SEKILAS ======== Kelakai merupakan tumbuhan sayuran hutan sejenis paku-pakuan yang tumbuh liar di wilayah lahan bergambut yang banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas pada khususnya dan Kalimantan Tengah pada umumnya. Juhu kelakai merupakan sayur olahan khas masyarakat Dayak pada umumnya, dan sangat terutama olahan sayur kelakai merah yang diberikan untuk konsumsi ibu hamil dan seusai melahirkan. Hal ini diyakini mampu memberikan manfaat besar bagi wanita dan kebiasaan ini dikenal sebagai peninggalan kolonialis Belanda. Kelakai dapat dimasak menjadi beragam jenis masakan, seperti juhu/sayur kelakai (sejenis sayur berkuah bisa dengan santan ataupun tidak), tumis kelakai ataupun sop kelakai. BAHAN-BAHAN UNTUK MEMBUAT TUMIT KELAKAI ========================================= aun kelakai, petik ambil daun mudanya saja secukupnya 1 buah, jagung manis disi...
Juhu singkah merupakan masakan yang berbahan dasar Umbut rotan yang masih muda yang dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam serta berbagai bumbu rempah-rempah dan santan. Makanan khas masyarakat Dayak ini bisa dijumpai di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Juhu singkah memiliki rasa gurih, asam, dan sedikit pahit yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan yang membuatnya memiliki citarasa tersendiri. Bahan utamanya yaitu Umbut rotan diperoleh warga setempat dari sekitar hutan dekat tempat mereka tinggal. Bahan : 1 kg Umbut Rotan 3 lembar daun salam 1 cm kunyit dan lengkuas, memarkan. 2 gelas santan kental 6 gelas santan cair Bumbu yang dihaluskan 1 sendok teh ketumbar 1 sendok teh garam 2 siung bawang putih 6 siung bawang merah Cara membuat : Umbut dicuci bersih, diiris tipis, setebal ½...
SEKILAS ======== Baram, adalah tuak khas Kalimantan Tengah, dan Baram ini juga menjadi salah satu unsur penting dalam ritual penghormatan roh. Setiap daerah pasti memiliki minuman keras khasnya seperti tuak bagi orang Batak atau Sake bagi orang Jepang. Khusus buat orang Dayak Ngaju dikenal dengan nama Baram. Saat ini orang seringkali memiliki konotasi negative terhadap “BARAM”. Padahal Baram ini memiliki filosofi yang mendalam baik dalam proses pembuatannya maupun penggunaanya. Akibat konotasi yang negative ini dengan semerta-merta industry rumahan pembuatan BARAM ini ditutup oleh fihak kepolisian bahkan tidak sedikit yang diseret ke pengadilan, namun anehnya minuman keras produk luar negeri bisa dengan bebasnya beredar di pasaran?? Kali ini melalui tulisan ini, saya hendak mencoba meluruskan pandangan mengenai BARAM sehingga kelestarian pengolahan baram ini bisa tetap terjaga. Setiap DAS di Kalimantan memiliki resep pembuatan baram yang berbeda-b...
Wadi, merupakan makanan khas masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang biasanya berbahan dasar ikan (ikan gabus, ikan patin, dan lain sebagainya) dan daging babi atau celeng (babi hutan). Makanan ini dapat dikategorikan sebagai makanan yang mengalami 'pembusukan'. Wadi ini biasanya berbau sangat menyengat. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=2469
Tarian ini merupakan tari pergaulan. Istilah deder berarti menyanyi menurut pengertian bahasa Dayak Ngaju. Menari deder adalah menari sambil bernyanyi. Tarian ini dilakukan sambil melantunkan pantun-pantung secara bersahut-sahutan. Tidak jarang tari ini merupakan ajang percintaan dikalangan muda-mudi. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2017/10/20/macam-seni-tarian-suku-dayak-siang/
Tari Bodunce merupakan tari pergaulan muda-mudi sama halnya dengan tari deder. Tarian ini dibawakan oleh muda-mudi dan saling bersahut-sahutan pantun. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2017/10/20/macam-seni-tarian-suku-dayak-siang/
Kuntau bangkaui adalah bela diri asli dayak ngaju yang sudah digunakan sejak zaman asang kayau atau headhunters. Kuntau Bangkui adalah seni bela diri untuk self-defense yang menggunakan seluruh gerakan anggota tubuh; seperti gerakan tangan, bahu, tinju, telapak tangan, jemari, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sisi kaki dan tapak kaki digunakan secara sistematis dan teratur untuk menghindar dan menyerang. Orang-orang dayak di daerah Kalimantan Tengah tidak mengumpulkan kepala seperti kebiasaan beberapa sub suku dayak lain, namun mendapatkan satu kepala sebagai trophy ketika berperang adalah cara untuk menunjukan kejantanan dan kesiapan menikah. Karena setiap orang dayak pada masa lalu harus siap membela diri dari serangan para asang-kayau dari kampung atau sub suku lain yang kapan saja bisa menyerangnya. Oleh karena itu ada istilah “Mamut menteng” – orang yang mamut menteng bukan orang yang biasa dan berilmu, tetapi yang berani melawan para kayau atau bahka...
“Hi hi hi!” Suara tawa nenek sihir terdengar menyeramkan. Nenek buruk rupa itu baru saja turun seorang diri dari bukit batu tempatnya balampah. Bukit batu itu berbentuk aneh, batu-batunya seperti disusun dengan rapi. Mendengar suara tawa yang menyeramkan itu, Puteri Intan ketakutan. Jantungnya berdetak kencang. Sambil berjalan mundur, ia mengelus dada. Tak berani ia mengarahkan pandangan ke arah nenek sihir. “Gadis cantik, siapa namamu? Kenapa kamu ada di tengah hutan ini?” tanya si nenek sihir. Dengan ujung tongkat, ia mengangkat dagu Puteri Intan agar dapat melihat wajahnya. “Aku Puteri Intan. Ayahandaku, Raja Kalang, telah mengusirku dari istana,” jawab Puteri Intan dengan suara bergetar. “Emmm, kebetulan sekali aku bertemu dengan gadis yang terbuang. Aku akan menyihirmu menjadi seekor binatang dengan ilmu yang baru kuperoleh, hi hi hi!” tawa nenek sihir. “Ampun, Nek! Jangan sihir aku!...
Alkisah, di sebuah desa tinggallah seorang janda dan dua anak laki-lakinya. Oleh penduduk desa, sang ibu dipanggil Indu Palui, sebab anaknya yang sulung bernama Palui. Setiap hari Indu Palui bekerja di kebun sayur yang terletak di pekarangan belakang rumahnya sambil momong anak bungsunya. Berkat tangan dinginnya, tanaman di kebun itu tumbuh subur sehingga ada saja sayuran yang bisa dijual di pasar. Indu Palui sangat menyayangi kedua anaknya, terutama Palui. Akibatnya, Palui tumbuh menjadi anak yang pemalas. Suatu hari, Indu Palui sedang berada di kebunnya untuk menyiangi rumput liar yang tumbuh di antara tanaman sayurnya. Tiba-tiba ia menemukan dua ekor sangkalap montak, yaitu belalang yang berukuran sangat besar dan biasa dimakan sebagai pengganti daging. Indu Palui sangat senang karena belalang itu bisa dimasak untuk dijadikan makan siang mereka bertiga. Bergegas dibawanya kedua belalang itu ke dapur rumah dan mengurungnya dalam sangkar kayu kecil...