Saiyyang patuddu artinya adalah kuda menari. Ini adalah salah satu jenis kegiatan dalam sebuah perayaan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Sulawesi Barat. Perayaan yang dimaksud biasanya adalah perayaan anak yang sedang khatam Al-Qur'an. Saat perayaan tersebut, beberapa kuda beserta pawangnya masing-masing akan dipanggil ke tempat perayaan, lalu dirias, dan ditunggangi oleh anak-anak dan remaja. Rombongan kuda ini lalu berbaris dan berkeliling kampung bersama warga-warga yang mengikuti. Biasanya, yang paling tua akan berada di posisi paling depan. Perayaan ini sangat ramai. Keunikan lain dari perayaan ini adalah gerakan dari kuda yang digunakan. Sesuai namanya, kuda-kuda ini akan menari mengikuti alunan musik dari rebana-rebana yang dimainkan. Kepala kuda-kuda ini bergerak mengangguk-angguk sambil kakinya diangkat ke depan. Selain diiringi musik, perayaan ini juga diiringi dengan pantun tradisional mandar. Pantun tradisional ini disebut kalinda'da. Sekarang san...
Pada zaman dahulu kala, di daerah Mandar, Sulawesi Barat, hiduplah seorang anak raja di daerah pegunungan. Ia tinggal dalam sebuah istana yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon buah-buahan. Di dalam taman itu terdapat sebuah kolam pemandian yang sangat bersih dan jernih airnya. Pada suatu haru, saat gerimis turun, tampaklah pelangi yang indah sekali di atas istana anak raja. Bersamaan dengan itu tercium pula wewangian yang harum sekali. Si anak raja seger mencari-cari asal wangi-wangian itu namun tak dijumpainya di dalam istana. Kemudian ia terus mencari hingga ke halaman istana. Di sana pun ia tak menemukan sumbernya kecuali kenyataan bahwa bunga-bunga dan buah-buahan miliknya telah dipetik orang. Anak raja menjadi sangat marah. Ia ingin sekali menangkap dan menghukum para pencuri yang berani mengambil tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Maka disusunlah siasat untuk menangkap si pencuri. Keesokan harinya si anak raja bersembunyi di taman untuk mengintai. Tak lama kem...
Cengnge' adalah nama seekor burung bersuara merdu dan berbulu indah yang terdapat di daerah Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. Di kalangan masyarakat Mandar, ada sebuah cerita menarik yang mengisahkan tentang seorang gadis cantik yang menjelma menjadi seekor Burung Cengnge'. Mengapa gadis cantik itu menjelma menjadi Burung Cengnge'? Alkisah, di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, hidup sepasang suami-istri yang miskin dan tidak mempunyai anak. Hampir setiap malam mereka berdoa agar dikaruniai seorang anak, namun Tuhan belum juga mengambulkan doa mereka. Meski demikian, sepasang suami-istri itu tidak pernah berputus asa untuk terus berdoa kepada Tuhan. “Ya Tuhan! Jika Engkau berkenan mengaruniakan kami seorang anak laki-laki, hamba bersedia membuatkannya ayunan dari emas,” doa sang Suami. Sebulan kemudian, sang Istri pun hamil. Alangkah senang dan bahagianya sang Suami mengetahui hal itu. Namun hatinya juga bingung, karena ia harus m...
Kalindaqdaq merupakan salah satu tradisi adat yang berasal dari Mandar, Sulawesi Barat. Tradisi ini berupa penyampaian perumpamaan saat hendak menyampaikan keinginannya kepada seseorang, layaknya sebuah pantun. Biasanya penyampaian itu berupa sindiran-sindiran yang bisa membuat lawan bicara tertegun. Kalindaqdaq juga terkadang bernuansa sebuah puisi, rayuan kepada wanita, dan bahkan berisikan motivasi atau semangat kepada pejuang pada masa perjuangan perebutan wilayah kekuasaan para raja di tanah Mandar. Kalindaqdaq sering diperdengarkan pada acara pappatammaq atau lebih dikenal sayyang pattuqdu (acara syukuran bagi yang khatam al-qur’an) yang setiap tahun diadakan secara massal di Sulawesi Barat. Ciri kalindaqdaq, seperti umumnya puisi, adalah keterbatasannya, ketakbebasannya, yang membedakannya dengan toloq, karena toloq, seperti umumnya prosa, lebih bebas, lebih leluasa dalam bentuk dan aturan-aturan pengucapan. Sepe...
Tiga orang pemuda dari kampung Benua, berniat memperluas permukiman dan ladang penduduk, termasuk membangun pelabuhan agar masyarakat lebih makmur. Mereka diberi gelar I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang. Gelar tersebut didapat sesuai dengan bidang yang mereka kerjakan dalam mewujudkan keinginan mereka itu. I Lauase bertugas membuka hutan menjadi ladang dengan menggunakan wase, yaitu sejenis kapak. I Lauwella bertugas membabat dan membersihkan wella atau rumput laut di pantai untuk dijadikan tempat perdagangan. Sementara itu, I Labuqang bertugas meratakan tanah di pantai yang berlubang-Iubang, karena ulang buqang atau kepiting. Mereka berencana menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik dan dalam waktu yang cepat. Dengan demikian, mulailah mereka mengelola lahan tersebut. "Apa nama yang tepat untuk wilayah kota ini?" ujar I Labuqang. "Bagaimana kalau Pallayarang Tallu?"" seru I Lauase, "Pallayarang artinya tiang layar. Tallu artinya tiga. Berarti tiga tiang layar."...
Sayyang Pattudduq, Kuda Menari Dari Tanah Mandar Apakah Sayyang Pattudduq Ada sebuah tradisi unik di tanah Mandar yang disebut dengan Sayyang Pattudduq. Sayyang adalah bahasa Mandar untuk kuda dan Pattudduq adalah menari. Yap kuda menari, kuda yang dikenal biasanya hanya sebagai hewan tunggangan ternyata bisa menggerakkan badannya seirama dengan alunan musik. Tradisi ini dapat ditemui di tanah Mandar, yaitu suku mayoritas yang mendiami semenanjung Barat Pulau Sulawesi atau saat ini dikenal sebagai provinsi Sulawesi Barat. Sejarah Sayyang Pattudduq Sejarah dimulainya tradisi ini tidak diketahui secara pasti, siapa yang menciptakan atau siapa yang memulai dan kapan dimulainya. Ada sumber yang mengatakan bahwa Saiyyang Pattudduq sudah ada sejak abad ke-14, pada masa pemerintahan raja pertama Kerajaan Balanipa, Imanyambungi yang bergelar Todilaling. Disebutkan bahwa pada masa itu, kuda merupakan satu-satunya alat transportasi dan masyarakat berinisiatif untuk sekaligus...
Meongmpalo adalah sebutan untuk kucing belang tiga atau berwarna tiga, dan Meongmpalo Karellae adalah kucing belang tiga berjenis kelamin jantan pada masyarakat Bugis. Kucing belang tiga umumnya berjenis kelamin betina, jantan sangat jarang atau bahkan langka. Jikapun ada biasanya memiliki cacat dan tidak bertahan lama karena adanya kelainan pada kromosom. Kelangkaan kucing belang tiga berjenis kelamin jantan, akhirnya dikaitkan dengan mitos di berbagai budaya. Bagi masyarakat bugis, Meongmpalo Karellae adalah pengawal setia Sangiang Serri (Dewi Padi), yang kisahnya terdapat dalam kitab S ureq Lagaligo. Dahulu, pembacaan kisah Meo ngmpalo Karellae dilakukan pada upacara Maddoja Bine , yaitu upacara penyemaian bibit padi. Dipercaya bahwa, jika si pencerita kisah ini merasakan kegembiraan saat membacanya, maka menjadi pertanda bakal baiknya hasil panen, pun sebaliknya. Pembacaan cerita Meongmpa...
Pada Jaman dahulu, masyarakat yang bermukim di daerah Sulawesi Barat mengolah bahan makanan dengan cara tradisional dan memakai alat yang masih konvensional, namun upaya untuk mencukupi kebutuhan hidup khususnya makanan, terus mereka upayakan sedemikian rupa agar kehidupan mereka terus berlangsung. Jika dibandingkan jaman sekarang dimana bahan makanan pokok seperti beras dapat dengan mudah diperoleh baik dari petani maupun di pasar-pasar ataupun swalayan, maka masyarakat tempo dulu untuk mendapatkan beras sangatlah sulit atau sangat susah, apalagi masyarakat yang kurang mampu. Oleh karenanya menjadi salah satu makanan alternatif pengganti beras saat itu adalah buah-buahan seperti buah pisang selain umbi-umbian dan sagu. Buah pisang seperti pisang kepok sudah sejak dahulu dikonsumsi oleh masyarakat baik di provinsi Sulawesi Barat maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Buah ini boleh dikonsumsi langsung terutama yang sudah matang maupun diolah terlebih dahulu dengan cara direbu...
Bila Anda berkunjung ke Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan Sumatera Barat, terdapat kesenian Batombe yang menjadi kesenian daerah setempat. Kesenian yang satu ini memang unik karena secara tidak sengaja tercipta mengingat kesenian ini pertamakali dimainkan untuk menghibur dan memberi semangat pada masyarakat yang sedang bergotong royong membuat Rumah Gadang. Kesenian Batombe diawali dengan pembacaan pantun pembukaan oleh seorang datuk. Para pemain lalu memasuki arena dan membuat lingkaran. Pemain terdiri dari 10 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. 12 diantaranya bergerak menari membentuk garis linkaran. Sementara 1 lainnya menari di dalam lingkaran. Kesenian Batombe diiringi dengan irama musik yang ceria. Alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari gendang dan talempong. Keduanya dimainkan dengan cepat mengikuti irama tarian dan nyanyian yang dibawakan para pemain batombe. Keceriaan tarian semakin memacu adrenalin dan semangat sehingga...