapa pengawalnya meninggalkan kota Demak menuju ke arah barat daya guna menyebarkan agama Islam. Dan sampailah disuatu daerah yang bernama pulau tiring dan disitulah beliau mendirikan pesantren. De...
Menurut cerita rakyat daerah Magelang yang berbentuk dongeng. Dongeng adalah cerita khayal. Yang diceritakan dalam dongeng tentu saja tidak benar-benar terjadi. Meskipun demikian, dongeng banyak manfaatnya. Dongeng berfungsi untuk menghibur. Pengarang dongeng menghibur pembaca atau pendengar. Selain menghibur, dongeng juga memberi pendidikan, terutama pendidikan moral. Dongeng sangat digemari, baik oleh anak-anak maupun oleh orang tua. Buktinya, dongeng berkembang terus. Dongeng yang semula lokal seperti dongeng Kancil menyebar secara Nasional. Artinya, dongeng yang semula beredar di daerah tertentu ternyata menyebar dan dikenali masyarakat secara nasional. Bahkan dongeng-dongeng seperti Cinderela, Pinokio, Putri Salju mampu berkembang ke seluruh dunia. Cerita rakyat yang berbentuk dongeng itu sampai sekarang masih hidup dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat masih lestari di berbagai daerah. Demikian pula di Magelang, Jawa Tengah, tempat Candi Borobudur dibangun. Sampai...
Terdapat berbagai macam versi mengenai asal usul nama Magelang. Kebanyakan sumber berdasarkan legenda, cerita rakyat, dongeng, dan lain sebagainya. Kali ini, saya akan mencoba memaparkannya secara singkat beberapa versi asal nama Magelang. Versi Pertama. Syahdan, kata Magelang sendiri berasal dari kedatangan orang – orang dari Keling / Ho-Ling (Kerajaan Kalingga) ke wilayah Kedu. Kalingga sendiri merupakan kerajaan bercorak Hindu Siwais yang berpusat di Jepara yang berkembang pada abad ke-6 Masehi. Alkisah, orang – orang Kalingga yang datang ke wilayah kedu waktu itu senang sekali menggunakan perhiasan berupa gelang. Orang Keling ini kerap mengenakan gelang dibagian tubuh mereka, seperti di tangan dan hidung mereka. Kata ‘ma’ pada Magelang merujuk pada kata kerja yang berarti mengenakan. Maka dari itu Magelang berarti mengenakan atau memakai gelang. Dari rujukan ini, maka Magelang adalah sebuah daerah yang didatangi oleh oran...
Di Magelang terdapat sebuah bukit yang berada di tengah-tengah kota. Bukit itu sangat terkenal karena menjadi salah satu tempaan para taruna AKABRI. Bahkan bukit itu menjadi salah satu ciri khas kota itu, namanya bukit Tidar atau yang lebih di kenal sebagai Gunung Tidar. Gunung Tidar Konon Gunung Tidar merupakan pusat atau titik tengah Pulau Jawa. Syahdan, dahulu kala tanah Jawa ini masih berupa hutan belantara yang tidak seorangpun berani tinggal di sana. Sebagian besar wilayah Jawa ini dahulu masih dikuasai berbagai makhluk halus. Konon Tanah Jawa yang dikelilingi laut ini bak perahu yang mudah oleng oleh ombak laut yang besar. Maka melihat itu para dewata segera mencari cara untuk mengatasinya. Maka berkumpullah para dewa untuk membahas persoalan Tanah Jawa yang tidak pernah tenang oleh hantaman ombak itu. Diutuslah sejumlah dewa untuk tugas menenangkan pulau ini. Mereka membawa sejumlah bala tentara menuj...
Menurut cerita dari mulut ke mulut,ketika Kab. Rembang dipimpin oleh seorang bupati yang bernama Pangeran Sido Laut wilayah Rembang mengalami perkembangan yang sangat luar biasa.Dikarenakan Pangeran Sido Laut adalah seorang yang perkasa,memiliki banyak kesaktian,dan juga memiliki pembantu yang luar biasa,salah satunya kedua adiknya yang bernama Raden Bitingan dan Raden Pamot. Pada saat musim kemarau di wilayah Kab.Rembang dilanda kekeringan,datanglah seorang pengembara asing yang menetap di tengah hutan sebelah selatan pusat pemerintahan Kab. Rembang yang bernama Pande Solang.Anehnya,dalam waktu dekat pengembara ini telah berhasil menghimpun beberapa orang warga disekitarnya menjadi pengikutnya.Hal ini dikarenakan Pande Solang memiliki banyak kesaktian dan ilmu pencak silat yang cukup tinggi. Rupanya Pande Solang memiliki niat yang kurang baik,ia bermaksud merebut kekuasaan Kab. Rembang yang dikuasai oleh Pangeran Sido Laut....
Konon, ketika Raden Pandan Arang mengadakan pertemuan dengan para santri dan abdi dalem, Raden Pandan Arang atas saran para pengikutnya, berkeinginan melakukan perjalanan ke wilayah selatan Semarang. Dengan berbekal secukupnya, Raden Pandan Arang dengan tidak kurang dari lima puluh orang santri dan abdi dalem berjalan ke arah selatan. Karena medan yang mereka tempuh naik turun gunung atau perbukitan, perjalanan mereka tidak selancar ketika melakukan perjalanan ke arah barat. Namun, mereka semua bergembira dan tidak nampak keletihan. Mereka semua terhibur oleh indahnya panorama alam yang mereka saksikan. Dari salah satu bukit yang mereka lalui, tampak di kejauhan Laut Jawa yang membiru. Pemandangan seperti itu belum pernah mereka saksikan dalam perjalanan mereka sebelumnya. Mengetahui kegembiraan dari para pengikutnya, Raden Pandan Arang berpesan, ” Betul. Saya pun merasakan demikian. Ternyata, alangkah indahnya wilayah kita. Oleh karena itu, jagalah semua itu. Jang...