ARTI PEMAKAIAN KAIN SONGKET LAKI-LAKI MELAYU
Kain Songket adalah salah satu kain khas Indonesia. Menariknya, seperti Kain Batik, Kain Songket di Indonesia berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain, baik motif maupun maksud cara pemakaiannya. Kain Songket juga tidak melulu digunakan oleh kaum perempuan, tetapi juga banyak digunakan oleh kaum laki-laki untuk maksud dan tujuan tertentu. Dalam kesempatan ini, akan diuraikan keunikan Kain Songket laki-laki Melayu, dari sebaran jenis hingga ragam cara pemakainnya yang berbeda-beda, khususnya yang tersebar di Tanjung Pinang Kepulauan Riau.
Secara umum Kain Songket laki-laki Melayu dibagi menjadi dua jenis. Pertama dan yang paling bayak ditemukan, adalah Kain Songket yang diadopsi dari Kerajaan Lingga Johor Malaysia. Selain itu jenis kedua yang juga tidak kalah banyak, adalah Kain Songket yang diadopsi dari Padang Sumatera Barat. Kedua jenis kain ini pada prinsipnya memiliki beberapa kesamaan namun tetap memiliki keunikan sendiri-sendiri. Kesamaan antara keduanya antara lain ialah sama-sama digunakan untuk menunjukan status pernikahan, hanya digunakan oleh keluarga bangsawan atau turunan kerajaan, dan hanya digunakan pada acara-acara adat seperti Pernikahan, Aqiqah, dan Khitanan.
Salah satu hal yang menarik dari Kain Songket Laki-Laki Melayu ini terletak pada cara pemakaiannya. Hal itu dikarenakan cara pemakaiannya yang berbeda-beda untuk menyampakan maksud-maksud tertentu. Cara pemakaian Kain Songket Laki-Laki Melayu dilakukan dengan memperhatikan dua hal, pertama panjang kain, dan kedua sisi lipatan. Panjang kain dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama kain diulur sampai dibawah lutut. Hal tersebut memiliki arti bahwa penggunanya telah menikah. Sedangkan kelompok kedua, kain diulur diatas lutut. Berkebalikan dengan kelompok pertama, kelompok kedua memiliki arti bahwa penggunanya masih lajang atau belum menikah. Cara pemakaian kedua adalah dengan memperhatikan sisi lipatan. Sebelumnya perlu diketahui, bahwa lipatan kain menurut kaidah baku pemakaiannya, seharusnya diletakan didalam baju. Namun begitu sekarang ini seringkali kaidah tersebut dilanggar dengan menampilkan lipatan kain diluar baju. Terlepas dari hal itu, sisi lipatan kain menunjukan status kepunyaan anak penggunanya. Apabila kain dilipat ke dua sisi, memiliki arti bahwa penggunanya belum memiliki anak. Sementara apabila kain dilipat hanya ke satu sisi, menunjukan bahwa penggunanya telah memiiki anak. Sederhananya pemakaian Kain Songket Laki-Laki Melayu dapat dikelompokan menjadi tiga jenis berikut:
Untuk laki-laki yang cerai namun sudah memiliki anak atau laki-laki yang memilki anak di luar nikah, mengikuti tata cara pemakaian nomor (3). Hal tersebut dikarenakan hukum melayu dalam konteks kaidah pemakaian kain songket laki-laki tidak mengenal kasus perceraian dan memiliki anak di luar nikah. Sementara itu, secara umum kaidah pemakaian yang diuraikan diatas berlaku untuk kedua jenis Kain Songket Laki-Laki Melayu, baik yang berasal dari Kerajaan Lingga Johor Malaysia maupun yang berasal dari Padang Sumatera Barat.
Hanya saya untuk kain yang berasal dari Padang Sumatera Barat, hanya mengenal satu kaidah pemakaian yakni kaidah panjang kain. Artinya kain yang diadopsi dari Padang Sumatera Barat hanya menunjukan status perkawinan dari penggunanya tidak sampai menunjukan status kepunyaan anak orang tersebut.
Selaian dua jenis umum Kain Songket laki-laki Melayu diatas, terdapat pula satu jenis khusus yang keberadaannya merupakan hasil perkembangan Kebudayaan Melayu mengikuti perkembangan zaman. Jenis tersebut dikenal sebagai Kain Songket Variasi. Pemakaian jenis kain songket ini tidak mengikuti kaidah tradisional, melainkan menyesuaikan dengan kebutuhan pemakaian. Umumnya kain songket ini digunakan dengan cara dililitkan pada pinggang dengan membentuk bentuk-bentuk tertentu yang pada umumnya membentuk bunga. Jenis kain songket ini tidak menunjukan status atau maksud apapun, sehingga biasanya hanya digunakan untuk acara-acara umum seperti pawai dan pesta. Selain itu umumnya jenis kain ini digunakan oleh orang-orang biasa, bukan dari keluarga bangsawan atau turunan kerajaan, dan banyak digunakan oleh pengisi acara pada acara-acara formal maupun informal.
Kain Songket Laki-Laki Melayu dengan ragam tata cara pemakaiannya menggambarkan betapa komprehensifnya kebudayaan Indonesia. Kain yang umumnya hanya menampilakan permainan warna dan motif, dapat memiliki arti lebih dengan diatur tata cara pemakaiannya. Sehingga Kain Songket Laki-Laki Melayu ini bukan hanya kaya akan nilai seni tapi juga mengandung nilai filosofis yang menarik untuk ditelisik lebih jauh.
SUMBER DATA
Data diperoleh dari hasil wawancara dengan adik sepupu saya Muhammad Arfi Ghifari yang merupakan pegiat budaya Melayu khususnya yang berasal dari Kota Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Yang bersangkutan kerap kali mengikuti festival kebudayaan mewakili SMAN 1 Tanjung Pinang untuk menyosialisasikan dan melestarikan kebudayaan Kota Tanjung Pinang. Semoga tulisan ini ikut menjadi ikhtiar yang bersangkutan dalam menyosialisasikan dan melestarikan kebudayaan Kota Tanjung Pinang Kepulauan Riau.
#OSKMITB2018
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...