Bahasa Koneq-koneqe merupakan khas dari daerah Campalagian. Sampai saat ini mendengar contoh bahasa koneq-koneqe ditelinga juga belum pernah sama sekali saya dengar, namun dari penelusuran kepustakaan mari kita lihat beberapa contoh bahasa ini : Itu kutu'o : di situ Ini kone'e : ada di sini Riya' koro'o : ada disitu Panteng : ember Mio' : kelapa Cuki : kucing Maca'bu ; harum; wangi Maca'bu : manis Sapapaummu : Sa'buloako : {kasar} Pole : datang Allao : pergi Ammuning : kembali; pulang Allao lauling : pergi pulang Allao leleng : bepergian Aghama : ada apa Pole indoko : dari mana [kasar] Pole inrokie : dari mana [halus] Accaule : bermain Meskipun saya bukan ahli bahasa tapi coba kita lihat perbeda...
Tari Ma'Bundu adalah Tarian perang tradisional kreasi baru yang dipadukan dengan beberapa tarian Tradisional Kecamatan Kalumpang dan kecamatan Bonehau Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Tari Ma’bundu diangkat dari kisah cerita perang masa lampau yang saling mengadu ketangkasan kekebalan terhadap senjata-senjata tajam dan yang keluar menjadi pemenang membawa ulu tau ( Pernggalan kepala lawan ). Jumlah personil dalam tarian Ma’bundu adalah sebanyak 10 orang dengan mengenakan busana pakaian kebesaran yaitu BEI yang dihiasi dengan ukir-ukiran yang terbuat dari kerang kecil. Pada bagian kepala mengenakan topi dengan tanduk dan palo-palo. Sementara dibagian tangan mengenakan gelang ( potto balussu). Para penari Ma'bundu juga membawa peralatan perang yaitu tombak sebagai aksesoris tarian. Source: http://www.tradisikita.my.id/2016/05/5-tari-tradisional-sulawesi-barat.html
Sulawesi Barat, provinsi baru di Sulawesi yang mempunyai banyak sekali ragam budaya termasuk alat musik. Dari banyaknya alat musik yang patut menjadi sorotan adalah Kecapi Mandar. Alat musik yang juga dikenal dengan sebutan Kecaping Tobaine ini berasal tepatnya dari daerah Polewali Mandar. Alat musik berbentuk seperti miniatur perahu dan memiliki dua dawai ini mulai sulit ditemukan yang bisa memainkannya. Peminatnya hanya dari kalangan orang tua yang sudah lanjut usia. Kurangnya minat dari generasi muda untuk mempelajari Kecapi Mandar juga ilmu yang didapat merupakan ilmu turun temurun menjadi faktor langkanya pemain. Pada awalnya, Kecapi Mandar adalah alat musik biasa yang dapat dimainkan kapan saja tanpa adanya pelaksanaan upacara adat. Namun seiring perkembangan waktu, Kecapi mandar sering dijadikan alat musik pengiring dalam upacara adat dan acara penting lainnya. Lagu pengiring yang mengiringi permainan alat musik ini biasanya berupa syair yang terbagi menja...
Nenek Pakande adalah seorang nenek siluman yang sering menjadi momok bagi masyarakat Bugis di daerah Soppeng, Sulawesi Selatan. Nenek siluman itu adalah manusia kanibal yang sakti mandraguna. Ia sangat suka makan daging manusia, terutama daging anak-anak. Itulah sebabnya, masyarakat setempat memanggilnya Nenek Pakande. Dalam bahasa Bugis, kata pakande berasal dari kata pakkanre-kanre tau yang berarti suka makan daging manusia. Suatu ketika, seorang pemuda yang cerdik bernama La Beddu berupaya untuk mengusir Nenek Pakande karena kelakuannya telah meresahkan seluruh warga. Mampukah La Beddu mengusir Nenek Pakande dari negeri itu? Ikuti kisahnya dalam cerita Nenek Pakande berikut ini! * * * Alkisah, di daerah Sulawesi Selatan ada sebuah negeri yang bernama Soppeng. Penduduk negeri itu senantiasa hidup tenteram, damai, dan sejahtera. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani. Setiap hari mereka bekerja di sawah dengan hati tenang dan damai. Pada suatu ketika, suasan...
I Tui-Tuing adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. I Tui-Tuing dalam bahasa Mandar terdiri dari dua kata, yaitu i yang berarti “si” (menunjuk pada dia lelaki ataupun perempuan), dan tui-tuing yang berarti ikan terbang. Jadi, I Tui-Tuing berarti si laki-laki ikan terbang atau manusia ikan. Menurut cerita, I Tui-Tuing pernah melamar keenam putri seorang juragan. Dari keenam putri juragan tersebut, hanya putri ketiga bernama Siti Rukiah yang bersedia menerima lamarannya. --- Alkisah, di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, ada sepasang suami-istri miskin yang senantiasa hidup rukun dan bahagia. Namun, kebahagiaan mereka belum terasa lengkap, karena belum memiliki anak. Untuk itu, hampir setiap malam mereka senantiasa berdoa kepada Tuhan agar dikarunai seorang anak. “Ya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karuniakanlah kepada kami seorang anak laki-laki, walaupun bent...
