Jember Fashion Carnival atau yang biasa disebut dengan JFC merupakan salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang berasal dari Jember, Jawa Timur. JFC merupakan suatu pertunjukkan seni yang menunjukkan bermacam ragam busana yang dibuat dari barang baru hingga barang bekas yang unik. Berawal dari carnival untuk keluarga, Dynand Fariz, penggagas JFC mengatakan bahwa awalnya JFC ini berdiri dikarenakan komunitas keluarga yang jumlhanya sebelas orang dan ingin menciptakan sesuatu yang baru di acara Lebaran keluarga, maka dari itu asal usul JFC ini terbentuk. Ide JFC sendiri sudah mulai terbentuk pada tahun 1998, namun baru bisa direalisasikan pada tahun 2001. JFC ini mulai diadakan rutin menjadi kegiatan setiap tahun di Kab. Jember mulai tahun 2001 yang sekaligus memperingati hari Kemerdekaan Indonesia. Awal karir Dynand Fariz dalam memperkenalkan JFC ke dunia luar banyak mengalami suka dan duka. Dari susah nya perekrutan anggota, hingga penolakan oleh Pemerintah Daerah...
                    
            Siapa yang tidak kenal Mr. Muhammad Yamin? Ya, beliau adalah salah satu tokoh pahlawan kemrdekaan. Ia memang tidak menggunakan tombak dan bambu runcing untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tapi beliau memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan diplomasi dan ide-idenya. Hal yang mungkin paling kita ingat adalah bagaimana aktifnya Mr. Muhammad Yamin dalam organisasi-organisasi persiapan kemerdekaan seperti BPUPKI,PPKI, dan Panitia Sembilan. Dalam buku-buku sejarah yang kita pelajari sejak Sekolah Dasar dulu pasti selalu mencantumkan nama beliau dalam 3 tokoh utama yang menyampaikan gagasannya dalam perumusan dasar negara Indonesia Merdeka. Sayangnya, satu hal yang sedikit ditutupi ialah fakta bahwa sehari setelah Mr. Muhammad Yamin menyampaikan idenya melalui lisan, beliau juga menyerahkan idenya melalui tulisan, yang mana isi gagasan beliau dalam tulisan tersebut sangat mirip dengan pancasila yang kita junjung sekarang. Beliau juga turut serta dalam merumuskan Piag...
                    
            daerah tersebut para penduduknya masih memegang teguh adat istiadat setempat. Mereka masih sangat menghargai alam dan sangat mencintai kesenian. Jika kita memasuki desa tersebut kita akan merasakan hawa seni yang sangat kental. Para penduduk di desa tersebut sangatlah ramah tamah dengan orang lain. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang sering kali bersifat individualis, bahkan tidak jarang masyarakat perkotaan tidak mengenali siapa yang menjadi tetangganya. Setiap harinya para warga di Desa Ngrajek beraktivitas seperti masyarakat biasanya, sehingga desa tersebut tidak terlihat sebagai pusat kesenian tayub di Kabupaten Nganjuk. Akan tetapi jika ada hari-hari besar atau ada warga yang memiliki hajat desa tersebut pasti diramaikan dengan kesenian tayub. Terlebih jika bulan jawa atau bulan syuro tiba, desa tersebut akan sangat ramai oleh para pendatang dari desa lain bahkan dari kota lain dikarenakan pada bulan tersebut bertepatan dengan acara wisuda para waranggono yang sudah menjad...
                    
            Karnaval bambu adalah kegiatan ang kerap kali diadakan 2 tahun sekali di desa Sembayat, Kec Manyar, Kabupten Gresik. Karnaval bambu adalah sebuah momentum pesta rakyat yang meriah. Karnaval ini sangat mirip dengan parade Ogoh ogoh di Bali. Namun, bedanya adalah komposisi utama dari boneka raksasa itu adalah bambu. Bambu memang seringkali ditemui di desa Sembayat sehingga warga memanfaatkan bambu tersebut dengan sentuhan seni sehingga bambu bambu liar tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Warga membuat boneka raksasa berdasarkan legenda atau cerita rakyat maupun tokoh pewayangan seperti Werkudara, Gatot kaca,Nyai roro kidul dan lain lain. Warga setiap kampung akan berlomba lomba membuat boneka bambu raksasa yang paling indah dan menarik. Boneka bambu raksasa yang paling menarik akan mendapat hadiah. Hal tersebut dapat menambah nilai pariwisata di desa Sembayat pada malam kemerdekaan khususnya. Hal tersebut juga dapat menambah penghasilan warga sekitar dan pedagang kecil....
                    
