Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sulawesi Barat Polewali Mandar
6_Panglima To Dilating
- 17 Mei 2018

Dahulu di sebuah bukit Napo di daerah Tammajarra, Puloweli Mandar berdiri sebuah Kerajaaan Balanipa yang dipimpin oleh Raja Balanipa yang sudah tiga puluh tahun tidak pernah mau turun dari jabatannya.

Raja Balanipa menginginkan berkuasa selamanya. Ia mempunyai dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Akan tetapi, kedua anak Iaki-Iakinya sudah dibunuh olehnya, karena ia tidak mau mewariskan jabatan Raja kepada dua anak Iaki-Iakinya itu. Sang Permaisuri tidak bisa berbuat apa-apa, ia selalu merasa cemas jika sedang mengandung. Ia takut anak yang dikandungnya itu seorang bayi laki-laki lalu akan dibunuh lagi oleh suaminya.

Pada suatu hari, sang Permaisuri sedang mengandung, sebentar lagi ia akan melahirkan, pada saat itu Raja Balanipa hendak pergi berburu dalam waktu yang lama. Maka sang Raja berpesan kepada panglima Puang Mosso untuk menjaga permaisurinya dan juga meminta untuk membunuh bayinya apabila yang lahir adalah bayi laki-laki. Setelah itu, berangkatlah Raja Balanipa ke Mosso

Esok harinya, sang Permaisuri pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan. Anehnya, lidah bayi itu berwarna hitam dan berbulu. Puang Mosso yang mengetahui bahwa permaisuri melahirkan bayi laki-laki, ia merasa kasihan dan tidak tega membunuh bayi itu.

"Aku tidak mungkin membunuh bayi yang tidak berdosa ini," ucap Puang Mosso sambil menatap bayi laki-laki di depannya. la berpikir keras untuk menyelamatkan bayi laki-laki itu, akhirnya ia menitipkan bayi itu kepada keluarganya yang tinggal di sebuah kampung jauh dari istana. Kemudian ia menyembelih seekor kambing dan dikuburkannya. Lalu ia buatkan nisan di atasnya. Sehingga sang Raja akan mengira bahwa isi kuburan itu adalah bayi laki-lakinya.

Beberapa minggu kemudian sang Raja Balanipa pulang ke istana dan langsung menemui Puang Mosso, "Bagimana keadaan permaisuri? Apakah sudah melahirkan?" tanya sang Raja.

"Ampun Raja, permaisuri telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Dan hamba telah membunuh dan menguburkannya di samping kuburan kedua anak laki-laki Raja yang lainnya," jelas Puang Mosso.

Raja Balanipa segera menuju tempat kuburan bayi laki-lakinya itu, ia belum yakin jika belum melihat langsung kuburan itu. Sesampainya di sana, tampaklah sebuah kuburan kecil yang masih baru. Sang Raja pun percaya bahwa bayi Iaki-lakinya sudah mati. la pun kembali menjalankan tugasnya sebagai raja dengan perasaan tenang dan bahagia, karena tidak ada lagi yang akan menggantikannya.

Waktu terus berganti, Putra raja yang dahulu Puang Mosso titipkan di kampung halamannya sudah besar, ia tampan dan kekar. Ia juga sangat akrab dengan Puang Mosso, karena hampir setiap minggu Puang Mosso menemuinya secara diam-diam, Puang Mosso juga menceritakan asal usulnya yang bahwa sebenarnya ia adalah Putra Raja Balanipa. Kemudian Puang Mosso menitipkan anak itu lagi kepada seorang pedagang yang akan berlayar menuju Pulau Salerno yang berada sangat jauh dari bukit Napo. Puang Mosso sangat takut jika sang Raja mengetahui bahwa anak laki-lakinya masih hidup.

Di Pulau Salerno, Putra Raja Balanipa itu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan gagah. Ia sangat tekun bekerja dan pandai memanjat pohon kelapa. Hingga suatu hari ketika Ia sedang memanjat pohon kelapa, tiba-tiba

seekor burung rajawali raksasa menyambarnya, lalu membawanya terbang ke tempat yang jauh yaitu di daerah Gowa, anak itu terlepas dari cengkeraman rajawali raksasa sehingga terjatuh di tengah sawah dan ditemukan oleh seorang petani.

Si petani pun segera melaporkan hal itu kepada Raja Gowa, Tumaparissi Kalonna. Lalu Raja itu meminta petani untuk membawa anak itu ke istana. Sang petani segera membawa anak yang ditemukannya itu ke istana, ketika sang Raja melihat dan mengamati anak itu, ia Iangsung tertarik melihat tubuh anak itu yang kekar, ia tertarik untuk merawat dan mendidiknya agar kelak menjadi panglima perang yang gagah dan perkasa. Beberapa tahun kemudian Putra Raja Balanipa itu benar-benar menjadi panglima perang yang tangguh sehingga pasukan Kerajaan Gowa selalu menang dalam perang melawan kerajaan manapun. Raja Gowa kemudian memberi gelar panglima perangnya itu dengan gelar I Manyambungi.

Sementara itu, di Kerajaan Balanipa, kondisinya sangat memprihatinkan, Kerajaan itu sudah tak sesejahtera dulu, rupanya Raja Balanipa yang merupakan ayah kandung Panglima I Manyambungi telah wafat dan digantikan oleh Raja Lego yaitu seorang Raja yang sangat kejam dan bengis. Ia suka menganiaya rakyat, baik yang berada di wilayah kekuasaannya maupun yang berada di negeri luar yaitu negeri Samsundu, Mosso dan Todang-Todang. Hal tersebut membuat raja-raja negeri bawahannya menjadi resah.