ABSTRACT Mappandesasi ritual is an oral folklore tradition, a folklore which form is a compiled of oral and non-oral elements. Oral tradition connects generation of past, present and future. Oral tradition inherited from generation to generation, in everyday life, thoughts, sayings, and behavior of individual or group is the real implementation of the text. This research is a qualitative-descriptive research and uses deep interview and observation method. The result of this research show that the ritual is usually performed before fishermans goes fishing, as a gesture of asking for safety and fortune to the sasi guardian and also performed after fishing to thank the sasi guardian for granting them safety and fortune. In mappandesasi ritual, the people prepare some equipment as a ritual medium. It consist of cattle, beke, and mannu as the sacrificial animal. Keywords: ritual, sasi, fisherman, and Mandar ABSTRAK Ritual mappandesasi me...
Samba` Paria adalah seorang gadis cantik jelita yang tinggal bersama adiknya di sebuah rumah panggung di tengah hutan di daerah Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. Pada suatu hari, Raja Mandar bersama beberapa orang pengawalnya menculik Samba` Paria. Mengapa Raja Mandar menculiknya? Lalu bagaimana nasib Samba` Paria selanjutnya? Temukan jawabannya dalam cerita Samba` Paria berikut ini. Alkisah, Di daerah Mandar, Sulawesi Barat, hidup seorang gadis cantik jelita bersama seorang adiknya yang masih berumur sepuluh tahun. Kedua kakak beradik itu adalah yatim piatu. Mereka hidup rukun dan saling menyayangi. Mereka tinggal di sebuah rumah panggung peninggalan orang tua mereka yang berada di tengah hutan belantara, jauh dari permukiman penduduk. Dari kejauhan, rumah mereka hampir tidak kelihatan, karena selain tertutupi pepohonan rindang di sekitarnya, juga diselubungi oleh tanaman paria (pare) yang menjalar mulai dari tiang, tangga, dinding, hingga ke atap rumahnya...
Dahulu di sebuah bukit Napo di daerah Tammajarra, Puloweli Mandar berdiri sebuah Kerajaaan Balanipa yang dipimpin oleh Raja Balanipa yang sudah tiga puluh tahun tidak pernah mau turun dari jabatannya. Raja Balanipa menginginkan berkuasa selamanya. Ia mempunyai dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Akan tetapi, kedua anak Iaki-Iakinya sudah dibunuh olehnya, karena ia tidak mau mewariskan jabatan Raja kepada dua anak Iaki-Iakinya itu. Sang Permaisuri tidak bisa berbuat apa-apa, ia selalu merasa cemas jika sedang mengandung. Ia takut anak yang dikandungnya itu seorang bayi laki-laki lalu akan dibunuh lagi oleh suaminya. Pada suatu hari, sang Permaisuri sedang mengandung, sebentar lagi ia akan melahirkan, pada saat itu Raja Balanipa hendak pergi berburu dalam waktu yang lama. Maka sang Raja berpesan kepada panglima Puang Mosso untuk menjaga permaisurinya dan juga meminta untuk membunuh bayinya apabila yang lahir adalah bayi laki-laki. Setelah itu, berangkatlah Raja Balanipa...
Dahulu kala ada sebuah cerita tentang burung enggang dan burung bangau. Keduanya mengaku bersaudara. Burung bangau jauh lebih cantik daripada burung enggang. suatu waktu mereka mendengar bahwa dalam sebuah kampung ada perempuan yang cantik dan elok parasnya. bemama burung pergam. Burung enggang sangat tertarik ingin memperistrikan burung pergam. Tiba-tiba burung enggang berkata kepada burung bangau. "Hei, burung banga\l, hendak ke mana engkau?" Jawab burung bangau, "Saya takkan ke mana-mana". Lalu kata enggang, "Sukakah engkau memin jamkan bahmgmu kepadaku?" Jawab burung bangau, "Tidak mengapa. Engkau hendak ke manakah? Tanya burung bangau". Jawab burung enggang, "Saya akan pergi berjalan-jalan (bersenang-senang)." Kemudian, burung bangau berkata, "Saya akan pinjamkan balungku kepadamu, tetapi saya berpesan sebelumnya supaya engkau menjaganya dengan baik". Burung enggang itu berangkat ke kampung tempat tinggal burung pergam. Di dalam perjalanan dia bertemu dengan burung...