Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Pamekasan
Kolam Si Ko'ol Pembawa Petaka Keraton Pamekasan
- 23 November 2018

Untuk mendidik rakyat Pamekasan agar mencintai lingkungan hidup, Pangeran Ronggosukowati senang memelihara ikan hias. Oleh karena itu, pada waktu kota Pamekasan di bawah kekuasaan Pangeran Ronggosukowati, ia memerintahkan pembuatan Kolam Si Kool di belakang Keraton Mandiraras. Ikan-ikan hias yang amat disenangi orang terdapat disana. Di tepi kolam Si Kool ditanami bunga beraneka warna dan pepohonan pelindung yang amat rindang.

Dalam waktu senggangnya, Pangeran Ronggosukowati dan Ratu Inten, isterinya, sering bercengkerama di sana. Tak seorang pun yang berani mendekati kolam itu, apa lagi mengambil ikan kesayangan Sang Pangeran dari Pamekasan ini. Untuk menjaga kebersihan kolam, Pangeran Ronggosukowati memiliki petugas khusus. Tak sembarang orang yang diizinkan berada di kolam itu. Sehingga Kolam Si Ko’ol kelihatan berwibawa dan cukup angker.

Kunjungan Pangeran Lemah Duwur Dari Bangkalan

Diceritakan bahwa Pangeran Lemah Duwur dari Keraton Anyar di wilayah Arosbaya, kota Bangkalan melakukan kunjungan ke keraton Pamekasan. Semula rombongan Pangeran Lemah Duwur akan bermalam di Pamekasan, mengingat perjalanannya yang akan ditempuhnya amat jauh, ditambah pula setelah keluarga Keraton Mandiraras menyilakan mereka beristirahat di pesanggrahan yang letaknya tidak jauh dari kolam si Ko’ol, maka senanglah mereka.

Pangeran Lemah Duwur memutuskan beristirahat di Keraton Mandiraras. Sebelum shalat ashar, Pangeran Lemah Duwur sudah bangun dari tidur siangnya. Kemudian dia duduk di teras depan pesanggrahan. Pandangannya dilayangkan ke kolam Si Kool yang anggun tersebut.

Pangeran Lemah Duwur Ingin Melihat Kolam Si Ko’ol

 Pangeran Lemah Duwur bergumam bahwa hanya kolam itulah yang belum pernah dilihatnya. Kemudian Pangeran Lemah Duwur mengajak sebagian rombongannya untuk melihat kolam itu tanpa sepengetahuan Pangeran Ronggosukowati karena pada waktu itu ia masih berada di dalam Keraton Mandiraras.

Walau demikian, rombongan tamu agung dari Arosbaya itu disambut dengan ramah oleh penjaganya, kemudian terjadilah percakapan. Pangeran Lemah Duwur bertanya apakah dia boleh masuk untuk melihat keindahan kolam Si Ko’ol. Penjaga tersebut meminta maaf karena tidak bersedia membuka pintu menuju kolam.

Penjaga kolam Si Ko’ol mengatakan bahwa setiap orang yang akan mengunjungi kolam harus meminta ijin langsung kepada Pangeran Ronggosukowati. Dan tidak sembarang orang yang diizinkannya karena kolam ini adalah tempat untuk menenangkan, menyatukan pikiran dan perasaan, ketika beliau sedang menghadapi masalah yang agak ruwet pemecahannya. Selama ini, hanya Kanjeng Ratu Inten yang diperbolehkan masuk ke lokasi kolam Si Ko’ol.

 Salah Paham Antara Pangeran Lemah Duwur Dan Pangeran Ronggosukowati

Dengan penuh rasa hormat, penjaga kolam si ko’ol yang terpercaya itu pergi menghadap Pangeran Ronggosukowati untuk meminta ijin membukakan pintu untuk Pangeran Lemah Duwur dari keraton Arosbaya. Pada saat itu Pangeran Ronggosukowati sedang tertidur pulas. Maka penjaga tidak berani membangunkan tidur sang raja.

Sementara itu Pangeran Lemah Duwur gelisah menanti kembalinya sang penjaga pintu gerbang kolam. Dia sudah lama berdiri di depan pintu kolam Si Ko’ol tetapi yang ditunggunya belum datang juga. Ia menyangka Pangeran Ronggosukowati tidak mengizinkannya. Berbagai perasaan dan prasangka buruk timbul di pikirannya. Demikian pula sumpah serapah telah dilontarkan kepada Pangeran Ronggosukowati.

Akhirnya Pangeran Lemah Duwur mengajak pulang rombongannya kembali ke keraton Arosbaya tanpa berpamitan kepada Pangeran Ronggosukowati selaku pemimpin keraton Mandiraras. Saat penjaga kolam kembali, alangkah terkejut ia karena Pangeran Lemah Duwur sudah pergi dari sana. Hal itu dianggap sebagai perilaku tidak baik.

Penjaga tersebut melaporkan kejadian ini kepada Pangeran Ronggosukowati yang baru terbangun dari tidurnya. Pangeran Ronggosukowato gusar mendengar laporan itu. Ia merasa diperlakukan secara tidak baik. Oleh karena itu, ia langsung menghunus keris Joko Piturun dan mengejar Pangeran Lemah Duwur ke Arosbaya. Tetapi Pangeran Lemah Duwur sudah pergi jauh dari Keraton Mandiraras. Melihat Pangeran Ronggosukowati marah, tak seorangpun berani mendekatinya.

