Pada Jaman dahulu, masyarakat yang bermukim di daerah Sulawesi Barat mengolah bahan makanan dengan cara tradisional dan memakai alat yang masih konvensional, namun upaya untuk mencukupi kebutuhan hidup khususnya makanan, terus mereka upayakan sedemikian rupa agar kehidupan mereka terus berlangsung. Jika dibandingkan jaman sekarang dimana bahan makanan pokok seperti beras dapat dengan mudah diperoleh baik dari petani maupun di pasar-pasar ataupun swalayan, maka masyarakat tempo dulu untuk mendapatkan beras sangatlah sulit atau sangat susah, apalagi masyarakat yang kurang mampu. Oleh karenanya menjadi salah satu makanan alternatif pengganti beras saat itu adalah buah-buahan seperti buah pisang selain umbi-umbian dan sagu.
Buah pisang seperti pisang kepok sudah sejak dahulu dikonsumsi oleh masyarakat baik di provinsi Sulawesi Barat maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Buah ini boleh dikonsumsi langsung terutama yang sudah matang maupun diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dibakar atau digoreng. Bahkan saat ini dioleh dengan cara moderen dan disajikan di warung kopi, restoran bahkan hotel-hotel mewah.
Pisang kepok yang sejak jaman dahulu oleh masyarakat di provinsi Sulawesi Barat telah diolah sedemikian rupa sehingga mempunyai rasa yang enak untuk dinikmati disebut Loka Sattai. Selain pisang kepok muda sebagai bahan dasar pembuatan makanan tradisional Loka sattai ini, bahan dasar yang tidak kalah pentingnya adalah santan kelapa. Seperti kita ketahui, penggunaan santan kelapa untuk berbagai macam masakan atau kuliner tentu bukan hal yang asing guna menambah citra rasa, hal ini juga sudah diketahui oleh masyarakat Sulawesi Barat sudah sejak jaman dahulu. Agar rasanya tidak hambar maka adonan santan perlu diberi sedikit garam. Loka Sattai ini sangat disukai oleh semua kalangan masyarakat Sulawesi Barat maupun di luar Sulawesi Barat, seperti Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Loka Sattai merupakan salah satu warisan budaya yang dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang hingga ke anak cucu masyarakat Sulawesi Barat.
Loka Sattai itu sendiri mempunyai beberapa nama, misalnya masyarakat Mandar menamainya Loka Sattai, masyarakat Polman menamainya Loka Anjoroi , Masyarakat Mamuju menamainya Loka Ro’do , sedang Masyarakat di Matra dan Mateng menamainya sesuai bahasa dan budaya masing-masing. Loka Sattai merupakan makanan yang tidak asing lagi bagi masyarakat Sul-Bar. Pada acara-acara keluarga misalnya: Acara Syukuran, Acara adat Perkawinan dll acara keluarga, kurang lengkap rasanya jika menu seperti Loka Sattai tidak disajikan atau tidak dinikmati bersama dalam acara tersebut.
Seperti yang telah disebutkan diatas, cara mengolah dari bahan hingga menjadi hasil berupa makanan tradisional “Loka Sattai” memang tidak sulit. Untuk itu kita hanya membutuhkan beberapa bahan dan alat agar proses pengolahan dilakukan dengan baik dan ringkas. Pertama-tama kita persiapkan bahan-bahan sebagai berikut :
Langkah berikutnya adalah cara pengolahan yakni :
Pisang Kepok yang masih muda diurai satu persatu lalu direbus hingga matang. Sementara itu satu butir kelapa diparut halus dan dicampur air kemudian diperas dan diambil santannya. Air santan kelapa ini ditampung dalam satu wadah atau nampan lalu ditambahkan garam secukupnya. Selanjutnya pisang yang sudah matang tersebut diangkat atau ditiriskan dan dalam keadaan masih panas, pisang tersebut satu persatu dikupas kulitnya lalu dimasukkan atau dicampurkan ke dalam santan kelapa tadi.