            Sejarah Lahirnya Tarling DaftarSB19 Tarling berasal dari kata gitar dan suling. Kalau mendengar kata gitar tentu bukan alat musik asli dari Indonesia. Karena gitar berasal dari Eropa dan masuk ke Indramayu melalui jalan perdagangan di Bandar Cimanuk atau Pelabuhan Cimanuk. Belanda berkuasa di Muara Cimanuk dengan membangun Stasiun kereta terakhir di Paoman berasal dari kata Pa Omahan yang artinya Pemukiman, Gudang Beras Bramasta di Bawah Randu Gede Sebelah Timur Sungai Cimanuk dan Sebelah barat pusat pemerintahan Belanda pada abad 16. Saat itu Belanda memperkenalkan irama stambul setelah sebelumnya membawa tanjidor (jidur) selama beberapa ratus tahun. Dikisahkan pada masa penjajahan Belanda mendekati akhir kekuasaannya, ada seorang bangsa Belanda yang memiliki gitar yang terjatuh dan rusak. Kemudian gitar tersebut dibetulkan oleh kalangan masyarakat pribumi ahli kayu di desa Kepandean Indramayu yang merupakan nenek buyutnya Pak Sugra, warga Desa Kepandean, yang hingga akhir...
                    
            Sasapian, istilah dalam Bahasa Sunda yang berarti Sapi-sapian, adalah satu pertunjukkan kesenian tradisional yang kerap dimainkan oleh sejumlah warga di Kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan penamaan pertunjukkan ini, materi yang ditampilkan adalah replika dari hewan berjenis sapi. Replika sapi ini rangkanya terbuat dari potongan kayu dan bodinya dilapisi kertas atau kardus bekas. Setelah rangka dan bodinya terbentuk, selanjutnya dicat sesuai dengan warna kulit sapi. Umumnya berwarna hitam. Di bagian bawah atau di bagian perut sapi, sengaja dilubangi agar orang bisa masuk sekaligus untuk bisa mengendalikan replika sapi tersebut. Selain replika sapi dan orang yang mengendalikannya, ketika ditampilkan kesenian tradisional ini juga dilengkapi tetabuhan yang dimainkan oleh sejumlah orang. Alat musik yang dimainkan antara lain, calung, pianika, kendang, dan gong. Jadi, sasapian ini sekurangnya biasa dimainkan oleh tujuh...
                    
            Monumen perjuangan ini berada di Dukuh Posongan, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah. Monumen ini adalah saksi bisu dari sejarah perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah, tepatnya ketika Belanda melaksanakan Agresi Militer Belanda Ke-2 pada tahun 1947. Saat itu terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia melawan pasukan Belanda (KNIL). Dalam pertempuran tersebut sebanyak 215 pejuang gugur, dua diantaranya adalah prajurit dari Pangkalan C.A.IV Tegal yaitu Kapten KKO Mendung dan Serma KKO Iskandar. Kasmuri(53 th) menuturkan bahwa gugurnya kedua prajurit tersebut bermula pada saat keduanya sedang menaiki kereta api menuju Tegal setelah melaksanakan dinas di Surabaya. Kereta yang dinaiki oleh Kapten KKO Mendung dan Serma KKO Iskandar dihadang oleh pasukan KNIL di sekitar Dukuh Posongan, penghentian tersebut terjadi karena disana sedang terjadi peperangan antara pejuangan dengan pasukan KNIL. Ketika itu mereka langsung turun dan ikut bergabung dengan pejuang un...
                    
            Monumen perjuangan ini berada di Dukuh Posongan, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah. Monumen ini adalah saksi bisu dari sejarah perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah, tepatnya ketika Belanda melaksanakan Agresi Militer Belanda Ke-2 pada tahun 1947. Saat itu terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia melawan pasukan Belanda (KNIL). Dalam pertempuran tersebut sebanyak 215 pejuang gugur, dua diantaranya adalah prajurit dari Pangkalan C.A.IV Tegal yaitu Kapten KKO Mendung dan Serma KKO Iskandar. Kasmuri(53 th) menuturkan bahwa gugurnya kedua prajurit tersebut bermula pada saat keduanya sedang menaiki kereta api menuju Tegal setelah melaksanakan dinas di Surabaya. Kereta yang dinaiki oleh Kapten KKO Mendung dan Serma KKO Iskandar dihadang oleh pasukan KNIL di sekitar Dukuh Posongan, penghentian tersebut terjadi karena disana sedang terjadi peperangan antara pejuangan dengan pasukan KNIL. Ketika itu mereka langsung turun dan ikut bergabung dengan pejuang untu...
                    
            Kesenian tradisional di era globalisasi semakin tak dikenal, dan bahkan terancam mengalami kepunahan. Kaum pribumi lebih banyak mengenal budaya dan seni modern dibandingkan dengan kesenian tradisional. Namun tak sedikit daerah-daerah di Indonesia yang masih melestarikan kesenian tradisional daerahnya. Salah satunya kesenian surak ibra dari kabupaten Garut. Kesenian surak ibra ini berasal dari kampung Sindangsari, desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut. Kesenian tradisional ini juga dikenal dengan istilah boboyongan. Masyarakat kampung Sindangsari berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan kesenian tradisional daerah mereka.Setiap kesenian biasanya memiliki makna filosofi tersendiri. Menurut sejarah, kesenian surak ibra ini lahir sebagai bentuk perlawanan kaum pribumi terhadap kekejaman pemerintah kolonial Belanda serta menggambarkan kegotong-royongan serta keinginan untuk mandiri. Hal itulah yang menyebabkan kesenian ini dimainkan oleh 40 hingga 100 orang pemain. Adapu...