Tengiri Jayawijaya Papua (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Gerabah ditemukan di situs-situs arkeologi di sekitar Danau Sentani. Situs-situs itu antara lain, Situs Marweri Urang, Situs Pulau Mantai, Situs ceruk Ifeli-feli, situs Pulau Asei, Situs Yomokho, Situs Gua Rukhabulu Awabu, Situs Ceruk Reugable Kampung Ayapo, Situs Phulende dan Situs Kampung Tua Abar. Tradisi membuat gerabah ini sudah ada sejak jaman prasejarah. Ada beberapa penelitian tentang gerabah di Kampung Abar. Salah satu oleh Rini Maryone dari Balai Arkeologi Papua. Hasil penelitian dimuat dalam jurnal Berjudul Perkembangan Tradisi Pembuatan Gerabah Abar Sentani. Disebutkan, kerajinan gerabah ini diperkenalkan nenek moyang Marga Felle yang bermigrasi dari timur. Mereka berlayar hingga tiba di Papua. Mereka datang membawa tanah liat (kenda) yang diikat dalam bai (wadah dari pelepah nibun) dari negeri asalnya. Ketika bermigrasi, nenek moyang Marga Felle tiba di Kampung Kayu Batu di Teluk Humbold, Kota Jayapura. Mereka tinggal di sana beberapa waktu lalu perjalanan...
Sungai Ipa sedang surut airnya. Saat yang tepat untuk pergi mencari makan di muara sungai. Muara sungai menyediakan segalanya untuk mereka, mulai dari gurita, ikan, dan keraka. Apeya membayangkan banyaknya ikan dan gurita yang bisa mereka tangkap. Apeya dan anaknya dengan tenang mendayung perahu menuju muara sungai. Tidak lama kemudian terdengar suara aneh. ‘Ibu, suara apa itu?” Tanya anaknya. “Ai, benar, suara apa itu?’ Kata Apeya sambil mengarahkan pandangan ke langit, asal suara itu. Akhirnya, di batas langit, nampaklah sumber suara itu. Ternyata Takumemyau. Buaya bersayap. Orang-orang takut sekaligus hormat kepada mahkluk yang satu itu. Ada dua jenis Takumemyau, yang baik dan yang jahat. Apeya tidak tahu, Takumemyau mana yang sedang terbang di atas mereka. “Dia terbang di atas kita, Ibu. Mau apa dia?” “Tidak tahu, kita terus jalan saja.” Takumemyau berbalik arah. Dari cakrawala dia menukik ke bawa...
Cerita Rakyat – Alkisah, Pada suatu masa hiduplah dua orang kakak beradik,mereka hidup sebagai anak yatim piatu yang hidup di suatu kampung bernama Sewatolo, terletak di Tanjung Libla. Sekalipun sudah hidup papa tanpa orang tua, Awies dan adiknya Gete hidup saling mengasihi. Hingga tibalah saat mereka beranjak dewasa dan berpisah. Awies menikah dan memilih bermukim di kampung istrinya, sementara Gete tetap tinggal di Tanjung Libla. “Adikku, kita semua telah dewasa dan memiliki keluarga. Kau tetaplah tinggal disini, menjaga rumah ini bersama suamimu,” pesan Awies sebelum berpisah dengan adiknya. Gete hanya diam, tidak menjawab pesan kakaknya. Ia hanya memandang sang kakak dengan air mata berlinang. Hatinya sangat sedih, sekian tahun hidup bersama Awies tetapi akhirnya harus berpisah. Bertahun-tahun lamanya mereka tidak bersua, hingga suatu hari Awies merasa sangat rindu kepada adiknya. Ia berniat mengunjungi Gete di Tanjung Libla. “ Saya ingi...
Di suatu gurun gersang, hewan-hewan harus berjuang keras untuk mencari makan dan minum. Di sana, hanya ada satu sumber air. Suatu hari, seekor kucing hutan sedang mencari makanan. Sudah dua minggu ia belum makan. Ia pun berjalan menuju sumber air dan berharap ada makanan di sana. Ketika si Kucing hutan sampai di sumber air, ia segera mencari tempat untuk mengamati sekitar. Tempat itu akan digunakan untuk bersembunyi sambil menunggu mangsa lewat. Saat itu, ada seekor rusa sedang minum di sumber air. Ia pun mengendap-endap mendekat. Ketika posisinya sudah dekat, ia menerkam. Namun saat itu, ada seekor burung bangkai tanpa sengaja menjatuhkan buruannya dari udara. Buruan itu mengenai kaki belakang si Kucing hutan. Kaki belakangnya pun terluka. Begitu mengetahui si Kucing hutan terluka, sang Rusa melarikan diri. Tidak jauh dari sumber air, seekor burung puyuh mendengar jeritan si Kucing hutan. Ia memutuskan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. "Kucing hutan, apa yang t...
Suatu hari, orang-orang dari desa Mimika sangat sibuk. Mereka mempersiapkan dua belas perahu dan berangkat perjalanan untuk mencari sagu (makanan tradisional orang-orang di pulau Papua). Setelah tiga hari, perahu mereka penuh dengan sagu. Tapi dalam perjalanan kembali ke desa, mereka diserang oleh naga. Ekor naga menyebabkan gelombang besar di sungai. Sebagian besar penduduk desa tenggelam, tapi ada seorang wanita yang berhasil menyelamatkan diri. Dia menggantung ke pohon log dan akhirnya tiba di tanah. Wanita itu adalah satu-satunya yang selamat dari insiden itu. Dia sedang hamil. perahu patah sehingga dia tidak bisa kembali ke desa. Wanita itu kemudian tinggal di hutan dekat sungai. Kemudian ia melahirkan seorang putra. Dia bernama Biwar putranya. Ia dibesarkan sebagai pemburu terampil. Dia bisa membuat berbagai senjata, memasang perangkap untuk menangkap binatang, dan menyediakan makanan yang cukup bagi mereka berdua. Suatu hari ia membawa beberapa ikan untuk makanan mere...
Pada zaman dahulu ada seorang nenek bernama Sinsimonyi atau Sinsi. Nenek Sinsi selalu hidup menyendiri. Pondok tempat tinggalnya terletak di lereng gunung Dafonsoro, disebelah barat daya kota Jayapura. Dari gunung tempat tinggalnya itu ia dapat memandang jauh ke utara, ke lautan nan biru. Itulah lautan yang terkenal dengan nama Samudra Pasifik atau Lautan Teduh. Dari situ ia juga dapat menikmati pemandangan sebuah teluk yang indah. Di sekeliling teluk yang melekuk ke darat itu terdapat kampung-kampung yang bersih. Teluk itu bernama Teluk Yotefa. Dari tempat tinggal Nenek Sinsi ini dapat pula dinikmati pemandangan alam. Bukit-bukit yang tampak kebiru-biruan mengelilingi Danau Sentani yang jernih kemilau. Karena keindahan alam itulah Nenek Sinsi betah tinggal bertahun-tahun di Pegunungan Dafonsoro. Setiap hari ia menikmati pemandangan indah itu sambil membatin tentang kampung di kejauhan beserta penduduknya. Sebaliknya, penduduk kampung-kampung di sekitar Teluk Yotefa dan Danau Se...
Alkisah, di hutan rimba dekat kota Fakfak, dahulu tinggal seorang perempuan setengah baya. Semasa mudanya dulu ia merupakan seorang wanita yang cantik jelita. Namun sayang sekali, karena orang tuanya sangat bengis, maka wanita muda itu selalu dijauhi kawan-kawannya. Terutama para pemuda, tak seorang pun yang berani mendekatinya. Perempuan itu kemudian mengasingkan diri dari keramaian kampungnya, bersembunyi di dalam hutan. Setelah bertahun-tahun tinggal di dalam hutan, rupanya jalan ke kampungnya ia sudah lupa. Apalagi setelah orang tuanya tiada, tak seorang pun yang mengetahui gadis itu. Akhirnya ia menjadi penghuni hutan itu seorang diri. Gadis yang malang itu bernama Kania. Bertahun-tahun lamanya Kania hidup di daerah Pegunungan Bumberi di Jazirah Onin. Tak seorang manusia pun yang mengetahui tempat tinggalnya. Sehari-hari ia hanya ditemani seekor anjing betina yang dahulu dibawanya dari rumahnya. Kedua makhluk itu saling kasih-mengasihi. Hidup mereka hanya tergantung d...
Lelaki Tanpa Asal Usul Tersebut suatu kisah, pada zaman dahulu, datang seorang lelaki asing yang gagah perkasa di sebuah desa atau kampung bernama Merem. Kampung tersebut terletak di daerah Kecamatan Kemtuk Gresi sekarang, yaitu daerah di sebelah selatan dan barat daya kota Jayapura. Bentuk tubuh lelaki itu sangat atletis. Bahunya yang lebar, dadanya yang bidang, serta otot-ototnya yang kelihatan kekar dan kuat, memberi kesan sebagai orang yang gagah berani dan pahlawan di medan perang. Sinar matanya begitu tajam, seakan dapat membaca segala peristiwa yang akan terjadi. Sedang kulitnya yang hitam legam dan berminyak seakan memancarkan cahaya karena ditimpa sinar matahari. Ia berjalan dengan tenang ke tengah kampung, mencari pintu yang terbuka untuk dimasukinya. Di tengah-tengah kampung masih ada sisa keramaian. Beberapa hari sebelumnya telah terjadi pengangkatan dan pelantikan ondoafi baru, yaitu kepala pemerintahan adat untuk kampung Merem. Pintu rumah ondoafi sedang terb...