Adonan pisang dan santan kelapa diaduk terus menerus hingga menyatu dan perlahan-lahan hingga adonan menjadi kental. Adonan kental terjadi oleh karena panas yang tersimpan dalam pisang rebus perlahan – lahan mempengaruhi santan kelapa. Akhirnya adonan atau kuliner Loka Sattai siap untuk disajikan atau dihidangkan. Loka sattai ini rasanya semakin enak jika dimakan atau dipadukan dengan ikan kering Toppa atau Ikan kering (ikan seribu) yang disambal dengan sambel terasi.
Inventarisasi WBTB, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat
Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulsel/loka-sattai-kuliner-khas-mandar/
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...
Goa Jepang yang berada di kawasan wisata Kaliurang ini merupakan salah satu goa buatan peninggalan pada masa penjajahan Jepang. Goa yang dibangun pada tahun 1942-1945 ini merupakan tempat perlindungan tentara Jepang dari para tentara sekutu pada masa itu. Goa Jepang di Kaliurang ini memang memiliki fungsi yang berbeda dengan Goa Jepang di daerah Berbah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata dan bom. Goa yang terletak di Bukit Plawangan ini memiliki 25 goa buatan yang satu sama lain memiliki ruang penghubung masing-masing. Sebelum menuju goa ini, dari pintu masuk Nirmolo, pengunjung harus berjalan melalui jalan setapak terlebih dahulu kurang lebih 45 menit. Setelah sampai di area Goa Jepang, pengunjung akan dipandu oleh pemandu wisata yang akan dengan senang hati menjelaskan sejarah dan cerita mengenai goa jepang ini. Dengan dijelaskannya sejarah mengenai seluk beluk goa jepang, para pengunjung pun selain menikmati wisata sejarah, diharapkan juga mendapat pengetahuan leb...
Lokasi Pusat Universitas Gadjah Mada memiliki bangunan cagar budaya Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada yang merupakan cikal bakal sarana pendidikan pertama dalam bentuk kompleks bangunan yang dirancang secara khusus dengan pola tata ruang simetris. Lokasi ini merupakan tempat kegiatan pembeIajaran/pendidikan tinggi pertama kali di Indonesia yang dibangun setelah kemerdekaan pada tahun 1951, lokasi ini juga merupakan bukti sejarah perhatian pemerintah Republik lndonesia pada peletakan batu pertama universitas oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Lokasi pusat Universitas Gadjah Mada memiliki struktur dan pola ruang yang memiliki kemiripan dengan konsep ruang arsitektur Jawa Kraton Kasultanan Yogyakarta. Salah satu cirinya adalah orientasi arah dan Ietak bangunan pada garis poros imajiner dengan dua arah ke Utara dan Selatan meskipun mengalami perubahan dari rencana semula. Awalnya. konsep pintu masuk utama dari arah utara melalui gerbang di tengah Arboretum, menuju Balairung...
Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia Mandala Bhakti Wanitatama merupakan kompleks dengan beberapa bangunan, yaitu Balai Srikandi, Balai Utari, Wisma Sembodro Lama, Wisma Sembodro Baru, Wisma Arimbi, Balai Shinta, Balai Kunthi, TK Karya Rini, dan SMK Karya Rini. Semua bangunan dikelola oleh Yayasan Hari Ibu Kowani. Dari beberapa bangunan tersebut ada dua bangunan yang mempunyai nilai penting bagi Yayasan Hari Ibu Kowani, yaitu Balai Srikandi dan Balai Utari.
Pada tanggal 2 Januari 1949 pasukan Belanda yang bermarkas di Watuadeg diserang pasukan KODM Pakem pimpinan Letda Asropah dan pasukan TP pimpinan Kapten Martono. Pasukan Belanda lari ke arah selatan, sampai di dusun Cepet jam 06.30 dihadang pasukan Subadri dari Gatep. Pertempuran terjadi sampai jam 10.00 wib. Korban dari pihak Belanda 4 orang. Kemudian pada tanggal 11 Januari 1949 terjadi pertempuran kembali antara Tentara Republik dengan pasukan Belanda. Dalam pertempuran ini gugur 2 orang dari Tentara Republik, yaitu : Letda Kasijan. Agen Polisi Soekardjo. Alamat : Cepet, Purwobinangun, Pakem