|
|
|
|
Seni Pertunjukan Sasapian di Lembang Tanggal 15 Aug 2018 oleh OSKM18_16818228_Diva Nurandyta Mokalu. |
Sasapian, istilah dalam Bahasa Sunda yang berarti Sapi-sapian, adalah satu pertunjukkan kesenian tradisional yang kerap dimainkan oleh sejumlah warga di Kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan penamaan pertunjukkan ini, materi yang ditampilkan adalah replika dari hewan berjenis sapi.
Replika sapi ini rangkanya terbuat dari potongan kayu dan bodinya dilapisi kertas atau kardus bekas. Setelah rangka dan bodinya terbentuk, selanjutnya dicat sesuai dengan warna kulit sapi. Umumnya berwarna hitam. Di bagian bawah atau di bagian perut sapi, sengaja dilubangi agar orang bisa masuk sekaligus untuk bisa mengendalikan replika sapi tersebut.
Selain replika sapi dan orang yang mengendalikannya, ketika ditampilkan kesenian tradisional ini juga dilengkapi tetabuhan yang dimainkan oleh sejumlah orang. Alat musik yang dimainkan antara lain, calung, pianika, kendang, dan gong. Jadi, sasapian ini sekurangnya biasa dimainkan oleh tujuh hingga delapan orang pemain.
Ketika harmonisasi dari campuran alat musik itu ditabuh, terdengar lantunan irama musik tradisional Sunda yang menghentak. Saat itulah, replika sapi yang dikendalikan seorang pemainnya itu masuk ke gelanggang. Seolah tidak ada yang aneh, ketika sasapian itu meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama musik yang menghentak. Penonton yang mengerubunginya pun turut menikmati pertunjukkan itu seraya turut menggoyangkan sedikit tubuhnya.
Namun tak lama kemudian, gerakan sasapian itu jadi tidak terkendali. Bergoyang ke kiri dan ke kanan, jatuh bangun, hingga menabrak para penonton yang ada di hadapannya. Gerakan sasapian itu pun semakin tak terkendali. Orang yang menggerakan sasapian itu, tiba-tiba mengunyah pecahan kaca, gelas, dan lampu neon. Dia juga mulai mengupas kelapa dengan giginya.
Meski mengunyah pecahan beling dan mengupas kelapa dengan giginya, bibir orang itu tidak berdarah dan giginya pun tidak tanggal. Yang pasti sorot matanya liar dan gerakan tubuhnya tak beraturan. Melihat pertunjukkan yang ada di depannya, penonton pun baru menyadari orang yang menggerakan sasapian itu disebut-sebut telah kemasukan ruh dari alam lain.
Benar saja, setelah wajahnya disemprot air dan diberi jampi-jampi oleh rekannya, orang itu kemudian tersadar dan seolah tak menyadari bahwa dia telah mengunyah beling. Satu dari sekian pemain pertunjukkan sasapian ini kemudian mengedarkan nyiru kepada para penonton. seperti sudah saling mengerti, para penonton itu kemudian meletakan sejumlah uang, baik pecahan koin maupun kertas di atas nyiru tersebut.
Tidak ada data pasti, kapan kesenian tradisional sasapian itu pertama kali dipertunjukkan di kawasan Lembang. Yang pasti, kesenian ini biasa dipertunjukkan ketika perayaan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus, atau ketika ada perayaan tertentu di kalangan warga setempat. Yang memainkan kesenian ini adalah para remaja maupun orang dewasa.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |