Lao Yu Sheng atau yang biasa kita kenal dengan Yu Sheng saja, adalah sebuah masakan khas suku Tionghoa ataupun Hokkien yang sering dihidangkan pada saat hari raya imlek. Biasa Lao Yu Sheng dilakukan oleh para keluarga untuk menjaga hubungan kekerabatan antar keluarga ataupun dalam suatu keluarga sendiri. Orang - orang memiliki cara sendiri dalam memakan Lao Yu Sheng ini, yaitu dengan berdiri dan mengangkat sumpit tinggi - tinggi, kemudian mengaduk Lao Yu Sheng dengan tinggi - tinggi pula sambil meneriakkan kata - kata "Yam Seng" yang artinya Cheers atau Toast, menunjukkan kebahagiaan mereka. Orang - orang percaya bahwa semakin tinggi mengangkat Lao Yu Sheng, maka semakin baik pula keberuntungan yang akan didapat pada tahun yang baru. Lao Yu Sheng sendiri sebenarnya lebih diidentikkan berasal dari suku Hokkien, karena menurut cerita, orang - orang Hokkien pada zaman dahulu pergi menangkap ikan ke laut, dan mereka terkena gelombang yang besar, sehingga tidak keburu pulang saat iml...
Apa itu pantang larang? Pantang larang atau disebut juga dengan pamali adalah kepercayaan orang-orang di suatu daerah tentang perintah atau larangan yang diwariskan oleh nenek moyang dan dipercayai bahwa jika ada seseorang yang melarang pantangan tersebut, maka sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri kita. Sering kali orang-orang beranggapan bahwa pantang larang itu adalah sesuatu yang konyol. Memang kedengarannya tidak masuk akal, namun pantang larang itu dapat kita jadikan sebagai nasihat yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Contoh beberapa pantang larang yang cukup terkenal di Kepulauan Riau: 1. Dilarang potong kuku setalah jam 6 sore, nanti menjadi sial. Terdengar aneh bukan? Namun, makna sesungguhnya dibalik larangan tersebut adalah setelah jam 6 sore, tidak ada lagi matahari sebagai sumber penerangan. Penerangan sebatas lampu pun masih beresiko untuk mata yang kabur, maka resiko tangan terluka saat potong kuku pun semakin besar. 2. Pantang berbual di t...
Taukah Anda mengapa setiap perayaan hari Imlek identik dengan baju merah? Baju berwarna merah dipercaya oleh orang Tiong Hua sebagai simbol keberuntungan dan kebahagiaan. Selain itu, perayaan hari Imlek selalu dimeriahkan dengan pentasan, barongsai, gantungan (ornamen) serta suara-suara heboh. Semua ini mempunyai asal usulnya. Konon disebuah hutan, hiduplah sebuah raksasa. Tidak ada seorang pun yang berani masuk ke hutan tersebut. Raksasa tersebut sering menyerang desa-desa kecil bahkan menculik dan memakan manusia terutama anak-anak. Raksasa ini datang ke desa tersebut setiap tahun sehingga warga desa menyebutnya 'Nian' yang artinya tahun. Suatu hari, raksasa tersebut datang ke desa untuk mencari makan. Disana ada seorang anak kecil yang memakai baju merah. Raksasa tersebut merasa ketakutan dan langsung kabur ke dalam hutan. Setelah warga desa mengetahui hal ini, mereka berbondong-bondong memakai baju merah dan menyerang hutan dimana raksasa itu berada. Dengan...
Pada suatu hari di pulau Batam, terdapat sebuah desa yang didiami oleh seorang gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu rumah tangga dari seorang majikan yang bernama Mak Piah. Mak Piah mempunyai seorang putri bernama Siti Mayang. Pada suatu hari, Mah Bongsu pergi mencuci pakaian majikannya di sungai. “Ular…!” teriak Mah Bongsu ketakutan ketika melihat seekor ular besar mendekat. Ternyata ular tersebut tidaklah berbahaya, ia berenang ke sana ke mari sambil menunjukkan luka di punggungnya. Mah Bongsu memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan membawanya pulang ke rumah. Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh. Tubuh ular tersebut menjadi sehat dan bertambah besar. Kulit luarnya mengelupas sedikit demi sedikit. Mah Bongsu memunguti kulit ular yang terkelupas itu, kemudian dibakarnya. Ajaib… setiap kali Mah Bongsu membakar kulit ular tersebut, timbul asap yang sangat besar. Jika asap tersebut mengarah ke&nb...
“Indonesia, satu kata berjuta makna” Mungkin inilah kata yang paling tepat untuk menggambarkan negeri yang amat kaya akan perbedaan yang meciptakan keanekaragaman yang terjalin dengan indahnya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa negara kita Indonesia, merupakan negara yang sangat kaya, mulai dari alamya termasuk flora dan fauna, tradisi dan budaya yang diturunkan leluhur yang masih terjaga keasliannya dengan harmonis, serta masih banyak lagi yang tidak dapat kita tuliskan satu persatu. Begitulah ungkapannya. Setiap wilayah di Indonesia pasti memiliki ciri khas yang melukiskan pesona alam daerahnya, Salah satunya ialah Kota Pangkalpinang. Mendengar tentang Kota Pangkalpinang yang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pasti yang langsung terlintas di benak kita adalah tentang keindahan alamnya, terlebih lagi bagi para penggemar film Laskar Pelangi, dimana film tersebut menceritakan kehidupan anak pinggir pantai yang berjuang untuk mempertahankan kehidupan s...
