Setiap daerah pasti memiliki asal usul yang menggambarkan perjalanan kisah suatu daerah, kali ini saya akan coba memaparkan sejarah daerah bima. Bima pada jaman dahulu berada diwilayah kekuasaan kesultanan bima yang berkuasa sekitar lima atau enam abad,sebelum merdeka ataupun berdirinya republik Indonesia.sejarah kerajaan bima yang masih dangkal, dikarnakan belanda yang tidak terlalu minat terhadap daerah bima sehingga dijadikan sebuah jalan untuk menuju wilayah timur seperti maluku dan papua pada saat itu, asalkan keamanan dan ktertiban tidak terganggu. Ada juga dari sumber lain yang menjelaskan perkembangan sejarah bima. Yang pertama adalah ilmu arkeologi hanya mengungkap segelintir peninggal yang tidak utuh. Namun kita pun tidak bisa memungkiri bahwasanya arkeologi itulah yang memberikan sedikit kisah tentang peradaban dan masuknya islam diwilaya bima pada saat itu. Kedua adalah adalah sejarah dokumen dalam Bahasa melayu yang ditulis diantara abad ke 17 sampai dengan abad...
Datang ke Bima berarti harus meluangkan waktu menonton Pacuan kuda. Lupakan Khayalan tentang hotel mewah dan spa. Langsung saja menengok kekayaan adat dan budaya di Kabupaten paling timur yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini. Maka, bersiaplah memacu adrenalin. Terjebak dalam kepulan debu, menangkap kibaran warna-warni pakaian joki, pun derap puluhan kaki kuda. Joki cilik beraksi sambil menggerakkan pecut di tangan. Tampil berani, hanya dengan pengamanan sangat minim. Tanpa helm, tanpa pelana dan tanpa alas kaki. Alamiah, menyatu bersama denyut dan dengus napas kuda pacuan. Pacuan Kuda dan joki cilik merupakan satu dari sekian banyak agenda wisata andalan Bima. Sangat diminati penduduk lokal, juga wisatawan dalam dan luar negeri. Pasukan berkuda ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dahsyat, mempertontonkan keahlian joki-joki cilik. Rata-rata usia mereka tak lebih dari 10 tahun. Gagah sekaligus mengundang cemas. Terik matahari tak...
Alkisah, pada zaman dahulu kala di daerah Langko (sekarang termasuk dalam Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah) terdapat sebuah kerajaan. Orang yang mendirikannya adalah Raden/Pangeran Mas Panji Tilar Negara yang berasal dari Kerajaan Selaparang di Lombok Timur. Kisahnya berawal ketika Raden Mas Panji Tilar Negara diperintahkan oleh Raja Selaparang (ayahandanya) untuk berdiam di Pulau Sumbawa. Mungkin karena kesal dia tidak pernah pulang lagi ke Selaparang. Oleh karena itu, Raja Selaparang kemudian menitah Patih Wirabakti bersama pengawalnya untuk menjemputnya. Ketika telah berada di daerah Labuhan Haji, mereka disambut oleh Patih Singarepa dan Mas Pekan, adik Mas Panji. Waktu itu Mas Panji langsung berkata pada Sang adik, "Aku tidak akan kembali ke Selaparang karena ayahanda sudah tidak senang lagi padaku. Lebih baik aku menetap di Perwa saja." Setelah berkata demikian, Mas Panji memerintahkan Patih Wirabakti dan Singarepa bersama dengan para pe...
Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang bernama desa Sakra tepatnya di daerah Lombok Timur. Hiduplah seorang laki-laki yang baik hati, dermawan, taat beribadah serta mempunyai impian yang besar untuk menyempurnakan agamanya yakni menunaikan rukun Islam yang kelima, dia ingin sekali pergi ketanah suci Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Orang tersebut bernama Ali. .Ali sangat disenangi oleh masyarakat sekitar Karena kebaikan hatinya dan kedermawanannya serta dia juga rajin membantu orang yang sedang dalam kesulitan.. Masyarakat sekitar,Keluarga dan Kerabat dekat yang ada disekitarnya seringkali memperingati Ali agar mengurungkan niatnya untuk pergi ketanah suci Makkah, karena pada zaman dahulu belum ada pesawat, orang-orang yang pergi Haji ketanah suci Makkah menggunakan Kapal layar yang menggunakan bahan bakar LANGAS (Langas dalam bahasa sasak berarti arang), dimana denga kapal tersebut mereka akan melewati b...
Ramuan tradisional yang diturunkan dari leluhur kita telah terbukti khasiatnya selama berabad-abad. Sayangnya Produk tersebut terkadang hilang dan terlupakan dengan semaraknya berbagai macam produk kecantikan yang baru. Padahal, Produk tradisional dari leluhur menggunakan bahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari serta relative murah. Dari sejarah kita belajar, nenek moyang kita punya ‘Produk-Produk’ mempertahankan kecantikan dan kelembutan kulit. Bahkan hingga saat ini, Produk-Produk leluhur masih dipertahankan meski dalam kemasan yang sudah modern. hampir semua daerah punya Produk kecantikan, warisan dari para leluhur. Demikianpun dengan daerah Bima NTB, punya warisan Produk kecantikan sendiri. Menurut pemaparan para tetua di daerah bima yang sempat diwawancarai, bahwasanya banyak Produk kecantikan yang digunakan oleh orang-orang terdahulu, namun sekarang sudah jarang dipakai atau digunakan kembali. Resep-resep itu sebenarnya cukup seder...
Lo'i (obat) pakombo merupakan salah satu dari sekian banyaknya obat tradisonal masyarakat Bima yang berbentuk cair. Bahan pembuatannya pun cukup sederhana dan mudah didapatkan seperti beras tiga macam (putih, hitam dan merah), dan rempah seperti cabai jawa, cengkeh, jahe dan juga kelapa muda. Cara pembuatannya cukup mudah Pertama-tama haluskan rempah-rempah dan campurkan dengan air lalu saring. Selanjutnya, beras tiga macam yang sudah ditumbuk halus disangarai hingga berwarna kecoklatan. Selanjutnya campur air yang berisi rempah-rempah dan beras yang sudah disangarai, lalu masak hingga matang. Terakhir campurkan kelapa muda yang sudah diserut. Lo'i pakombo dapat diminum atau dimakan. Lo'i pakompo memiliki khasiat sebagi obat untuk menghangatkan badan dan mengobati panas dalam. Namun, sekarang obat ini sudah jarang ditemukan di kalangan msyarakat karena banyak orang yang sudah beralih ke obat-obatan yang modern dan instan.
Bima adalah sebuah kota yang terletak di bagian ujung timur dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain terkenal dengan susu kuda liarnya, di Bima juga terdapat minuman khas lainnya, salah satunya minasarua. Minasarua terbuat dari rebusan ketan hitam yang telah difermentasi selama kurang lebih 2 hari untuk dijadikan tape, lalu dicampurkan dengan rempah-rempah dasar seperti jahe, merica, kunyit, cabe jawa, kayu manis, dan lain-lain yang telah disangrai kemudian ditumbuk halus. Setelah itu disediakan juga galendo atau ampas minyak, dari santan kelapa tua yang dimasak hingga membentuk ampas minyak / galendo. Kemudian galendo ini dicampurkan dengan rebusan tape ketan dan rempah-rempah tadi. Minasarua dapat kita temukan di sekitaran Sila Kecamatan Bolo, kampung Sumbawa desa Bontokape dan sekitar Dusun Darussalam. Minasarua sangat cocok dinikmati dalam keadaan hangat pada malam hari atau kala hujan turun saat cuaca dingin. Selain nikmat ketika disantap, minasurua juga memiliki...
Naskah Nagarakertagama Lan Sanesipun pernah tersimpan di Universitas Leiden, Belanda. Kemudian naskah ini diserahkan kepada pemerintah Indonesia sekitar tahun 1975 dan disimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode naskah NB 9. Naskah ini berwujud teks prosa dan puisi, berisi 157 halaman dengan ukuran 48,5 x 3,5 cm. Naskah yang tersusun dari bahan lontar ini, diurutkan sesuai teks dengan menggunakan tali ditengah-tengah lempir lontar, sehingga kondisi naskah tersusun rapih. Naskah Nagarakertagama Lan Sanesipun merupakan naskah yang ditulis dengan aksara Bali dan berbahasa Jawa Kuna, berasal dari Lombok. Naskah ini berisi cerita: Lubdhaka Siw Ratri, Kunjara Karna, Jinarti Prakerti Pralambang Kamahayanin, Kerta Samaya Bhuwana Tatwa Pariyaya, Nagara Kertagama (desa Warnana), Nirartha Prakerta, Sangu Sekar, Anyang Nirartha, Lambang Puspa, Anja-anja Sancaya Turida, dan Anja-anja Sungsang. Sumber: http://aksakun.org/
Tersebutlah pada zaman dahulu, kerajaan Bali berhasil membakar Desa Kenaga. Saat itu, yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan Kenaga adalah Suradadi. Paihnya bernama Raden Satria Nata. Setelah kalah perang dengan Bali, Raden Satria Nata bersama pengikutnya mencari tempat untuk membuka desa baru. Akhirnya, dijumpailah tempat yang mirip dengan desa Kenaga. Desa itu bemama desa Madya. Raden Satria Nata dan pengikutnya kemudian membuka ladang dan bercocok tanam di situ. Tanaman yang paling cocok adalah jenis “komak” (dalam bahasa Jawa disebut “kara”). Konon, pada saat komak sedang berbunga, datanglah putri Jin mengisap sari bunga komak. Salah satu putri Jin tertangkap oleh Raden Satria Nata. Singkat cerita, putri Jin itu kemudian menjadi permaisuri Raden Satria Nata. Namun, kedua belah pihak telah bersepakat untuk tidak saling berbicara selama menjadi suami istri. Dalam perkawinan mereka, lahirlah seorang putra yang sangat disayang oleh Raden Satria Nata...