Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Bahasa daerah Sulawesi Barat Mandar
Bahasa Koneq-Koneqe, Akulturasi Budaya Bugis di Daerah Mandar
- 19 Januari 2018

Bahasa Koneq-koneqe merupakan khas dari daerah Campalagian.

Sampai saat ini mendengar contoh bahasa koneq-koneqe ditelinga juga belum pernah sama sekali saya dengar, namun dari penelusuran kepustakaan mari kita lihat beberapa contoh bahasa ini :

Itu kutu'o  : di situ

Ini kone'e : ada di sini

Riya' koro'o  : ada disitu

Panteng   : ember

Mio' : kelapa

Cuki   : kucing

Maca'bu  ; harum; wangi

Maca'bu  : manis

Sapapaummu  :

Sa'buloako : {kasar}

Pole  : datang

Allao  : pergi

Ammuning  : kembali; pulang

Allao lauling  : pergi pulang

Allao leleng  : bepergian

Aghama : ada apa

Pole indoko  : dari mana [kasar]

Pole inrokie  : dari mana [halus]

Accaule  : bermain

Meskipun saya bukan ahli bahasa tapi coba kita lihat perbedaan bahasa nya dengan bahasa Mandar. Ada kata yang berbeda walaupun ada juga kata yang sedikit sama. Bahasa koneq-koneqe menurut sejarah memang bukan merupakan bahasa Mandar. Bahasa ini adalah bahasa bugis yang masuk dalam penggolongan dialek dengan urutan ketujuh, entah urutan sebelumnya dialek apa, saya juga tidak melakukan penelusuran lebih jauh. Namun bahasa ini berkembang di wilayah Mandar (Campalagian) dengan latar belakang sejarah panjang sekelompok penduduk di masyarakat Bugis yang mengungsi kedalam wilayah kerajaan Balanipa.

Sejarah Bahasa koneq-koneqe

Sejarah bahasa ini melibatkan suku Bugis yang berpindah masuk kedalam wilayah kerajaan Balanipa pada suatu masa oleh karena perpecahan di daerah Cempalagi, hingga terdapat beberapa kelompok yang terusir dari Cempalagi dan masuk ke wilayah Mandar. Berikut ini adalah sejarah bahasa koneq-koneqe yang dituturkan oleh alm. Prof. Darmawan Mas'ud, ahli sejarah seputar Mandar.

Dahulu, terdapat kampung yang bernama Cempalagi di Bone, Sulawesi Selatan, yang didiami oleh masyarakat Bugis. Saat itu masih jaman kerajaan, suatu hari terjadi perebutan kekuasaan antara kakak beradik yang ingin menggantikan tahta ayahnya sebagai raja yang telah meninggal. Pemilihan pun dilakukan, namun karena sang kakak mempunyai watak keras, sombong dan serakah maka tidak ada rakyat yang mendukung. Sebaliknya sang adik yang baik hati dan dermawan didukung penuh oleh rakyat di Cempalagi. Sang kakak pun marah karena tidak terima dikalahkan oleh adik kandungnya sendiri. Ia pun berniat membunuh sang adik. Berkat ketulusan sang adik, ia berniat untuk mundur menjadi raja dan menerima kalau kakaknya yang menjadi raja. Namun sang kakak sudah kadung marah, sehingga ia tetap tidak terima keputusan adiknya itu. Akhirnya sang adik dan semua rakyat yang mendukungnya memutuskan untuk kabur dari desa Campalagi menuju daerah yang aman. Sang kakak ternyata tetap mengejar karena dendam terhadap adik dan semua rakyat yang ikut dengan adiknya.

Akhirnya sang adik tiba di perbatasan Kerajaan Balanipa (yang saat itu dibatasi oleh jembatan Mapilli) berharap akan mendapat perlindungan dari Raja Balanipa karena ia tau kakaknya tidak mungkin masuk ke kekuasaan kerajaan lain. Dan ternyata sang adik dan pengikutnya disambut baik oleh Raja Balanipa.

Selang beberapa lama Raja Balanipa akhirnya memutuskan untuk memberikan satu wilayahnya kepada sang adik dan pengikutnya asalkan mereka mau tetap tinggal di Balanipa. Sang adik dan pengikutnya setuju dan gembira dengan keputusan Raja Balinpa tersebut. Akhirnya mereka semua tinggal dan menetap di Balanipa dan wilayah itu diberi nama Campalagian.

Dari petikan sejarah seputar bahasa koneq-koneqe diatas tergambar bahwa ada pencampuran budaya bahasa yang berasal dari Bugis dengan Mandar. Di desa Bonde (Kampung Masigi) bahasa ini mungkin akan sering didengarkan, namun perlahan mulai terkikis dan beranjak punah, penuturnya sudah semakin sedikit.  Penutur bahasa koneq-koneqe juga ditemukan di desa Parappeq atau Banua Baru, desa Passairang, desa Katumbangan Lemo, desa Buku, dan desa Panyampa

Orang-orang yang menggunakan bahasa ini juga mampu memakai bahasa Mandar sebagai bahasa yang mayoritas dipakai di Campalagian, jadi disaat anda berbicara dengan menggunakan bahasa Mandar maka mereka akan mengerti dan dapat membalas anda dengan bahasa Mandar, namun jika anda mahir berbahasa Mandar, belum tentu anda mampu berbahasa koneq-koneqe.

Sama halnya dengan bahasa daerah maka bahasa ini juga perlahan mulai hilang, dan sangat sedikit digunakan. Walaupun bukan bahasa Mandar namun bahasa koneq-koneqe memperkaya bahasa yang ada dan lestari di daerah Mandar. Jika anda mendengar bahasa ini maka dialeknya pun memiliki intonasi yang khas, seru untuk didengarkan.

Source: http://www.kompadansamandar.or.id/artikel/314-bahasa-koneq-koneqe-akulturasi-budaya-bugis-di-daerah-mandar.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline