Berikut adalah sedikit ulasan mengenai wedang ronde
Tamansari atau yang disebut Water Castle atau The Fragrant Garden adalah taman indah yang dikelilingi danau buatan dan wangi bunga merupakan maha karya Sri Sultan HB I. Dibangun sejak Tahun Jawa 1684 Ehe (1758 Masehi). Pada awalnya, total luas area bangunan ini mencapai 12.600 m 2 . Terdiri dari 57 bangunan dan 18 kebun. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja. Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Fungsi utama Tamansari adalah pesanggrahan atau tempat rekreasi bagi Sultan dan keluarga. Selain itu, bangunan ini juga dimanfaatkan sebagai tempat pertahanan karena terdapat benteng, bastion (tempat me...
Seperti dalam pemerintahan modern, terdapat jenjang kepangkatan dalam struktur organisasi Abdi Dalem. Setelah melalui proses magang selama dua tahun seorang calon Abdi Dalemakan diwisuda menjadiÃÆ'ââââ¬Å¡Ã¬Ã...áAbdi Dalem. Jenjang Kepangkatan Abdi Dalem Jenjang kepangkatan Abdi Dalem berurutan dari bawah adalah sebagai berikut: Jajar Bekel Anom Bekel Sepuh Lurah Penewu Wedono Riya Bupati Bupati Anom Bupati Sepuh Bupati Kliwon Bupati Nayoko Pangeran Sentana Kenaikan jenjang karir seorangÃÆ'Ã'âââ¬Ã...Â¡ÃÆ'ââ¬Å¡ÃâàAbdi Dalemberbeda antara...
Makanan dan minuman tradisional Yogyakarta telah lama ada dan digemari oleh masyarakat dengan resep spesifik yang diwariskan turun-temurun. Hal tersebut yang membuat salah satu ciri khas budaya Yogyakarta dari segi kulinernya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Gudeg, merupakan makanan yang paling dikenal dari Yogyakarta. Cita rasa gudeg manis dan gurih. Gudeg berasal dari bahasa Belanda gut dag yang berarti cukup bagus atau enak. Begitu populernya masakan ini, sampai-sampai Yogyakarta dijuluki Kota Gudeg . Gudeg dibuat dari nangka muda yang dikupas, diiris-iris lalu direbus sampai masak. Santan, bawang merah, bawang putih, laos, kemiri, ketumbar, daun salam, dan garam dicampurkan ke dalam nangka tersebut. Dimasak lagi sampai kering dan berwarna kecokelatan. Warna cokelat dapat juga dibuat dengan memasukkan daun jati ke dalam masakan. Untuk menghasilkan rasa yang khas digunakanlah arang dari batok kelapa untuk pemanasannya, sehingga panas yang dihasilkan bisa...
Di Yogyakarta masih melestarikan berbagai upacara adat yang telah menjadi ciri budaya khas Yogyakarta yang diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Grebeg Maulud, Kata gerebeg berarti suara berisik yg berasal dari teriakan orang-orang. Upacara adat ini diperingati sebagai acara Maulud Nabi Muhammad SAW yang mana dikatakan bahwa Nyi Roro Kidul Mendekatkan diri kepada Tuhan dan kebersamaan diantara warga Yogyakarta. Festival upacara adat ini dimulai pada pukul 07.30 pagi, didahului oleh parade pengawal kerajaan yang terdiri dari 10 unit: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo,Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijeron, Surokarso, dan Bugis. setiap unit mempunyai seragam masing2. parade dimulai dari halaman utara Kemandungan kraton, kemudian melewati siti hinggil menuju Pagelaran, dan selanjutnya menuju alun2 utara. Pukul 10.00 pagi, Gunungan meninggalkan kraton didahului oleh pasukan bugis dan surokarto. Gunungan dibuat dari makanan seperti sayur2an, kacang, lada merah, telor,...
