Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Tengah Semarang
Legenda Asal Mula Nama Tembalang
- 14 Juli 2018

Konon, ketika Raden Pandan Arang mengadakan pertemuan dengan para santri dan abdi dalem, Raden Pandan Arang atas saran para pengikutnya, berkeinginan melakukan perjalanan ke wilayah selatan Semarang.

Dengan berbekal secukupnya, Raden Pandan Arang dengan tidak kurang dari lima puluh orang santri dan abdi dalem berjalan ke arah selatan. Karena medan yang mereka tempuh naik turun gunung atau perbukitan, perjalanan mereka tidak selancar ketika melakukan perjalanan ke arah barat. Namun, mereka semua bergembira dan tidak nampak keletihan.

Mereka semua terhibur oleh indahnya panorama alam yang mereka saksikan. Dari salah satu bukit yang mereka lalui, tampak di kejauhan Laut Jawa yang membiru. Pemandangan seperti itu belum pernah mereka saksikan dalam perjalanan mereka sebelumnya.

Mengetahui kegembiraan dari para pengikutnya, Raden Pandan Arang berpesan, ” Betul. Saya pun merasakan demikian. Ternyata, alangkah indahnya wilayah kita. Oleh karena itu, jagalah semua itu. Jangan saudara2 cemari dengan perbuatan2 yang tidak terpuji. Misalnya, menebangi pohon. Laut yang membiru seperti itu jangan dicemari sampah2 di tepinya atau sungai yang mengarah ke sana.”

Tidak berapa jauh dari tempat Raden Pandan Arang dan para pengikutnya beristirahat, ada sebuah perkampungan yang sudah cukup banyak paneduduknya. Kehidupan mereka amat rukun. Dari sisi ekonomi, dapat dikatakan mereka tidak pernah kekurangan. Tanah di daerah itu amat subur. Segala janis tanaman dapat hidup. Mereka sebagian besar hidup dari bertani.

Di wilayah itu terdapat sembilan mata air, yang oleh penduduk setempat dikenal dengan istilah “tuk sanga“. Tuk adalah bahasa Jawa yang artinya “mata air”; sedangkan sanga artinya “sembilan”. Semula keberadaan ke sembilan mata air tersebut tidak menjadi masalah. Bahkan sangat menguntungkan bagi penduduk setempat, apalagi air yang keluar dari ke sembilan mata air tersebut sangat jernih. Oleh penduduk, air tersebut tidak hanya dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci serta memasak, melainkan juga untuk mengairi tanam-tanaman mereka.

Akan tetapi, dua tiga bulan terakhir, keberadaan tuk sanga tersebut menimbulkan masalah bagi penduduk. Masalahnya, air yang keluar dari ke sembilan mata air itu amatlah banyak. Akibatnya air menggenang di berbagai tempat. Bahkan kemudian terbentuklah sebuah danau yang semakin lama semakin besar.

Penduduk pun dengan bergotong royong berusaha menutup lubang – lubang mata air itu, tetapi selalu gagal. Tanah, bahkan batu – batu yang besar yang mereka gunakan untuk menutup mata air-mata air itu selalu saja tenggelam. Masyarakat menjadi panik dibuatnya.

Pada saat masyarakat setempat hampir putus asa itu, munculah Raden Pandan Arang beserta rombongannya. Sesaat Raden Pandan Arang mengambil air wudhu. Setelah itu beliau menggelar sajadah dan sholat. Setelah sholat beliau berdo’a lama sekali. Setelah selesai berdo’a, beliau berkata :

“Saudara-saudara, sepeninggal kami dari desa ini, insya Allah mata air-mata air itu akan segera tidak mengeluarkan air lagi. Cuma satu yang tersisa. Itu masih saudara-saudara perlukan untuk kehidupan sehari-hari. Pesan saya, jagalah kebersihan mata air tersebut, kedua, berilah nama desa ini Tambalang”

“Titah Raden akan kami laksanakan. Akan tetapi, kalau boleh kami tahu, apa arti Tambalang tersebut paduka?” tanya salah seorang penduduk. “Tembalang itu berasal dari kata tambal dan hilang. Bukankah saudara-saudara berkali-kali menambal lubang-lubang mata air-mata air tadi, tetapi selalu hilang bukan?”.

Raden Pandan Arang beserta rombongan segera meninggalkan tempat itu. Keajaiban pun terjadi. Bersamaan dengan kepergian beliau dari tempat itu, sedikit demi sedikit air yang keluar dari mata air – mata air itu pun semakin mengecil. Akhirnya berhenti sama sekali, bertepatan dengan hilangnya Raden Pandan Arang beserta rombongan dari pandangan mata para penduduk. Tingal sebuah mata air yang masih mengeluarkan air seperti yang dikatakan Raden Pandan Arang. Itu pun dengan aliran yang tak seberapa besar.

Sejak itu, daerah atau desa itu dikenal orang dengan nama Tambalang. Lama kelamaan orang menyebutnya Tembalang, sekarang, daerah ini menjadi semakin dikenal dan ramai karena terdapat kampus Universitas Diponegoro.

Sumber: http://semarangkota.com/10/legenda-asal-mula-nama-tembalang/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline