Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Madura
Legenda Pangeran Islam Ongguk dari Pulau Madura
- 23 November 2018

Pada artikel sebelumnya telah diceritakan perkawinan yang setingkat dan serasi serta kehidupan rukun sentosa antara Nyi Banu dan Ki Ario Pramono. Pasangan serasi tersebut dikaruniai seorang putra yang bernama Pangeran Banurogo. Ia merupakan putra mahkota Keraton Pamekasan dan naik tahta dengan gelar Pangeran Nugroho setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.

Pada waktu ia memerintah, agama Islam mulai masuk dan menyebar ke seluruh pelosok Madura. Akan tetapi Pangeran Nugroho dan sebagian rakyatnya tetap memeluk agama Budha. Sedangkan sebagian rakyat Keraton Pamekasan dan kelima putra telah memeluk agama Islam. Lima orang putra Pangeran Nugroho adalah Pangeran Ronggosukowati, Pangeran Nurogo, isteri Pangeran Lumajang, Adipati Madegan, dan Nyi Taluki.

Meskipun Pangeran Nugroho sering dibujuk oleh putra-putrinya supaya memeluk agama Islam, ia selalu menolak sambil tersenyum. Pangeran Nugroho mengatakan bahwa kelak jika dia sudah meninggal dan jenazahnya sudah dimasukkan ke dalam liang kubur, bila terjadi gempa bumi (Bahasa Madura: lendhu), maka itulah tandanya dia sudah memeluk agama Islam.

 Kejayaan Keraton Pamekasan di Bawah Pemerintahan Pangeran Nugroho

Penyebaran agama Islam di pulau Madura, khususnya di wilayah Pamekasan, bertambah luas sejak Pangeran Nurogo tamat belajar menuntut agama Islam pada Sunan Gresik. Sejalan dengan penyebaran agama Islam di tanah Madura, toleransi beragama di Pamekasan pada Pemerintahan Pangeran Nugroho benar-benar terwujud walau sebagian rakyatnya beragama Islam dan sebagian lainnya beragam Budha. Hal ini terbukti dengan tidak adanya perselisihan paham dan silang sengketa sedikitpun diantara kedua penganut agama itu.

Pada pemerintahan Pangeran Nugroho pula, pelabuhan Talang sering disinggahi para pedagang antar pulau dan tidak sedikit pula kapal dagang asing yang berlabuh. Kapal dagang asing yang saat itu mulai masuk Madura berasal dari Kompeni Belanda. Pangeran Nugroho berhasil mengantarkan rakyatnya mencapai taraf hidup yang lebih baik sesuai tuntutan zaman itu.

Keraton Pamekasan kian hari kian ramai. Hubungan antarpulau semakin akrab. Hal ini ditandai dengan perkawinan Nyi Taluki, putri Pangeran Nugroho, dengan Raja Batuputih dari Sumenep. Pernikahan antar keraton ini menunjukkan bahwa Keraton Pamekasan ketika itu sudah terkenal dimana-mana berkat kepemimpinan Pangeran Nugroho yang arif dan bijaksana. Hubungan diplomasi melalui pernikahan dilakukan untuk menghindari pertumpahan darah dalam perluasan wilayah keraton.

Pangeran Nugroho Memeluk Agama Islam Sebelum Wafat

Dalam keadaan usia yang beranjak tua, Pangeran Nugroho jatuh sakit. Rupanya tidak ada harapan baginya untuk hidup lebih lama lagi karena selama sakit ia sering tidak sadarkan diri. Segala jenis makanan dan minuman ditolaknya. Semua juru rawat dan ahli pengobatan telah didatangkan. Namun kondisi kesehatan Pangeran Nugroho malah makin memburuk. Sesuai dengan ajaran Islam, maka putra-putrinya selalu mendampingi dan membisikkan kalimat syahadat ke telinga ayahnya.

Setelah mendengarkan dua kalimat syahadat, Pangeran Nugroho pelan-pelan membuka matanya dan mengangguk-angguk (bahasa Madura: aongguk). Sesaat kemudian, dengan tenang ia menghembuskan nafas yang terakhir. Semua putra dan putrinya berduka atas wafatnya ayahanda tercinta. Namun mereka bersyukur karena pada akhir hayatnya, ayah mereka bersedia mengucap dua kalimat syahadat sebagai pertanda masuk Islam. Pangeran Nugroho wafat pada tahun 1530 Masehi. Setelah jenazah Pangeran Nugroho diturunkan ke liang lahat dan badannya menyentuh tanah, terjadilah gempa bumi (bahasa Madura: lendhu) yang cukup dahsyat. Masyarakat terheran dengan fenomena alam yang tidak biasa ini, namun tidak bagi putra-putri Pangeran Nugroho. Dengan adanya peristiwa itu, maka ucapan Pangeran Nugroho yang sering dilontarkan kepada putra-putrinya terbukti kebenarannya, yaitu dia sudah beragama Islam ketika telah meninggal dunia. Sejak saat itu, masyarakat Pamekasan lebih mengenal Pangeran Nugroho dengan sebutan Pangeran Islam Ongguk. Sebagian masyarakat lainnya menamakan Pangeran Lendhu.

Sumber : http://agussiswoyo.com/sejarah-nusantara/legenda-pangeran-islam-ongguk-dari-pulau-madura/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline