Kisah Punai Anai (https://dongengceritarakyat.com) Punai Anai adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang terbilang mapan dan berada meski ia mempunyai enam saudara kandung. Kedua orangtua Punai Anai sangat memercayai ramalan Datuk ahli nujum. Apa pun yang diucapkan Datuk ahli nujum mereka percayai sebagai sebuah kebenaran. Pada suatu hari kedua orangtua Punai Anai kembali mendatangi Datuk ahli nujum. Mereka bertanya perihal nasib mereka dan juga tujuh anak mereka di kemudian hari. Dengan menggunakan tempayan, air, dan sembilan jeruk limau serta mantra-mantra saktinya, Datuk ahli nujum mencoba meramal. Hasil ramalannya kemudian disampaikannya kepada kedua orangtua Punai Anai. Katanya, “Kalian dan juga enam anak kalian akan bernasib mujur. Sangat beruntung, malah. Hanya seorang anak kalian saja yang tidak akan bernasib baik.” “Siapa anak kami yang tidak bernasib baik itu, Datuk?” “Punai Anai,”jawab Datuk ahli nujum. &ld...
Untuk mendidik rakyat Pamekasan agar mencintai lingkungan hidup, Pangeran Ronggosukowati senang memelihara ikan hias. Oleh karena itu, pada waktu kota Pamekasan di bawah kekuasaan Pangeran Ronggosukowati, ia memerintahkan pembuatan Kolam Si Kool di belakang Keraton Mandiraras. Ikan-ikan hias yang amat disenangi orang terdapat disana. Di tepi kolam Si Kool ditanami bunga beraneka warna dan pepohonan pelindung yang amat rindang. Dalam waktu senggangnya, Pangeran Ronggosukowati dan Ratu Inten, isterinya, sering bercengkerama di sana. Tak seorang pun yang berani mendekati kolam itu, apa lagi mengambil ikan kesayangan Sang Pangeran dari Pamekasan ini. Untuk menjaga kebersihan kolam, Pangeran Ronggosukowati memiliki petugas khusus. Tak sembarang orang yang diizinkan berada di kolam itu. Sehingga Kolam Si Ko’ol kelihatan berwibawa dan cukup angker. Kunjungan Pangeran Lemah Duwur Dari Bangkalan Diceritakan bahwa Pangeran Lemah Duwur dari Keraton Anyar di wilayah Arosbaya,...
Senjata ampuh yang dimiliki oleh Pangeran Ronggosukowati. Ketika baru saja naik tahta menggantikan ayahnya, setiap malam selama 7 hari ia kedatangan seorang jejaka atau pemuda hingga berjumlah 7 orang. Ketujuh jejaka itu tidak mau menyebutkan namanya dan dari mana asal mereka. Dengan begitu, mengertilah Pangeran Ronggosukowati bahwa 7 pemuda tersebut bukanlah manusia biasa, melainkan sebangsa makhluk halus. Kedatangan mereka itu hanyalah untuk menyerahkan bagian-bagian dari sebilah keris. Setelah itu mereka lenyap entah kemana. Oleh karena itu, Pangeran Ronggosukowati memanggil seorang empu (pembuat keris) yang terkenal di Pamekasan untuk menyatukan bagian-bagian keris tersebut. Setelah selesai, maka terwujudlah sebilah keris yang berpamor Tunggal Kukus. Konon keris ini memiliki kesaktian untuk mengusir musuh. Keris tersebut diberi nama Joko Piturun oleh Pangeran Ronggosukowati. Kesaktian Keris Joko Piturun Menghadapi Pasukan Bali Keampuhan Keris Joko Piturun terbukt...
Pada artikel sebelumnya telah diceritakan perkawinan yang setingkat dan serasi serta kehidupan rukun sentosa antara Nyi Banu dan Ki Ario Pramono. Pasangan serasi tersebut dikaruniai seorang putra yang bernama Pangeran Banurogo. Ia merupakan putra mahkota Keraton Pamekasan dan naik tahta dengan gelar Pangeran Nugroho setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Pada waktu ia memerintah, agama Islam mulai masuk dan menyebar ke seluruh pelosok Madura. Akan tetapi Pangeran Nugroho dan sebagian rakyatnya tetap memeluk agama Budha. Sedangkan sebagian rakyat Keraton Pamekasan dan kelima putra telah memeluk agama Islam. Lima orang putra Pangeran Nugroho adalah Pangeran Ronggosukowati, Pangeran Nurogo, isteri Pangeran Lumajang, Adipati Madegan, dan Nyi Taluki. Meskipun Pangeran Nugroho sering dibujuk oleh putra-putrinya supaya memeluk agama Islam, ia selalu menolak sambil tersenyum. Pangeran Nugroho mengatakan bahwa kelak jika dia sudah meninggal dan jenazahnya sudah dimasukkan ke dal...
Pada jaman dulu terdapat sepasang suami istri yang hidup di sebuah desa kecil di daerah Jambi. Walaupun hidup dalam kemiskinan, mereka tetap rukun dan bahagia menjalani aktitas sehari-hari. Namun kebahagiaan mereka tidak lengkap karena mereka belum mempunyai anak. Meski demikian mereka tidak putus asa, hampir setiap hari sepasang suami-isteri itu berdo’a kepada Tuhan memohon dianugerahi putra. “Ya, Tuhan! Karuniakanlah kami seorang anak, walaupun sebesar kelingking!” Itulah do’a yang selalu mereka panjatkan. Doa mereka terkabul. Tidak berapa lama kemudian sang istri mengandung. Sang suami senang bukan kepalang. Sebentar lagi dia akan menimang anak. Ia membayangkan betapa bahagianya bisa bermain dengan anaknya. Beberapa bulan kemudian, sang istri pun melahirkan. Alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat bayinya terlahir hanya sebesar kelingking. Rasa gembira yang awalnya terpancar di wajah sepasang suami istri itu berubah jadi kesedihan. Me...
Sri Tanjung Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Jump to navigation Jump to search Ini adalah artikel tentang cerita rakyat dari Kabupaten Banyuwangi . Untuk kereta api milik PT Kereta Api Indonesia , lihat kereta api Sri Tanjung . Ini adalah artikel tentang taman yang terkenal. Untuk taman kota milik Kabupaten Banyuwangi , lihat Taman Sritanjung . Sri Tanjung atau juga dikenal dengan kisah Banyuwangi ( Bahasa Jawa untuk "air yang harum") adalah sebuah kisah dongeng dalam khazanah kebudayaan Jawa mengenai kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Kisah ini populer sejak zaman Majapahit . Kisah ini dikenal dalam karya sastra berbahasa Jawa Pertengahan dalam bentuk kidung yaitu tembang yang dinyanyikan. Selain itu cerita ini juga terkenal karena biasa dibawakan dalam up...
Putri Tujuh Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Jump to navigation Jump to search Putri Tujuh adalah dongeng atau cerita rakyat mengenai asal mula Kota Dumai . Cerita ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang pinangan nya di tolak oleh kerajaan Seri Bunga Tanjung. Karena malu dan tidak terima maka pangeran tersebut memulai perang, dan peperangan pun tidak dapat di hindari dan berlansung lah perang yang hebat selama empat bulan lebih lama nya. Di Dumai juga bisa dijumpai situs bersejarah berupa pesanggarahan Putri Tujuh yang terletak di dalam komplek kilang minyak PT Pertamina Dumai. Selain itu, ada beberapa nama tempat di kota Dumai yang di abadikan untuk mengenang peristiwa itu, di antaranya: kilang minyak milik Pertamina Dumai diberi nama...
Agama Djawa Sunda (sering disingkat menjadi ADS) adalah nama yang diberikan oleh pihak antropolog Belanda terhadap kepercayaan sejumlah masyarakat yang tersebar di daerah Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Agama ini juga dikenal sebagai Cara Karuhun Urang (tradisi nenek moyang), agama Sunda Wiwitan, ajaran Madrais atau agama Cigugur. Abdul Rozak, seorang peneliti kepercayaan Sunda, menyebutkan bahwa agama ini adalah bagian dari agama Buhun, yaitu kepercayaan tradisional masyarakat Sunda yang tidak hanya terbatas pada masyarakat Cigugur di Kabupaten Kuningan, tetapi juga masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak, para pemeluk “Agama Kuring” di daerah Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, dll. Jumlah pemeluknya di daerah Cigugur sekitar 3.000 orang. Bila para pemeluk di daerah-daerah lain ikut dihitung, maka jumlah pemeluk agama Buhun ini, menurut Abdul Rozak, mencapai 100.000 orang, sehingga agama Buhun termasuk salah satu kelompok yang terbesar di kalangan Keperca...
Dahulu kala di Pulau Halmahera, tepatnya di bagian paling utara pulau, terbentang perkampungan nelayan yang penduduknya menggantungkan hid up dari hasil tangkapan ikan di laut. Keadaan ini berlangsung selama berabadabad. Masyarakat pun hidup dengan keadaan yang sangat sejahtera. Mereka bahu-membahu, bantu-membantu, serta tolong-menolong dalam melakukan berbagai hal, mulai dari membuat perahu-perahu besar hingga mendirikan rumah adat yang mereka anggap sebagai simbol persatuan. Di antara perkampungan nelayan tersebut yang paling dikenal adalah perkampungan Tobelo dan Galela. Uniknya, meskipun dua perkampungan nelayan ini memiliki budaya, kepercayaan, pemimpin, serta rumah adat yang berbeda, mereka terlihat seakan seperti satu komunitas perkampungan yang padu walaupun terkadang timbul perseteruan antara dua perkampungan ini. Masyarakat kedua kampung tersebut umumnya percaya bahwa nenek moyang mereka adalah satu yang diciptakan oleh Jou Giki Moi. Karena kepercayaan itulah, setiap p...