Pangeran Lemah Duwur Bertemu Adipati Madegan Sampang

Sesampai di Sampang, rombongan Pangeran Lemah Duwur beristirahat sebentar di bawah pohon waru yang rindang. Ia menyandarkan dirinya di pohon itu. Sesaat kemudian datanglah adik Pangeran Ronggosukowati yang menjadi Adipati Madegan, Sampang. Adipati Madegan mengundang Pangeran Lemah Duwur untuk beristirahat di Kadipaten Madegan.

Tawaran Adipati Madegan tersebut bukannya diterima dengan senang hati, malah menimbulkan amarah Pangeran Lemah Duwur. Tanpa memberi jawaban, ia beranjak dari tempat duduknya lalu bergegas meninggalkan tempat itu bersama rombongannya. Adipati Madegan heran dengan sikap Pangeran Lemah Duwur. Kejadian apakah yang sedang menimpa kangmas nya tersebut, ia bertanya dalam hati.

Tidak lama kemudian, ketika matahari mulai terbenam di ufuk barat, datanglah Pangeran Ronggosukowati dengan menunggang kuda putih. Dengan tergopoh-gopoh, dari atas kuda putih Pangeran Ronggosukowati bertanya apakah Pangeran Lemah Duwur dan rombongannya tadi lewat kadipaten Madegan.

Adipati Madegan menceritakan pertemuannya dengan Pangeran Lemah Duwur. Pangeran Ronggo Suko Wati pun ikut menceritakan kedatangan Pangeran Lemah Duwur di Pamekasan dan maksud mereka untuk masuk ke area kolam Si Ko’ol tidak terlaksana. Pangeran Ronggo Suko Wati berniat untuk mengejar rombongan Pangeran Lemah Duwur. Tetapi keinginan tersebut berhasil dicegah oleh Adipati Madegan.

Kesaktian Keris Joko Piturun Membunuh Pangeran Lemah Duwur

Karena Pangeran Ronggosukowati menuruti nasehat adiknya, maka ia hanya menusukkan kerisnya pada batang pohon waru tempat Pangeran Lemah Duwur bersandar tadi. Saat menusukkan kerisnya, Pangeran Ronggosukowati berkata, “Wahai pohon waru. Sebenarnya aku tidak bermaksud membunuhmu, akan tetapi dengan keris sakti Joko Piturun ini, ku bunuh Pangeran Lemah Duwur yang tak tahu diri.”

Pada malam hari itu juga, Pangeran Lemah Duwur bermimpi kejatuhan keris sakti Joko Piturun milik Pangeran Ronggosukowati. Keris itu menancap di punggungnya. Ajaib sekali. Begitu Pangeran Lemah Duwur terbangun dari tidurnya, seluruh badannya terasa panas. Rasa panas itu diakibatkan oleh bisul kecil yang ada di punggungnya yang tertancap keris dalam mimpinya. Bisul itu berwarna merah dan semakin lama semakin membesar sehingga Pangeran Lemah Duwur pingsan.

Keesokan harinya, di seluruh Madura tersiar kabar bahwa Pangeran Lemah Duwur wafat. Berita duka ini terdengar juga oleh Pangeran Ronggosukowati. Ia sangat menyesal atas tindakannya dua hari lalu. Menurut perhitungan akal, kalau tidak karena keris Joko Piturun, kiranya Pangeran Lemah Duwur masih panjang umurnya. Kesaktian Keris Joko Piturun secara tidak langsung telah membunuh Pangeran Lemah Duwur.

 Pangeran Ronggosukowati Membuang Keris Joko Piturun Ke Kolam Si Ko’ol

Penyesalan Pangeran Ronggosukowati selalu menghantui pikirannya. Ia merasa bahwa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh perasaannya sendiri. Ia baru menyadari bahwa dirinya terlalu emosi dan berprasangka buruk terhadap mendiang Pangeran Lemah Duwur. Akibat terburu-buru mengambil dugaan, maka Pangeran Ronggosukowati secara tidak langsung telah membunuh Pangeran Lemah Duwur melalui tuah Keris Joko Piturun.

Oleh karena rasa penyesalan yang mendalam itulah, ia segera bergegas masuk ke kamarnya untuk mengambil keris sakti Joko Piturun. Dengan penuh amarah, Keris Joko Piturun dibuangnya ke dalam kolam Si Ko’ol. Saat keris Joko Piturun menyentuh air, terdengar suara gaib dari kolam, “Pangeran Ronggosukowati! Sayang engkau buang aku. Kalau tidak, Pulau Jawa tentu akan berada di bawah kekuasaanmu.” Suara gaib tersebut terdengar keras sekali dari arah Kolam Si Ko’ol.

Pangeran Ronggosukowati terperanjat mendengar suara gaib itu. Ia seolah tersadar dari mimpinya. Semua orang yang ada di keraton dipanggilnya, lalu diperintahkan untuk mencari keris sakti yang dibuang ke dalam kolam Si Ko’ol. Namun upaya mereka itu siasia saja. Bahkan sampai sekarang pun keberadaan keris Joko Piturun belum ditemukan keberadaannya. Kolam Si Ko’ol yang legendaris mungkin telah dilupakan oleh masyarakat Madura pada jaman modern. Tetapi keangkerannya sampai sekarang masih dipercaya oleh masyarakat Pamekasan.

Sumber : http://agussiswoyo.com/sejarah-nusantara/cerita-rakyat-madura-kolam-si-kool-pembawa-petaka-keraton-pamekasan/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline