Di desa Sisuga-suga tinggallah seorang tua bernama Ompu Guasa. Dia mempunyai seorang adik bernama Amani Buangga. Namun sang adik tidak seperti abangnya yang sudah lama memiliki banyak harta. Konon pada masa mudanya Ompu Guasa rajin berniaga ke daerah Barus serta punya banyak kenalan. Sekarang uban mulai menjadi mahkota di kepalanya. Sehari-hari pun ia lebih suka berdiam di rumah untuk merenungkan perjalanan hidup. Tiba-tiba pikiran Ompu Guasa terantuk kembali pada kenyataan bahwa dirinya belum memiliki seorang anak lelaki untuk mewarisi semua hartanya. Istrinya pun sudah lama meninggal. Dua orang putrinya, bernama Siboru Tumbaga dan Siboru Buntulan, tak mungkin mewarisi semua harta kelak. Adat selama ini seperti memastikan hak waris hanya dapat diteruskan oleh anak laki-laki. Kenyataan itulah yang sering membuat Ompu Guasa gelisah meskipun adiknya mempunyai keturunan laki-laki Kegelisahan Ompu Guasa sangat terkesan dalam batuknya. Namun selalu beliau menyembunyikan perasaan dengan men...
                    
            Pustaha laklak sering juga dikatakan buku Laklak. Buku Laklak ialah suatu buku pustaha dimana isinya berisi aksara Batak. Buku Laklak ini terbuat dari kulit kayu. Jika dilihat sekilas akan sangat mirip seperti buku dengan ukuran yang agak besar namun disusun dengan rapi berupa lipatan-lipatan kayu. Dan sampul dari Pustaha Laklak ini digorga atau ditambahkan gambar-gambar ornament yang menggambarkan isi dari bukunya. "Boja" digunakan sebagai tintanya dan ujung pisau atau "tarugi" yang digunakan untuk menuliskan aksara Batak tersebut di kulit kayu. Boja ialah sejenis "gota" atau getah kayu. Pustaha Laklak, Buku Aksara Batak Pustaha Laklak, Buku Aksara Batak Dahulu kala, sering kali orang mengoleskan getah ini ke gigi mereka, karena menurut mereka gigi mereka akan terlihat lebih bagus dan lebih kuat. Tentu buku Laklak ini juga memiliki fungsi tersendiri bagi orang Batak dan ini tergantung dari penulisnya. Pada umumnya Pustaha Laklak menuliskan ilmu seperti Parhalaan yaitu ilmu perbinta...
                    
            mengenai sebutan Raja Naipospos pada ompu kita. Menurut adat Batak, tidak ada sebutan Raja untuk perempuan, sedangkan sebutan Nai adalah dimana digunakan untuk menyatakan ibu. Jadi selama ini kita salah menyebutkan Ompu kita dengan sebutan Raja Naipospos, kita seharusnya memanggilnya Raja ni Naipospos. Raja Ni Naipospos sebenarnya hanya gelar, dimana nama aslinya adalah Raja Sidangoldangol. Kedua, ini adalah perihal mengenai Keturunan dari Raja Ni Naipospos (Raja Sidangoldangol). Jadi mungkin banyak diantara abang, adik, kakak, dan smua pomparan bingung karena mengenai hal ini ada 2 versi. Ada yang menyatakan bahwa anak dari Raja Ni Naipospos ada Lima, tapi saya menyatakan bahwa itu tidak benar. Sebab Keturunan dari Raja Ni Naipospos hanya ada 2, yaitu: 1. Marbun, yang nanti keturunanya menjadi cikal bakal marga Lumban Batu, Banjarnahor, Dan Lumban Gaol. 2. Sipoholon, yang nanti keturunanya menjadi cikal bakal marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang. Point-poin...
                    
            Menurut Legenda dan Logika, Mulai dari yang paling dasar, yaitu mengenai sebutan Raja Naipospos pada ompu kita. Menurut adat Batak, tidak ada sebutan Raja untuk perempuan, sedangkan sebutan Nai adalah dimana digunakan untuk menyatakan ibu. Jadi selama ini kita salah menyebutkan Ompu kita dengan sebutan Raja Naipospos, kita seharusnya memanggilnya Raja ni Naipospos. Raja Ni Naipospos sebenarnya hanya gelar, dimana nama aslinya adalah Raja Sidangoldangol. Kedua, ini adalah perihal mengenai Keturunan dari Raja Ni Naipospos (Raja Sidangoldangol). Jadi mungkin banyak diantara abang, adik, kakak, dan smua pomparan bingung karena mengenai hal ini ada 2 versi. Ada yang menyatakan bahwa anak dari Raja Ni Naipospos ada Lima, tapi saya menyatakan bahwa itu tidak benar. Sebab Keturunan dari Raja Ni Naipospos hanya ada 2, yaitu: 1. Marbun, yang nanti keturunanya menjadi cikal bakal marga Lumban Batu, Banjarnahor, Dan Lumban Gaol. 2. Sipoholon, yang nanti keturunanya menjadi cikal bakal marga Si...
                    
            Pernahkah anda mendengar Margala, begitulah sebut warga Bonapasogit. Jika disimak dari kata-katanya penamaan permainan tradisional yang berasal dari batak toba ini cukup membuat penasaran. Ada sebagian daerah Toba provinsi Sumatera Utara menamakannya Marcabor. Mirip dengan permainan galasin, atau disebut juga galah asin atau gobak sodor di beberapa daerah lain. Permainan tradisional ini ternyata sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan permainan margala adalah salah satu permainan sebagai hiburan resmi para raja batak. Permainan ini dulunya dimainkan pada saat rondang bulan atau poltak tula yang artinya terang bulan. Dan ketika rondang bulan inilah seluruh rakyat berkumpul di halaman rumah sang raja. Permainan tradisional ini adalah permainan yang sangat ditunggu-tunggu, pasalnya bagi remaja yang memainkannya biasanya mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk sekaligus mencari jodoh, dapat dikatakan pada budaya batak dahulunya permainan ini dijadikan sebagai ajang pencarian jodoh....
                    
            Tuan Saribu raja bertumbuh menjadi dewasa, demikian pula adiknya yang perempuan Siboru pareme. Langkanya manusia, terisolasinya tempat tinggal, naluri dan dorongan alamiah pada diri mereka membuat mereka lepas kendali. Hubungan gelap di antara mereka akhirnya membawa buah. Siboru pareme hamil. Rahasia yang selama ini dipendam kini terungkap. Incest demikian jelas merupakan pelanggaran serius. Adat dan kesepakatan menetapkan hukuman mati bagi mereka berdua. Namun karena kehamilannya Siboru Pareme tak boleh dibunuh. Dia dibuang ke sebuah hutan di atas Sabulan sekrang, satu daerah yang dianggap sebagai sarang harimau. Biarlah harimau itu yang membunuhnya, kalau bukan kelaparan dan deritanya sendiri. Begitulah pikiran Limbong Mulana dan adik-adiknya. Singkat cerita, siboru pareme suatu ketika menolong seekor harimau (ompu i ) datang membawa deritanya dimana secercah tulang tertancap di kerongkongannya. Siboru Pareme mengeluarkan serpiah tulang itu dan sejak itu timbullah sejenis per...
                    
            Aek Sipitu Dai, Cerita tentang Kehausan dan Pencarian 'Pariban' Aek Sipitu Dai atau Air Tujuh Rasa sudah menjadi lokasi wisata yang cukup ternama di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Bagaimana tidak, tujuh pancur dari mata air ini bisa mengeluarkan air dengan rasa yang berbeda-beda. Entah apakah ada pendapat yang masuk akal untuk menjelaskan fenomena tersebut, namun yang jelas ada dua cerita yang melatarbelakangi lahirnya Air Tujuh Rasa. Menurut Ompung Bona br Sihotang, yang rumahnya persis di depan Aek Sipitu Dai, sumber air ini sudah ada sejak zaman dulu. Cerita berawal saat Ompung Langgat Limbong, generasi ke dua dari Marga Limbong, sedang kehausan dan pergi mencari air. "Namun dia ini tak kunjung mendapatkan mata air untuk diminum. Ia lalu berhenti persis di lokasi mata air yang ada saat ini,” cerita Ompung Bona br Sihotang kepada batakgaul.com di rumahnya, belum lama ini. Aek Sipitu Dai, Samosir/s...
                    
            Makam Raja Sidabutar Makam Raja Sidabutar adalah makam Kuno peninggalan orang batak. Makam ini terletak di Tomok, Samosir yang terbuat dari batu alam yang diukir berbentuk seperti kepala. Bedasarkan cerita, Raja Sidabutar adalah seorang pengusaha pada wilayah Tomok dan juga sebagai orang pertama yang menetap di Pulau Samosir. Kemudian, Raja Sidabutar dan keturunannya beralih dan tinggal di daerah kecil yang sekarang dikenal dengan nama Tomok. Sebelum Agama Kristen menyebar ke pulau Samosir, Raja Sidabutar dan keluarganya mempelajari mengenai kepercayaan adat yang disebut Parmalim. Pada abad ke-19, Raja Sidabutar dan keluarganya resmi menganut Agama Kristen. Berdasarkan cerita, Raja Sidabutar adalah seorang Raja yang terkenal sangat Sakti dengan memiliki kekuatan yang berasal dari rambunya yang panjang dengan bentuk seperti Gimbal. Itu berarti, Jika rambut Raja tersebut dipotong, Maka kekuatan Raja Sidabutar secara Otomatis akan menghilang. Untuk mengunjungi Makam Raj...
                    
            Ilmu Ghaib Orang Suku Batak Seperti diketahui Zaman Dahulu sebelum adanya Agama,Banyak Orang Suku-suku di Indonesia yang menganut Ilmu Ghaib atau Anemisme, Hal itu membuat banyak Suku di Indonesia Percaya akan hal-hal Ghaib atau di Luar ke Agamaan, -Menyembah Patung -Percaya akan Benda-benda Sakral -Pengobatan yang dilakukan secara Ghaib -Maupun Ritual-ritual Ghaib lainnya Sama Halnya dengan Orang Suku Batak, Zaman Dahulu kala,Hal yang Sama juga Terjadi di Tanah Batak, Berikut Ilmu-ilmu Ghaib yang pernah berkembang di Tanah Batak : -Begu Ganjang Begu Ganjang adalah kegiatan Ghaib yang dilakukan Orang Suku Batak pada Zaman Dahulu bahkan sampai sekarang banyak Orang Suku Batak khususnya di Tanah Batak masih menganut Kegiatan ini. Begu sendiri Artinya Setan, Ganjang sendiri Artinya Panjang Begu Ganjang adalah 1 Bentuk Setan yang berukuran sangat Panjang. Konon Cerita yang beredar luas di kalangan Orang Suku Batak, Par Begu Ganjang atau...