Batik larangan Keraton Yogyakarta, atau kadang disebut Awisan Dalem , adalah motif-motif batik yang penggunaannya terikat dengan aturan-aturan tertentu di Keraton Yogyakarta dan tidak semua orang boleh memakainya. Keyakinan akan adanya kekuatan spiritual maupun makna filsafat yang terkandung dalam motif kain batik menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi adanya batik larangan di Yogyakarta. Motif pada batik dipercaya mampu menciptakan suasana yang religius serta memancarkan aura magis sesuai dengan makna yang dikandungnya. Oleh karena itu beberapa motif, terutama yang memiliki nilai falsafah tinggi, dinyatakan sebagai batik larangan. Adapun yang termasuk batik larangan di Keraton Yogyakarta antara lain Parang Rusak Barong , Parang Rusak Gendreh , Parang Klithik , Semen Gedhe Sawat Gurdha , Semen Gedhe Sawat Lar , Udan Liris , Rujak Senthe , Parang-parangan , Cemukiran , Kawung , dan Huk ....
Sejak tahun 2009, batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Sebagai warga Indonesia kita patut berbangga hati. Lebih jauh, upaya pelestariaan batik pun perlu dimulai dari diri sendiri baik itu dengan cara mengenali, menggunakan, dan mencintai. Di Indonesia sendiri ada beragam motif yang bisa kita jumpai. Bahkan beberapa daerah tertentu memiliki motif ciri khas tersendiri , seperti Yogyakarta. Bukan hanya terkenal sebagai Kota Gudeg, Yogyakarta ternyata juga memiliki motif batik yang khas. Asal-usul pembatikan di daerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di desa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga keraton yang dikerjakan oleh para wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada tingkat pertama keluarga keraton lainnya. Kini beberapa daerah di Yogyakarta pun terkenal sebagai sentra pengrajin batik, salah satunya adalah Gi...
Senjata Canggah merupakan alat kuno yang terbuat dari besi, yang memiliki bentuk seperti tomba. Perbedaannya, Canggah memiliki 2 mata tombak (Dwisula). Fungsinya sama dengan tombak, tetapi biasanya mata tombak bergungsi sebagai penjepit leher lawan. Bentuknya cukup unik, seperti tongkat kayu dengan panjang lebih kurang 2 meter dan terdapat besi yang berbentuk lingkaran di ujungnya. Pada masa lampau, Canggah tidak dijadikan sebagai senjata, melainkan alat untuk menangkap, menggiring, dan mengamankan pencuri. Pada zaman dahulu digunakan oleh para santri masa Sunan Giri saat ada pencuri yang tertangkap. Cara menggunakannya adalah dengan memasukan dan melilitkan besinya ke leher sang pencuri. Setelah besi terpasang dan terkunci dengan rapat, kemudian pencuri digiring dengan menggerakan tongkat kayunya. Sehingga pencuri tidak bisa bergerak dan melawan para penggiringnya. Senjata tradisional ini tidak bisa dilepaskan sendiri karena kedua ujungnya diikat dengan rantai besi.
Mie Lethek Khas Bantul ini berbahan dasar dari tepung tapioka dan campuran tepung singkong, mie ini terlihat butek dan keruh, dengan warna gelap dikarenakan pengolahannya yang menggunakan cara tradisional. Mie Lethek ini mempunyai rasa yang nikmat. Mie lethek ini bisa di oleh dengan cara rebus atau goreng. Kali ini kami menyajikan Mie Lethek Bantul yang direbus dan anda bisa mencobanya dirumah untuk menemani anda dikala hujan. Cara Membuat Mie Lethek Khas Bantul Bahan: Mie letek (sejenis bihun yang warnanya tidak putih [lethek.red]) Wortel dipotong korek api Kubis dipotong setengah halus Tomat dipotong-potong Daun Bawang Daun Seledri Bumbu : Bawang merah diiris tipis Bawang putih Merica Kecap Garam Gula Cara Membuat: Rebus mie lethek sampai matang lalu lumuri dengan minyak goreng dan kecap, Haluskan bawang...