Cerita Rakyat – Alkisah, Pada suatu masa hiduplah dua orang kakak beradik,mereka hidup sebagai anak yatim piatu yang hidup di suatu kampung bernama Sewatolo, terletak di Tanjung Libla. Sekalipun sudah hidup papa tanpa orang tua, Awies dan adiknya Gete hidup saling mengasihi.
Hingga tibalah saat mereka beranjak dewasa dan berpisah. Awies menikah dan memilih bermukim di kampung istrinya, sementara Gete tetap tinggal di Tanjung Libla.
“Adikku, kita semua telah dewasa dan memiliki keluarga. Kau tetaplah tinggal disini, menjaga rumah ini bersama suamimu,” pesan Awies sebelum berpisah dengan adiknya.
Gete hanya diam, tidak menjawab pesan kakaknya. Ia hanya memandang sang kakak dengan air mata berlinang. Hatinya sangat sedih, sekian tahun hidup bersama Awies tetapi akhirnya harus berpisah.
Bertahun-tahun lamanya mereka tidak bersua, hingga suatu hari Awies merasa sangat rindu kepada adiknya. Ia berniat mengunjungi Gete di Tanjung Libla.
“ Saya ingin melihat Gete di Tanjung Libla, sudah lama sekali tidak mendengar kabarnya, “ pamit Awies kepada istrinya.
“Iya, suamiku. Pergilah dan bawalah bekal makanan ini. Sampaikan salamku untuk Gete. “ Istrinya memberikan bungkusan makanan untuk Awies, sebagai bekal selama perjalanan.
Dengan berbekal makanan yang diberikan istrinya, Awies berjalan menuju Tanjung Libla. Ia harus menyusuri hutan dan menempuh perjalanan selama berhari-hari, tetapi semua itu tak dihiraukan, demi bertemu adik yang sangat dirindukannya.
Akhirnya tibalah Awies di kampung halamannya. Ia melihat kampung Sewatolo tidak berubah, masih tetap sama seperti ketika ditinggalkannya. Langkahnya dipercepat menuju rumah Gete.
Tampak di pelataran depan rumah tempat tinggalnya dulu, dua anak tengah asyik bermain.
“ Itu pasti anak-anak Gete. Mereka sudah besar-besar. “
Awies mendekati kedua anak itu . Ia melihat salah satu dari anak itu sedang buang air besar di depan rumah. Melihat itu, Awies berteriak memanggil Gete.
“Geteme ….!!!!!!” Anak kecil buang air besar di depan rumah!!”
“Kenapa kau berteriak panggil, kau makan saja kotoran itu !!”
Mengira yang berteriak suaminya,Gete yang tengah sibuk memasak di dapur pun membalas dengan teriakan keras. Gete sama sekali tidak menyangka itu teriakan Awies yang datang menjenguknya.
“Gete, keluar ………..!!!!” teriak Awies menggelegar menahan amarah.
Mendengar teriakan keras itu, Gete akhirnya keluar rumah dan terkejut melihat kakaknya berdiri dengan wajah marah. Gete hendak berlari memeluk kakak yang dirindukannya.
“ Jangan kau mendekat …!!! Kenapa kau suruh saya memakan kotoran anakmu?” Kasar sekali tutur bahasamu !! “ Awies marah sekali dengan Gete. Adiknya hanya bisa menunduk diam sambil menangis.
“Maafkan saya, kakak.” Saya tidak tahu kakak datang hari ini. Jika tahu yang berteriak kak Awies, saya pun tak akan berteriak seperti itu, “ ratap Gete dihadapan Awies.
Tetapi Awies benar-benar sangat marah. Ia menepiskan tangan Gete yang berusaha memeluknya.
“Gete, ini sambutanmu kepadaku. Jauh-jauh saya datang untuk menjengukmu, melihat keadaanmu. “
“Ampun, kaka.”
“Saya tidak bisa memaafkanmu !” Ini sudah sangat keterlaluan!”
Gete mencoba kembali merayu kakaknya dengan mengeluarkan semua barang yang dimilikinya untuk membayar adat, sebagai permintaan maaf atas kesalahannya kepada Awies.
“ Terimalah semua ini. Dan ampuni saya, “ kata Gete menghiba sambil meletakan semua barang itu di tangan kakaknya.
Dibakar rasa kecewa dan amarah yang sangat besar, Awies tetap kukuh tidak mau menerima pembayaran adat dari Gete. Rasa kasihnya kepada Gete telah hilang lenyap akibat perkataan adiknya yang tidak senonoh.
“ Kau tunggu…..! “ Nanti saya akan datang lagi,” ancam Awies penuh kemarahan sambil melangkah meninggalkan Gete.
Gete hanya diam sambil memandang punggung kakaknya yang semakin jauh. Perasaannya campur aduk, sedih dan takut melihat kemarahan Awies.
Sesuai janjinya, tiga hari kemudian Awies datang lagi ke rumah Gete. Tetapi ia tidak datang sendiri melainkan bersama orang-orang kampung istrinya yang siap berperang. Pasukan itu pun mengepung rumah Gete.
“Gete, keluar !!” teriak Awies.
Dengan menahan rasa takut, Gete keluar rumah menemui kakaknya.
“ Saya datang untuk makan kotoran anakmu, yang kau berikan tiga hari lalu, “ kata Awies dengan tajam.
Gete gemetar ketakutan melihat Awies masih marah bahkan membawa pasukan dengan pakaian perang.
“Kaka, ampun !” Hanya kata itu yang mampu di ucapkan Gete sambil bercucuran air mata.
Dia sangat sedih Awies tidak bisa memaafkan perbuatannya.
Gete berusaha mengeluarkan barang-barangnya kembali untuk membayar adat. Tetapi Awies tidak bergeming. Ia tetap kukuh tidak mau memaafkan Gete.
Awies sangat terluka, dan menganggap Gete telah menginjak harga dirinya sebagai seorang laki-laki. Melihat banyak orang dengan pakaian perang, teriakan keras Awies serta ibunya yang ketakutan, anak-anak Gete pun menangis.
Melihat tangisan anak-anak Gete, Awies jatuh iba. Tak bisa dipungkiri dalam lubuk hati terdalam ia masih sangat menyayangi adiknya, Gete. Tetapi ia pun tidak memiliki pilihan untuk mengubah keadaan sebab pasukan perang yang dibawanya telah siap untuk membunuh Gete, yang dianggap telah menginjak harga diri Awies .
Bagai buah simalakama, Awies dihadapkan pada dua pilihan sulit. Ia hanya diam memandang Gete, beserta anak-anak yang terus menangis silih beganti dengan pasukan yang dibawanya.
“ Ah, anak-anak itu pasti masih membutuhkan Gete. Jika aku membunuh ibunya, siapa yang akan mengasuh mereka, “ kata hati Awies.
Awies teringat masa kecilnya bersama Gete yang hidup tanpa orang tua. Ia memandang Gete penuh kasih, kemarahannya telah lenyap. Tetapi ia memantapkan hati untuk membunuh Gete demi menjaga harga diri.
“ Awies, ayo, jangan diam. Kita bunuh dia !!” Adikmu ini tidak bisa dimaafkan!” teriak pasukan yang dibawanya tidak sabar melihat Awies tidak bergerak. Mendengar desakan penuh kemarahan, Awies pun terpaksa mengambil pilihan, membunuh Gete sekalipun hatinya merasa sangat sedih dan menyesal.
“ Gete, saya telah memaafkanmu. Tetapi, demi harga diri, kaka harus membunuhmu, “ kata Awies sambil memandang Gete dengan air mata berlinang.
“ Ampun, kaka, “ ratap Gete ketakutan ketika melihat Awies telah siap dengan parangnya.
“ Bagaimana anak-anakku nanti, siapa yang menjaganya. Suamiku sedang pergi, dan belum pulang,” isak Gete sambil mengelus kepala kedua anak yang sangat disayanginya.
Seolah tahu hendak ditinggalkan sang ibu, dua anak Gete menangis semakin keras. Masa itu, harga diri dan sumpah sangat dijunjung tinggi. Awies pun dengan rasa gamang terpaksa memenggal kepala Gete di hadapan kedua anaknya.
Awies menangis, meratapi jasad adiknya. Gete, adik yang sangat disayanginya telah meninggal dengan kepala terpenggal di Sewatolo, Tanjung Libla. Awies dan pasukannya pulang ke kampung istrinya, meninggalkan anak-anak Gete yang terus meratapi kematian ibunya.
Setelah kepergian Awies dan pasukannya, tibalah suami Gete dengan membawa hasil buruan. Tetapi, alangkah terkejutnya lelaki itu, ketika melihat kedua anaknya menangis dan melihat istrinya terbujur kaku. Ia mengguncang tubuh Gete sambil memeluk anaknya.
“Siapa yang membunuh ibumu ?” tanyanya kepada kedua anak kecil yang terus menangis sambil menggelengkan kepala.
Dengan kesedihan mendalam, suami Gete mengubur kepala dan tubuh yang terpenggal itu. Ia sangat menyesal dan meratapi kepergian istrinya. Sebagai seorang suami ia merasa tidak mampu membela dan melindungi istrinya. Tetapi nasi telah menjadi bubur, ia pun telah kehilangan Gete dan harus membesarkan kedua anaknya sendiri tanpa seorang ibu.
Mulutmu adalah harimaumu. Sangatlah penting kiranya kita selalu menjaga kata-kata, agar tidak menyakiti orang lain dan membuat sesal di kemudian hari. Kata-kata kasar mampu meluruhkan kasih sayang yang besar, sebab rasa sakit hati dan dendam. Cerita Awies dan Gete ini merupakan kisah seorang kaka beradik yang hidup saling mengasihi tetapi karena lontaran kata kasar, menimbulkan dendam dan berakhir menyedihkan.
Bukan hanya sakit hati, tetapi kata-kata yang kasar mempu membuat seseorang bisa membunuh orang yang dikasihinya. Untuk itulah, mari kita selalu menjaga tutur kata, agar kita bisa hidup saling berdampingan dan saling mengasihi tanpa ada dendam dan sakit hati.
sumber:
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...