Gagauk merupakan makanan khas Kalimanatan Selatan yang belum begitu terkenal, namun saat Anda mencobanya Anda akan merasakan kenikmatan karena cita rasa gagauk ini. Untuk dapat membuatnya Anda bisa mengikuti resep dibawah ini : BAHAN : * 350 gr kelapa setengah tua, parut memanjang * 250 gr tepung ketan * 150 gr gula merah diserut CARA MEMBUAT GAGAUK : 1. Campur tepung ketan dan kelapa, aduk rata. 2. Setelah itu bungkus dengan daun pisang, masukkan gula merah ditengahnya, lalu bungkus seperti membungkus botok. 3. Kukus selama 10 menit, angkat. 4. Hidangkan. Untuk = 20 buah (1 buah = 103 kalori) Sumber : https://hobimasak.info/resep-gagauk-kalimantan-selatan/
Kudapan yang satu ini merupakan khas Kalimantan Selatan yang terbuat dari kulit cempedak atau kalau orang Kalimantan Selatan menyebutnya tiwadak yang diawetkan dalam waktu yang cukup lama. Mandai umumnya dimasak dengan cara di goreng, walaupun ada juga yang memasaknya dengan cara digulai dan dibakar. Dengan ditambah beberapa rempah-rempah maka rasa asam dari kulit cempedak pasti enak rasanya. Proses pengawetannya pun cukup sederhana yaitu dicampur dengan garam, kemudian didiamkan dalam tempat yang tertutup rapat. Sedangkan lama pengawetan tergantung selera masing-masing, makin lama semakin asam rasanya dan semakin enak. Siapa yang tidak kenal buah cempedak, buah dengan nama latin artocarpus champeden sangat digemari karena daging buahnya memiliki tekstur yang lunak dan lembut di lidah serta aroma wanginya yang menusuk hidung layaknya buah durian. Buah cempedak mirip dengan buah nangka karena sama-sama termasuk dalam famili moraceae, hanya saja buah nangka lebih fam...
Tentang lagu ampar ampar pisang ini pada awalnya dinyanyikan secara iseng saat masyarakat kalimantan selatan membuat sebuah kue/makanan yang terbuat dari pisang. Makanan ini bernama rimpi.Cara membuat makanan ini adalah dengan cara pisang di diampar (disusun) kemudian dibiarkan hingga hampir matang mendekati busuk. setelah itu pisang dijemur diampar(disusun) di bawah sinar matahari sampai kira kira pisang mengeras dan mengeluarkan bau manis yang sangat khas,, Isi dari lagu ampar-ampar pisang menceritakan tentang pisang yang diampar dan dikerubuti binatang kecil kecil bisa terbang yang senang dgn aroma pisang. Binatang ini dikenal masyarakat kalimantan dengan nama bari bari. Pada akhir lagu di ceritakan tentang binatang yang ditakuti anak kecil zaman dulu (lihat kata "dikitip bidawang" yang artinya digigit biawak. Konon, kata dikitip bidawang itu digunakan untuk menakuti anak anak yang suka mencuri pisang/kue rimpi yang masih dalam proses penjemuran,.
Alkisah pada zaman dahulu di daerah Kalimantan Selatan pernah berdiri beberapa perkampungan yang saling berdekatan. Para penduduknya sering menebang hutan tanpa menanaminya kembali hingga alam menjadi rusak. Mereka juga sering bertengkar, saling menyakiti, suka merampas hak milik orang lain, dan gemar berfoya-foya. Beberapa tahun kemudian daerah itu ditimpa bencana kekeringan. Sudah enam bulan hujan tidak turun. Di mana-mana debu beterbangan dan tanah mulai pecah-pecah. Hutan yang dulu subur menghijau, kini pepohonan berubah menjadi meranggas. Hewan penghuni hutan banyak yang mati kehausan. Demikian pula ternak penduduk. Mata air yang ada di kaki bukit mulai mengering dan hanya mengeluarkan tetesan air. Padahal mata air itu merupakan satu-satunya sumber air yang mengairi tanah pertanian mereka. Akibatnya, mereka gagal panen. Penduduk yang tinggal di tepi sungai pun mulai gelisah. Air bersih semakin sulit didapatkan. Persediaan makanan pun semakin menipis. Di mana-mana terjad...
Syahdan, di Kampung Timbuk Bahalang , Haruai, hiduplah seorang petani bernama Raden Palewangan. Tubuhnya gagah dan kekar. Ia mempunyai istri yang cantik jelita, baik tutur katanya, sopan-santun dalam pergaulan. Namanya Kenanga Boyan. Sesuai namanya, seumpama bunga kenanga, yang wanginya menghiasi konde pengantin. Mereka keturunan bangsawan Kerajaan Tanjung Puri yang menjauhkan diri dari perebutan kekuasaan dan pertikaian di istana, menutup diri dari khalayak ramai. Sehari-hari, mereka dipanggil “Abah Diang” dan “Uma Diang” saja. Akhirnya, mereka bermukim di Kampung Timbuk Bahalang. Kampung itu sunyi, hutan belantaranya lebat sekali. Penduduknya warga Dayak Ma’anyan, Deah dan Lawangan. Hutan yang lebat, luas dan gelap, dihuni hewan payau , kijang, kancil dan burung haruai, yang bulunya dipakai Suku Dayak sebagai tanda kepahlawanan. Di kaki bukit, mengalir Sungai Tabalong Kiwa, yang berhulu di Tampirak, Muara U...
Bahari, di Kampung Mahe, ada bibinian nang batianan. Uma Idang ngarannya. Lakinya sudah kadada lagi, hanyar am mati ditimbak patir wayah di pahumaan. Rumahnya rumbis banar. Hatapnya daun rumbia. Lamunnya ada angin tutus, takipaian hatapnya. Liwar buruk rumahnya. Gawian Uma Idang saban hari maambil upah manurih gatah, sapalih batanam gumbili, sapalihan lagi bahuma. Parutnya sudah masuk itungan lapan bulan. Ujar urang, sabulan haja lagi mambarubus. Tagal, sidin cangkal haja lagi bagawi. “Aduhhhh… Parutku ganal sudah. Parak sudah baranak. Laki, kadada. Dingsanak, kadada. Duit, kada tapi ada. Dimapa juakah kaina nasip anakku ni…,” ujar Uma Idang marista diri. Saban hari, siang malam, Uma Idang asa marista. Satutumat, manangis saurangan, sampai bantal batahi lambuan. Kada karasaan, sampai sudah sambilan bulan, sambilan hari. Manunggu wayahnya haja lagi. Saharianan Uma Idang badangsar, kasakitan parut. Hadap kiwa, hadap kanan...
Di antara gemerisik daun ilalang di pinggiran jalan setapak, dua pasang kaki telanjang pria paruh baya melangkah tak kenal lelah menyusuri lereng bukit di sepanjang pesisir sungai. “Jek adhoh to kang gone sing diparani kui?” tanya Muhiman kepada temannya. “Yo, embuh, dek. Sing penting, mengko lak wis pethuk uwong, ngaso disek. Karo te`ko-te`ko, gon endi lemah ombo sing subur lan oleh digarap,“ jawab Marto Kuncung, sambil terus melangkah. Di kejauhan, tampak kepulan asap di sebuah gubuk. “Kae` koyok enek gubuk. Ayo, mrono,“ sahut Muhiman. Keduanya bergegas ke gubuk itu. “Kulo nuwuuun….“ Hampir bersamaan, Muhiman dan Marto Kuncung mengucapkan salam. Tak ada jawaban. Sekali lagi, Marto Kuncung mengulangi salam, tapi tetap tak ada sahutan dari gubuk di tengah sawah yang kering dilanda kemarau itu. Di kejauhan, tampak seseorang bergegas menuju pondok. Setiba di depan Marto...
ketupat betumis merupakan makanan yang berasal dari banjarmasin, biasanya makanan ini ada saat perayaan idul fitri. jika anda ingin merasakan makanan ini anda tidak perlu jauh-jauh pergi ke banjarmasin, anda cukup membuatnya dirumah. Bahan-Bahan : 4 buah Ketupat besar (potong sesuai selera) Bahan untuk kuah : 2 L Santan cair 1 buah Bengkuang (iris tipis) atau dapat diganti dengan sayur nangka. 5-8 buah Kacang panjang (potong-potong) Secukupnya Garam, Gula. Bahan Lauk (habang) : 3-4 ekor Ikan Haruan/gabus, bisa juga pakai ayam atau bebek (potong2 sesuai selera). 2 sdm Air asam jawa 3 butir Telur bebek rebus 50 gr Cabai merah kering (buang bijinya) 1 ruas Kayumanis Secukupnya Garam, gula pasir & penyedap rasa Secukupnya Minyak goreng Secukupnya Air Bumbu Halus : 4 siung Bawang putih 7 siung Bawang merah 1 ruas Jahe 1 ruas Kencur 2-3 sdm Gula mer...
Putri selat merupakan salah satu makanan tradisional asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kue basah tradisional ini enak disantap dalam kondisi dingin. Tampilannya mirip kue talam. Bersama dengan bingka barandam menjadi kue khas Kerajaan Banjar. Resep: Bahan Lapisan 1 225 g tepung beras 75 g tepung kanji 250 g gula pasir ¾ sdt garam 75 ml air daun suji 300 ml santan hangat dari ½ butir kelapa parut 450 ml santan panas dari ½ butir kelapa parut ¾ sdt garam Lapisan 2 450 ml santan panas dari ½ butir kelapa parut 200 g gula merah sisir 25 g gula pasir 225 g tepung beras 75 g tepung kanji ¾ sdt garam 375 ml santan hangat...