BULU' ALAU'NA TEMPE Voc. Tajuddin Nur Cipt. Abdullah Alamudi * BULU' ALAU'NA TEMPE BULU' ALAU'NA TEMPE MADECENG RICOKKONGNGI ALLA MATTIROWALIE KUTIRO TONI LAGOSI KUTIRO TONI LAGOSI KULIRA' MATA TONI ALLA TENGNGANA TOSORA RITOSORA MANA'MITA PATTENNNUNG TALI BENNANG ALLA NATEA MAKKALU MAKKALUSSI SABBE' BURA PAKKE'SI BATANG LOKA ALLA TOPANRE' ADA'E PANRE ADAMMUNA RITU PANRE ADAMMUNA RITU MULE'NGENG LEPA-LEPA ALLA TEMMU RITONGANI LEPA-LEPA MAKA ICCU LEPA-LEPA MAKA ICCU MASERA' DUA TAU ALLA NATELLU PABBISE'NA MAUNI TELLU PABBISE'NA NABONGNGO POLLOPINNA ALLA TEAWA' NALURENG TUNRU'KO NALURENG TOTO' AJA' MULEGA-LEGA ALLA BINABOLLOANGNGAMMO SOMPE'NI TEPADA SOMPE' SOMPE'NI TEPADA SOMPE' TEPADA MAMMINANGA ALLA TOSI ALLA BUANG...
Tantu Panggelaran adalah sebuah teks prosa yang menceritakan tentang kisah penciptaan manusia di pulau Jawa dan segala aturan yang harus ditaati manusia. Tantu Panggelaran ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan pada zaman Majapahit. Suntingan teks yang sangat penting telah terbit pada tahun 1924 di Leiden oleh Dr. Th. Pigeaud. Cerita Rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki setiap bangsa. Jika digali dengan sungguh-sungguh, negeri kita sebenarnya berlimpah ruah Cerita rakyatyang menarik. Bahkan sudah banyak yang menulis ulang dengan cara mereka masing-masing. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Perkembangan kisah dalam Tantu Panggelaran dapat dibagi menjadi beberapa Babak: Awal Keberadaan Pulau Jawa Pada mulanya pulau Jawa tidak berpenghuni dan dalam keadaan khaotis, kar...
Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) diperkirakan telah terjadi sejak zaman kerajaan Majapahit, abad ke-13 masehi ketika kerajaan tersebut melakukan perluasan pengaruhnya hingga ke Kalimantan khususnya wilayah pantai selatan pulau tersebut. Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Prof. Ir HM Rasmadi, MS mengatakan, sebenarnya warga Banjar yang tinggal di Provinsi Kalsel sudah memanfaatkan lahan rawa sejak zaman kerajaan hingga zaman kolonial lalu. Sistem yang dikembangkan untuk membuka lahan rawa menjadi lahan pertanian adalah dengan sistem Anjir dan Handil, katanya ketika seminar nasional mengenai rawa di Banjarmasin, Selasa (5/8) lalu. Anjir adalah yang menghubungkan dua buah sungai besar dan sebelah kiri dan sebelah kanan anjir dikembangkan menjadi lahan pertanian.Handil adalah kanal kecil yang dibuat memotong atau tegak lurus sungai atau anjir sejauh 1-2 kilometer. Sama halnya dengan sist...
Asmarandana: Kitab Musarar inganggit Duk Sang Prabu Jayabaya Ing Kediri kedhatone Ratu agagah prakosaTan ana kang malanga Parang muka samya teluk Pan sami ajrih sedaya Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa. Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani. Milane sinungan sakti Bathara Wisnu punika Anitis ana ing keneIng Sang Prabu Jayabaya Nalikane mangkana Pan jumeneng Ratu AgungAbala para Narendra Beliau sakti sebab titisan Batara wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja agung, pasukannya raja-raja. Wusnya mangkana winarni Lami-lami apeputra Jalu apekik putrane Apanta sampun diwasa Ingadekan raja Pagedhongan tanahipun Langkung arja kang nagara Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan. Sesudah dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negaranya. Maksihe bapa anenggih Langkung suka ingkang rama Sang Prabu Jaya...
Naskah dari daun rontal ini berjudul Jatiniskala . Menurut Jakob Sumardjo, naskah ini diduga berasal dari zaman Kerajaan Galuh, Ciamis. Naskah ini ditemukan di Kabuyutan Kawali, Ciamis Utara, yang diberikan oleh Bupati Galuh R.A.A. Kusumadiningrat (1839-1886) kepada Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), lembaga yang khusus bergerak dalam bidang seni-budaya dan temuan-teman sejarah di Batavia; ada pun menurut Atja, naskah ini diserahkan oleh Raden Saleh. Kini naskah ini menjadi koleksi Perpustakaan Nasional, Jakarta, dengan nama register Kropak 422 . Kondisi Fisik Naskah Kondisi naskah secara keseluruhan masih bagus, hanya ada beberapa lempir yang telah rusak, bolong-bolong akibat gigitan kutu, dan sebagian lagi telah menghitam. Teksnya ditulis memakai pisau pangot, dengan bahasa dan aksara Sunda Kuno. Naskah ini terdiri atas 14 lempir/lembar rontal yang berukuran 31,8 x 4,1 cm. Ada pun luas marjin teksnya 29 x 2,7 cm. Setiap lempir terdiri...
Naskah Sewaka Darma termasuk salah satu dari sepuluh naskah Ciburuy, salah satu “kabuyutan” pada masa Sunda Kuno. Ciburuy merupakan salah satu kabuyutan (atau mandala bila di Jawa Tengah dan Timur) tempat menuntut agama kaum intelektual masa dulu, kini terletak di Bayongbong, Garut, Jawa Barat. Sebagai koleksi Perpustakaan Nasional Jakarta, naskah ini diberi nama register Kropak 408. Orang pertama yang mengumumkan naskah ini adalah Saleh Danasasmita dkk tahun 1987. Naskah ini tertera pada daun rontal yang ditoreh oleh peso pangot, pisau khusus untuk menulis pada daun, bambu, atau kayu. Huruf dan bahasa yang dipakai adalah Sunda Kuno. Bentuknya puisi. Naskah ini terdiri dari 37 helai daun rontal, 74 halaman, dan hanya 67 halaman yang terisi. Penulis naskah ini, seperti yang tertulis pada naskah bersangkutan, adalah wanita bernama Buyut Ni Dawit yang bertempat tinggal di batur (pertapaan) Ni Teja Puru Bancana di Gunung Kumbang. Tak dapat d...
Tranliterasi Teks Naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian I Ndah nihan warahakna sang sadu, de sang mamet hayu. Hana sanghyang siksakandang karesian ngaranya, kayatnakna wong sakabeh. Nihan ujar sang sadu ngagelarkeun sanghyang siksakandang karesian. Ini sanghyang dasa kreta kundangeun urang reya. Asing nu dek na(n)jeurkeun sasana kreta pakeuneun heubeul hirup, heubeul nyewana, jadiyan kuras. Jadiyan tahun, deugdeug ta(n)jeur jaya prang. Nyewana 1 na urang reya. Ini byakta sanghyang dasa kreta ngaranya, kalangkang dasa sila, maya-maya sanghyang dasa marga, kapretyaksaan dasa indriya nakeun ngretakeun bumi lamba di bumi tan parek. Ini pakeun urang ngretakeun bumi lamba, caang jalan, panjang tajur, paka pridana, linyih pipir, caang buruan. Anggeus ma imah kaeusi, leuit kaeusi, paranje kaeusi, huma kaomean, sadapan karaksa, palana ta hurip, sowe waras, nyewana 2 sama wong (sa)rat. Sangkilang di lamba, trena taru lata galuma, hejo lembok...
Suku Talang Mamak adalah Suku pedalaman di daerah Jambi. Suku ini tersebar di 4 kecamatan yaitu Batang Gansal, Cenaku, kelayang dan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu dan di Dusun Semarantahin, Desa Suo-Suo Kecamatan Sumai, Kabupaten Tebo. Talang memiliki arti Ladang dan mamak itu adalah Ibu. Secara umum Talang Mamak memiliki arti ladang milik ibu. Masyarakat Talang Mamak merupakan golongan proto Melayu atau melayu kuno. Suku Talang Mamak biasa di sebut “Suku Tuha”. Mereka adalah suku yang datang pertama di Indragiri dan berhak atas sumber daya. Pada tahun 200, jumlah masyarakat Talang Mamak sekitar 6418 jiwa. Dalam segi kepercayaan, mayoritas suku Talang Mamak masih memeluk agama kepercayaan yaitu Animisme. Agama kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Talang Mamak disebut Langkah lama. Agama kepercayaan tersebut mengajarkan kepada masrakata Talang Mamak untuk berorientasi pada pemujaan roh (Animisme) ninik-datuk (nenek moyang) dan mahkluk...
Matahari merangkak naik di Desa Benua Raja, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Senin (26/6/2017). Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Lokasi istana itu di sisi kanan jalan lintas jalan Kuala Simpang – Rantau, Aceh Tamiang. Memasuki kompleks kerajaan Islam Melayu terbesar di Aceh Tamiang itu suasana tampak hening. Sebuah mobil sedan warna hijau terparkir di depan istana. Kompleks ini terdiri dari dua bangunan, yaitu bangunan utama istana dan pendopo kerajaan. Bangunan utama ini bergaya Belanda, dibangun dari beton dengan atap genting, khas tempo dulu. Persis di samping istana terdapat satu bangunan semi permanen. Di situlah pendopo. Di sana sang raja kerap memimpin pertemuan kenegaraan. “Misalnya bertemu panglima perang dan petinggi kerajaan, para datuk dan raja-raja kecil lainnya juga ketemu di pendopo dengan raja,” kata Tengku Muhammad David yang akrab disapa Iboy, cucu keturunan Raja Sulong, raja terakhir Kerajaan Benua Raja. Iboy, putra dari Tengk...