Di tengah maraknya obat kimia, obat tradisional ternyata tidak ketinggalan daya tariknya. Praja Keta misalnya, walaupun obat tradisional ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, sampai sekarang peminatnya masih tetap ada. Terbukti dengan masih banyaknya penjual Praja Keta di pasar ataupun di kampung. Duama Heyo, salah satu pembuat Praja Keta mengaku “Praja Keta ini masih banyak yang cari, yang buatpun masih banyak” akunya. Praja Keta merupakan obat tradisional yang berbentuk pil, bahannyapun sederhana, yaitu beras ketan hitam dan beras biasa yang dicampur dengan air. Walaupun bahannya sederhana, tapi tidak dengan khasiatnya. Praja Keta cocok untuk semua penyakit, baik penyakit yang berat maupun yang ringan seperti asma, kencing manis, penyakit mata, sariawan, dll. Duama Heyo menjelaskan bahwa “Praja keta ini cocok untuk semua penyakit, kalau panas dalam atau sariawam, tinggal kunyah 1 atau 2 biji, biasanya langsung sembuh” jelasnya. Jika dibanding...
Sebagian orang menyebutnya dengan Lawatu Puru.Tapi kebanyakan menyebutnya dengan Kawatu Puru. Penganan ini merupakan salah satu kue tradisional Bima-Dompu yang sangat akrab di tengah masyarakat ketika panen usai. Pada masa lalu, sebelum meninggalkan ladang dan tegalan, ibu-ibu membuat Kawatu Puru ini sebagai oleh-oleh dan rasa syukur atas selesainya panen padi. Memasuki kampung, rombongan “ Pako Tana” (Sebutan bagi warga yang pergi berladang) disambut seperti pahlawan yang pulang dari medan Juang. Nah, saat-saat indah itu lah Kawatu Puru dibagikan untuk disantap bersama. Kawatu berarti adonan. Sedangkan Puru artinya dipanggang. Jadi Kawatu Puru adalah adonan yang dipanggang. Bahan dasar penganan ini adalah Beras Ketan dan parutan Kelapa. Pertama-tama beras ketan direndam, kemudian ditumbuk (Sekarang digiling) sampai halus. Setelah dibuat adonan kemudian di dalamnya dimasukan parutan kelapa yang sudah dicampur gula merah. Selanjutnya dibuat bentuk seperti kepalan anak...
Nika Baronta atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Kawin Berontak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari romantika sejarah Bima yang tetap akan dikenang sepanjang masa. Banyak kisah dan peristiwa yang terjadi pada masa itu terutama antara tahun 1942 hingga 1945. Sejarahwan H. Abdullah Tayib, BA dalam bukunya Sejarah Bima Dana Mbojo menulis bahwa mungkin sebagian dari tanda-tanda kiamat itu telah terjadi di tanah Bima pada masa itu dimana, orang tua si gadis mendatangi perjaka untuk secepatnya menikahi putrinya. Kebijakan Nika Baronta dipicu oleh keinginan Militer Jepang untuk menjadikan Wanita Bima sebagai Jugun Ianfu (Pelayan Bar dan Wanita Penghibur) yang akan dikirim ke pulau Jawa dan Sumatera. Hal itu disampaikan oleh perwakilan Militer Jepang wilayah Sumbawa di Istana Bima kepada Sultan Muhammad Salahuddin. Mendengar informasi itu, Sultan yang dijuluki Ma Ka Kidi Agama itu (Yang menegakkan agama itu ) langsung memanggil para pejabat kerajaan, Jeneli (Camat), dan...
Mau makan sayur enak dan kaya manfaat ? Cobalah cicipi sayur dari Ro’o Sambi. Sambi atau bahasa Indonesianya kesambi atau kosambi memiliki nama latin Schleichera oleosa. Pohon kesambi menyebar mulai dari kaki Pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Dekan bagian barat di anak benua India, terus ke Srilangka hingga Indocina . Kemungkinan pada masa lampau tumbuhan ini dibawa masuk ke kawasa Malaysia termasuk Indonesia, dan kemudian meliar di sana. Di Indonesia terutama ditemukan di wilayah-wilayah dengan musim kemarau yang kuat, mulai dari belahan timur Jawa, Bali , Nusa Tenggara , Sulawesi, Maluku (Seram dan Kepulauan Kai). Kesambi tumbuh liar atau ditanam. Di Bima kesambi banyak ditemukan di pegunungan di sekitar Kota Bima maupun Kabupaten Bima. Masyarakat Bima menggunakan daun kosambi sebagai sayuran, terutama sayur santan dengan dicampur daging Sapi, kerbau maupun Rusa. Sepanjang perjalanan sejarah, Ro’o Sambi adalah makanan istana Bima dengan dicampur tulang dan dag...
Mpa’a Ngge’e terdiri dua kata, yaitu Mpa’a dan Ngge’e. Mpa’a berarti bermain, Ngge’e artinya “Tinggal”, dalam pengertian “Tempat Tinggal” dalam hal ini “Rumah”.Jadi Mpa’a Ngge’e adalah jenis dolanan yang meniru cara Ibu bersama Putri-putrinya dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti Mbako Ro Lowi (Memasak), atau sedang menyuguhkan hidangan untuk Orang tua dan keluarga. Sedangkan Kali Amba terdiri dari dua kata “Kali” dalam hal ini adalah “Bagai” atau ‘Seperti”, Amba berarti “Pasar”. Jadi Mpa’a Kali Amba berarti permainan yang bertemakan kegiatan jual beli seperti dipasar. Mpa’a Ngge’e dominan dimainkan oleh sekelompok anak-anak putri, kehadiran anak laki-laki terbatas jumlahnya. Usia pemain antara 6-12 tahun. Biasanya permainan ini dilakukan pada waktu senggang, dikala anak-anak beristirahat. Berlangsung di halaman rumah...
Masa kanak-kanak adalah masa bermain. Permainan yang ditampilkan cukup beragam, Ada kesenian yang berfungsi sebagai hiburan dan ada pula berupa olahraga guna mengadu ketangkasan, kecepatan dan kekuatan. Permainan anak-anak berupa kesenian biasa disebut dengan istilah “dolanan”. Semua jenis permainan anak-anak baik jenis dolanan maupun jenis olahraga oleh masyarakat Mbojo dinamakan “Mpa’a Rompije Dambe To’i” (permainan anak-anak). Semua jenis Mpa’a Rompije yang tumbuh dan berkembang dikalangan anak-anak, pada dasarnya merupakan hasil tiruan mereka dari apa yang dilakukan oleh para orang tua dan masyarakat. Dengan demikian semua jenis Mpa’a Rompije itu, berpedoman pada nilai dan norma budaya Mbojo. Dengan kata lain Mpa’a Rompije merupakan media pelestarian dan pengembangan budaya bagi anak-anak. Salah satu dari permainan atau Mp’a Ro Mpije itu adalah Puri-puri Kalo.Permainan ini terdiri dari kata Puri-pu...
Permainan Rakyat Tradisional Bima-Dompu AE AENA mungkin sudah hilang dari telinga generasinya. Permainan ini kini telah digeser berbagai jenis permainan dan game manca Negara yang saat ini menjamur di tanah air. Hingga tidak heran anak-anak dan generasi muda saat ini telah menjadi orang asing di tanahnya sendiri. Sebagai kenangan budaya, saya gambarkan permainan rakyat AE AE NA sebagai berikut : Ae-aena merupakan perpaduan Seni Gerak (Tari), percakapan atau Dialog (Teater) diiringi lagu Ae-aena. Pada masa lalu,permainan ini lazim dimainkan anak-anak pada waktu istirahat seusai belajar atau bekerja membantu orang tua guna menghibur hati yang gundah. Dimainkan oleh anak-anak usia antara 7-12 tahun, terdiri dari anak perempuan dan laki-laki. Lazimnya dimainkan dihalaman rumah dikala bulan purnama seusai belajar mengaji dan shalat. Ae-aena diangkat dari judul lagu”Ae-aena” yang mengiringi dolanan Ae-aena. Aena berarti Hasna, kata Na merupakan singkatan dar...
“Songko janga” terdiri dua kata yaitu Songko dan janga. Arti sebenarnya dari kata Songko adalah Songkok (Kopiah). Tetapi dalam permainan ini artinya bukan songkok, melainkan “ditutup” (diselubung) dengan Tembe (Sarung) permainan, merupakan simbol Sangkar Ayam dalam keadaan tertutup. Didalamnya ada seorang pelaku yang berperan sebagai seekor ayam untuk ditebak namanya oleh pihak lawan (regu lawan). Jadi Mpa’a Songko Janga sebenarnya adalah jenis permainan adu tebak nama lawan bermain yang disimbolkan sebagai seekor ayam jantan dalam sangkar tertutup. Mpa’a Songko Janga dimainkan oleh anak-anak usia 6-12 tahun. Anak laki-laki akan membentuk kelompok sendiri begitu pula halnya dengan anak-anak putri. Dengan kata lain boleh dimainkan oleh anak laki-laki dan putri tetapi melalui kelompok terpisah. Dalam setiap kelompok atau regu beranggotakan 3-6 orang anak, salah satu diantaranya berperan sebagai “Janga Sawu” (Ayam Jantan). Makin ba...
Alat musik ini mulai dikenal seiring masuknya Islam di Bima. Masyarakat Bima Dompu menyebutnya dengan Arubana. Rebana termasuk juga jenis musik membranofon. Rebana biasanya merupakan suatu musik orkestra yang semua peralatan musiknya adalah rebana. Hanya besar kecilnya saja yang membedakan nadanya. Orkestra rebana diperggunakan juga sebagai alat musik pengiring seperti Lombok, Rebana dipergunakan untuk menggiringgi tari Rudat. Di Bima untuk mengiringi Ziki( zikir ) tari hadrah, di sumbawa untuk mengiringi Lawas ( tembang Sumbawa), atau dalam bentuk musik orkestra seperti sakeco, saketa dan juga untuk mengiringi tarian kreasi baru. Bahan untuk membuat rebana yaitu terdiri atas kayu, kulit, rotan dan kawat. Masyarakat Bima Dompu membuat Arubana dengan kayu nangka atau kayu jati. Kulit yang dipakai adalah kulit kambing. Rotan...