Masjid Muhammad Cheng Ho ini terletak di Bengkong Laut, Bengkong, Batam. Masjid ini merupakan replika dari Masjid Laskamana Cheng Ho yang ada di Surabaya. Masjid ini diprakarsai dan dibiayai oleh seorang pengusaha di Batam. Masjid ini diresmikan pada hari Sabtu tanggal 21 Februari 2015, dua hari setelah perayaan Imlek 2015 pada tanngal 19 Februari. Cheng Ho adalah seorang laksamana yang datang dari Tiongkok yang memimpin pelayaran ke Indonesia. Ia pernah singgah di beberapa daerah seperti Aceh dan Palembang. Beliau merupakan anak dari Haji Ma Ha Zhi. Kedatangannya ke Indonesia sekaligus untuk mengembangkan Agama Islam. Masjid ini dibangun untuk mengenang perjalanan Laksamana Cheng Ho ke Indonesia. Selain sebagai tempat ibadah untuk umat Islam, masjid ini juga menjadi destinasi wisata yang diminanti oleh berbagai kalangan. Perdaduan antara gaya Tionghua dan Islam memberi masjid ini keunikan tersendiri. Selain masjid, terdapat juga replika dari kapal Laksamana Cheng Ho. Masjid...
ARTI PEMAKAIAN KAIN SONGKET LAKI-LAKI MELAYU Kain Songket adalah salah satu kain khas Indonesia. Menariknya, seperti Kain Batik, Kain Songket di Indonesia berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain, baik motif maupun maksud cara pemakaiannya. Kain Songket juga tidak melulu digunakan oleh kaum perempuan, tetapi juga banyak digunakan oleh kaum laki-laki untuk maksud dan tujuan tertentu. Dalam kesempatan ini, akan diuraikan keunikan Kain Songket laki-laki Melayu, dari sebaran jenis hingga ragam cara pemakainnya yang berbeda-beda, khususnya yang tersebar di Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Secara umum Kain Songket laki-laki Melayu dibagi menjadi dua jenis. Pertama dan yang paling bayak ditemukan, adalah Kain Songket yang diadopsi dari Kerajaan Lingga Johor Malaysia. Selain itu jenis kedua yang juga tidak kalah banyak, adalah Kain Songket yang diadopsi dari Padang Sumatera Barat. Kedua jenis kain ini pada prinsipnya memiliki beberapa kesamaan namun tetap memiliki keunikan...
Pada zaman dahulu kala, tersebutlah kisah Bujang Lawa beristri dua. Istri pertama putih kuning kulitnya,istri kedua hitam manis.Keduanya amat cantik, karena itu digelari “bunga kampung”. Cuma sayang, mereka belum dikaruniai anak seorang pun juga. “Mengapa?” Bujang Lawa bertanya pada dirinya sendiri. Ia kadang-kadang merasa heran, bahwa kedua istrinya itu tetap cantik juga, walau umurnya terus bertambah. Tentu sekali-sekali terbit pula rasa cemburu dihatinya, mengapa tidak? Pada setiap kali ada orang melahirkan, baik istri tua maupun istri mudanya itu suku betul keluar rumah. Pulangnya pun kerap sampai larut malam pula. Padahal istrinya itu bukanlah bidan. Konon, suatu senja bermohonlah kedua istri Bujang Lawa tersebut. “Abang,izinkanlah kami berdua ke Kampung Hilir. Ada teman sedang melahirkan disana. “Moga-moga dapat contohya juga, kami pun akan melahirkan seorang anak buat abang,” kedua istrinya itu merayu-rayu, sehingga Bujang...
Pengantar Tuju lubang adalah suatu permainan yang terdapat di Sedanau, Kecamatan Bunguran, Kepulauan Riau. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan kegiatan pemainnya yang berusaha untuk melontarkan kerang ke arah/menuju sebuah lubang. Awal mula permainan ini, konon berasal dari kegiatan para nelayan yang disebut berkarang. Berkarang adalah bagian dari pekerjaan kaum nelayan yang dilakukan dengan cara menggali pasir di sekitar pantai untuk mendapatkan kerang kelimpat[1]. Selain mengumpulkan kelimpat, berkarang juga dimanfaatkan oleh para nelayan untuk memberi pelajaran awal kepada anak-anaknya dalam memanfaatkan hasil laut, sebelum mereka ikut mencari ikan di laut lepas. Kelimpat-kelimpat yang didapatkan dari kegiatan berkarang tersebut, selanjutnya akan dibawa ke rumah untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarga. Kelimpat-kelimpat yang telah dikonsumsi itu, biasanya kulitnya akan dibuang di sembarang tempat, di sekitar pekarangan atau kolong rumah panggung para nelayan. Dan,...