Inilah sebuah ceritera yang berjudul Datu Jeleng. Dalam ceritera ini akan dikisahkan seorang raja yang miskin. Hal ini ganjil sekali bagi seorang yang mempunyai gelar Raja. Raja ini bergelar Raja Miskin, karena memang demikianlah keadaannya. Raja ini miskin dalam harta benda, iskin pula dalam rakyat dan hamba sahaya. Keadaan seperti ini jarang kita dapati. Pada umumnya seorang raja banyak mempunyai harta kekayaan. Dalam memerintah baginda selalu didampingi oleh seorang permaisuri yang cantik jelita, bertempat tinggal dalam sebuah istana yang megah, penuh bertatahkan emas, intan dan permata lainnya. Maka bagi Datu Jeleng semuanya itu tidak ada . Yang menjadi harta bagi Datu Jeleng, hanyalah seekor kuda yang bulunya belang, Kuda itu menjadi tunggangan tetap Datu Jeleng kemana pun baginda pergi. Selain dari itu Datu Jeleng menempati sebuah ruamah yang sudah bobrok, hampir-hampir tiada berdinding dan hampair hanya beratapkan langit saja. Sebagai tempat tinggal, Dat...
Seekor burung bangau sedang terbang kesana kemari, dengan maksud untuk mencari tempat tinggal sahabatnya, seekor kera. Setelah beberapa lama ia terbang, pada suatu tempat, dijumpainya kera duduk-duduk dengan asyiknya. Seolah-olah tak ada suatu masalah yang menimpa dirinya. Begitu asyiknya ia memendang alam sekitar, sehingga tidak disadarinya bangau sudah berada di dekatnya. "Hai, sahabataku kera," tegur di dekatnya. "O, kamu bangau! Kapan kau datang dan apa keperluanmu, sehingga kau datang ke tempat ini?" "O, kera. Rupanya kau belum mengetahui, bahwa pada saat sekarang inilah paling tepat waktunya untuk kita berangkat ke suatu tempat. Suatu telaga yang sekarang ini sudah bukan main banyak isinya. Ataukah kamu tidak memerlukan makan enak lagi? Justru kamu ku anggap sebagai sahabat karibku, sehingga aku perlu datang kemari untuk menjemputmu terlebih dahulu." "Terima kasih sahabatku. Sekarang katakanlah dimana tempat telaga itu? Tidakkah terlalu jauh dari sini?" "O, tid...
Adalah sebuah cerita, murah berharga satu, mahal berharga dua. Yang diberitakan adalah tentang sepasang burung tuhu-tuhu.Mereka tinggal pada sebatang pohon yang tinggi dan rimbun ditepi sebuah hutan. Nasibnya selalu sial. Setiap si isteri bertelur, telurnya tak pernah selamat. Ada saja yang memakannya. Kadang-kadang sarangnya diobrak-abrik oleh pengacau. Kalau tidak oleh manusia, ular yang memakan telurnya. Oleh karena tahu, bahwa mereka tak mampu melawan manusia ataupun ular, maka ditinggalkannya telurnya di saat musuh mengorbrak-abrik sarangnya akan mancari telur. Sedih benar hatinya melihat telurnya diambil oleh manusia atau dimakan oleh ular. Tetapi apa hendak dikata. Nasib mereka memang sial diciptakan menjadi burung. Ingat pada diri sendiri, maka tak ada lain yang dijalankan selain dari menjalankan Dharma. Karena sudah sempurna benar dalam menjalankan Dharma, akhirnya mereka dianugerahi kemampuan yang disebut dibyacaksu. Mereka tahu apa yang sudah lewat, sekarang ...
Adalah sebuah cerita. Cerita ini bernama Tipuq- ipuq. Yang bernama Tipuq- Ipuq itu adalah seorang anak kecil. Anak ini dilahirkan oleh keluarga yang sangat miskin. Pekerjaan orang tuanya hanyalah pergi ke hutan. Diceritakan sebelum anak ini dilahirkan orang tuanya sengsara. Kadang-kadang dapat makan, kadang-kadang tidak. Sdih kita menyaksikan kisah orang tuanya itu. Ayahnya setiap hari pergi ke hutan mencari kayu. Kalau berhasil menual kayu, barulah ia dapat makan. Bila si ayah tidak pergi dan tidak menjual kayu keluarga itu tidak dapat makan. Nah, pada suatu ketika keluarga itu dikaruniai oleh Tuhan. Si ibu hamil. Setelah hamil, kian lama masa hamail cukup sembilan bulan, lahirlah anak itu. Setelah lahir, lama kelamaan besarlah ia. Ketika si anak sudah bisa duduk, belum juga diberi nama karena memang demikian tradisi lama. Pada zaman itu anak-anak sampai dewasa masih saja dipanggil dengan sebutan nuna. Diceritakan, setelah anak itu bisa duduk, ke dapur saja perginya, senang sek...
Ada sebuah cerita. Tegodek-Godek dan Tetuntel-Tuntel. Mereka bersahabat. Tetuntel- Tuntel bertempat tinggal di tepi sungai. Maklulmlah katak. Seekor katak. Dan Tegodek-Godek bertempat tinggal diatas sungai itu. Tempat tinggalnya di tepi hutan. Persahabatan mereka, antara Tegodek-godek dangan Tetuntel-Tuntel, baik sekali. Baik sekali jalan persahabatan mereka. Ada makanan sedikit, sama-sama sedikit. Banyak sama -sama banyak. Pada suatu hari turunlah hujan lebat. Oleh masyarakat Sasak dinamai belabur dasa. Na, jadi cerita tentang belabur dasa itu, hujan tak henti-hentinya. Hujan lebat benar. Datanglah banjir besar. Na, bertemu dengan banjir besar Tetuntel-Tuntel sangat senang, karena menjumpai hujan. Tegodek-Godek susah sekali. Nah, berundinglah kedua sahabat itu, Tegodek-Godek dengan Tetuntel- Tuntel. "Kalau demikian Tegodek- Godek, bagaiman cara kita sekarang?" "O, sekarang begini Tetuntel- Tuntel. Karena sekarang musim hujan marilah kita pergi mencari pohon pisang. Kita...
Ini adalah cerita tentang Datu Maja Parua yang konon pernah memerintah di Sumbawa. Pemeritahannya adil dan bijaksana. Setiap hari Baginda bergaul dengan masyarakat untuk mengetahui keadaan masyarakat yang sebenarnya. Pada suatu hari Datu Maja Parua ingin mandi-mandi ke sungai. Ia mengumpulkan semua wasir dan para menterinya untuk menyiapakan segala sesuatunya untuk keperluan itu. Sungai yang dituju bernama sunagi Berang Tiu Baru.Hari itu pun tibalah dan bersama-sama dengan wasir dan para menteri Datu Maja Paruapun berangkatlah. Di semak-semak jalan yang menuju ke kali, tiba-tiba terdengar suara anak menangis. Datu Maja Parua memerintahkan pada Sangadiarong (salah seorang wasir menteri) untuk mencari anak yang menangis itu. Anak bayimitu diketemukan dan segera dibersihkan dan Datu Maja Parua ingin membawanya pulang. Mandi bersama-sama pun berakhirlah dan waktu untuk pulang pun tiba. Anak bayi itu dibawa pulang dan Datu Maja Parua menyruh Sanga diarong untk membawa bay...
Ini adalah cerita tentang Bija-bija Lempe zaman dulu. Diceritakan, tentang Bija-bija Lempe yang tinggal si Sumbawa, di kampung Bawo, Kebun Geranta namanya. Mula-mula Bija-bija Lempe ini ditakuti atau disegani oleh Dewa Mas Samawa yang memerintah Sumbawa waktu itu.Takut kalau-kalau mereka akan mefebut kekuasaan Dewa Mas. Oleh sebab itu pada suatu hari ia memerintahkan semua Sarian Penggawa (pankat pada waktu itu,pen) untuk membunuh setiap laki-laki turunan Bija-bija Lempe itu. Demikianlah. Pada suatu petang, seorang keluarga Bija Lempe melahirkan seorang bayi laki-laki. Betapa terkejutnya sang bidan ketika melihat bayi keluar itu adalah seorang laki-laki. Segera bidan itu menyuruh oang untuk membawa lari bayi itu ke Tungkup. Namun Sarian Penggawa mengetahui juga hal itu dan menyuruh orang mencarinya. Kalau dapat agar dibunh. Orang yang mencari bayi itu melewati pula Tungkap. Disana mereka mendengar tangis orang bayi. Mereka masuki rumah di mana bayi itu berada. Mereka dapat...
Ada sebuah cerita murah berharga satu mahal berharga dua Adalah sepasang pengantin.Si suami membajak di sawah, begitulah membajak di sawah. Bajaknya diperolehnya dengan cara meminjam, demikianlah. Meminjam. Meninjam bajak. "Kakak, kakak, saya meinjam bajak." "Ya, pakailah," demikianlah ceritanya. Kini bajak itu sedang dipergunakan membajak. Baru saja mulai membajak datanglah seseorang berkerudung sarung. Sapi lagi sehingga bajaknya patah. "Mi, apa pakai pengganti sekarang. Ah, lebih baik datang kesana." "Kakak, bajakmu patah. Biarlah saya ganti nanti." "O, kakak tidak mau." "Saya bayar." Juga tidak mau. Pih, tidak mau, bayar tidak mau, begitulah. Susah benar orang yang membajak itu. PUlanglah yang membajak itu. Isterinya sedang bekerja di dapur, nah demikianlah. Sedang berada di dapur. "Luh,luh, susah benar kakak." "Apa yang disusahkan, kanda ambilkan periuk di sanggah untuk membuat sayur." Demikianlah,membuat sayur. Si suami...
Adalah sebuah cerita, murah berharga satu, mahal berharga dua. Adalah seorang yang akan memohon kepada Tuhan. Ia membuat sepasang canang, hanya sepasang. "Nah, dimana saja terdapat pura kesana kita pergi memohon." Konon pergilah ia. Pergilah ia, lalu menjumpai pohon beringin kembar. Di bawah pohon beringin itu terdapat sebuah batu sebesar ruang tamu. Demikianlah keadaan di tempat itu. "Nah, disini tempat kita memohon." Lalu ia menyapu. Setelah selesai menyapu, ia mempersembahkan canang. Setelah mempersembahkan canag, datanglah Batara. "Ya, I Men Daak dan I Pan Daak datang. Apa yang akan kamu minta?" "Hamba memohon sesuatu karena hamba miskin. Itulah yang hamba mohon." "Oh, inilah. Ini kuberi engkau tiga mata uang." Doberilah mata uang itu, tiga kepeng. "Nah, bantinglah uang itu di atas batu itu. Itu batu, banting ketiga-tiganya." Lalu dibantingnya ketiga-tiganya. Demikianlah terjadi,... setelah uang itu dibanting, entah dari mana datangnya kain bert...