Mereka pun mengadakan musyawarah untuk mencari cara menyingkirkan Raja Lego. Oleh karena panglima I Manyambungi sudah terkenal ke berbagai daerah, maka para raja negeri bawahan pun mengenalnya dan mereka bersepakat untuk mengundang Panglima I Manyambungi.

Maka diutuslah beberapa perwakilan dari kerajaan-kerajaan bawahan ke Kerajaan Gowa. Setibanya di sana mereka langsung menyatakan maksudnya, "Hormat kami Tuan, Kami adalah utusan dari kerajaan-kerajaan kecil di daerah Polewali Mandar. Maksud kedatangan kami adalah ingin meminta bantuan Tuan untuk melawan Raja Lego yang bengis dan kejam itu," lapor seorang utusan.

"Siapa Raja Lego itu?" tanya I Manyambungi.

"Dia adalah Raja penguasa Kerajaan Balanipa yang menggantikan Raja Balanipa. la suka menganiaya rakyat kami tanpa alasan yang jelas," tambah_ salah seorang utusan.

I Manyambungi sangat terkejut saat mendengar jawaban itu. Ia jadi teringat dengan ayahnya, Raja Balanipa dan keluarganya yang pernah diceritakan oleh Puang Mosso dahulu, "Bagaimana dengan Raja Balanipa dan keluarga istana lainnya juga Panglima Puang Mosso?" tanya I Manyambungi cemas.

"Raja Balanipa dan permaisurinya telah wafat. Sementara beberapa keluarga istana lainnya sudah mengungsi. Puang Mosso masih hidup, bahkan dialah yang telah menyelamatkan keluarga istana. Maaf Tuan, bagaimana Tuan dapat mengenal Puang Mosso?" tanya utusan yang lain heran.

Kemudian Panglima I Manyambungi menceritakan I asal-usulnya yang merupakan anak dari Raja Balanipa. Para utusan dari Mandar itu pun terkejut dan segera memberi hormat.

"Baiklah, aku bersedia membantu kalian, tapi dengan syarat Puang Mosso yang harus datang sendiri menjemputku," pesan Panglima I Manyambungi.

Para utusan itu pun menyanggupinya. Sesampainya di Mandar, mereka segera menemui Puang Mosso. Mendengar laporan para utusan itu, Puang Mosso menjadi heran dan cemas mengapa harus ia yang menjemputnya, siapakah sebenarnya panglima perang dari Gowa itu. Puang Mosso terus berpikir selama perjalanan ke Gowa.

Sesampainya di Gowa, Puang Mosso segera menghadap Panglima I Manyambungi, hati Puang Mosso semakin berdebar kencang sedangkan I Manyambungi yang selalu tersenyum sambil menatap Puang Mosso dengan mata berkaca-kaca, "Kaukah Puang Mosso?" tanya Panglima I Manyambungi dengan mata berkaca-kaca.

"Benar, Tuan!" jawab Puang Mosso kebingungan, "Maafkan aku Tuan, bisakah Tuan menjulurkan lidah sebentar?" pinta Puang Mosso hati-hati.

I Manyambungi kemudian mengulurkan lidahnya, ketika melihat lidah I Manyambungi berwarna hitam dan berbulu, maka semakin yakinlah Puang Mosso jika panglima itu adalah putra Raja Balanipa yang dulu ia titipkan kepada seorang pedagang.

Puang Mosso segera memeluknya sambil menangis haru, "Engkaulah putra Raja Balanipa!" ucapnya sambil memeluk erat I Manyumbungi yang juga membalas pelukannya.

"Benar Puang Mosso, terima kasih telah menyelamatkan nyawaku ketika aku masih kecil dulu," kata panglima I Manyumbungi. Puang Mosso menepuk-nepuk bahu I Manyumbungi sambil mengangguk.

Kemudian saat tengah malam, Puang Masso dan Panglima I Manyambungi beserta beberapa pengikutnya meninggalkan istana Kerajaan Gowa menuju bukit Napo. Sejak saat itu, Panglima I Manyambungi dikenal dengan nama Panglima To Dilating.

Sementara itu, Raja Lego semakin kejam terhadap rakyat yang lemah, semua warga tak ada yang berani melawannya. Maka, saat melihat hal itu, Panglima To Dilating mengajak para warga untuk memerangi Raja Lego, mereka menyetujuinya dengan penuh semangat.

Pada waktu yang telah ditentukan, Panglima To Dilating beserta seluruh warga segera menyerbu istana Raja Lego. Pertempuran sengit pun tidak didapat dihindari lagi. Pasukan Raja Lego akhirnya menyerah.

Sementara itu, Raja Lego yang dihadapi langsung oleh Panglima To Dilating masih mampu melakukan perlawanan. Keduanya saling mengadu kesaktian. Namun akhirnya Raja Lego akhirnya kalah juga dan mati di ujung tombak Panglima To Dilating. Seluruh warga menyambut kemenangan itu dengan sangat gembira.

Akhirnya, Panglima To Dilating dinobatkan menjadi Raja di bukit Napo. Hingga saat ini, makam Panglima To Dilating berada di bawah sebuah pohon beringin yang rindang berada di atas bukit Napo, Polewali Mandar. Sulawesi Barat.

Sumber : http://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-nusantara-panglima-to-dilating/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline