Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
cerita rakyat Sumatera Utara limbong
Aek Sipitu dai
- 13 Mei 2018

Aek Sipitu Dai, Cerita tentang Kehausan dan Pencarian 'Pariban'

Aek Sipitu Dai atau Air Tujuh Rasa sudah menjadi lokasi wisata yang cukup ternama di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Bagaimana tidak, tujuh pancur dari mata air ini bisa mengeluarkan air dengan rasa yang berbeda-beda.

Entah apakah ada pendapat yang masuk akal untuk menjelaskan fenomena tersebut, namun yang jelas ada dua cerita yang melatarbelakangi lahirnya Air Tujuh Rasa.

Menurut Ompung Bona br Sihotang, yang rumahnya persis di depan Aek Sipitu Dai, sumber air ini sudah ada sejak zaman dulu. Cerita berawal saat Ompung Langgat Limbong, generasi ke dua dari Marga Limbong, sedang kehausan dan pergi mencari air. 

"Namun dia ini tak kunjung mendapatkan mata air untuk diminum. Ia lalu berhenti persis di lokasi mata air yang ada saat ini,” cerita Ompung Bona br Sihotang kepada batakgaul.com di rumahnya, belum lama ini.

Aek Sipitu Dai, Samosir/simon siregar

Dalam kehausan dan kelelahannya, Ompung Langgat Limbong lalu berdoa. Selanjutnya dia lalu menancapkan tongkatnya ke tanah, namun air tak juga keluar. Dia kemudian melakukan hal itu berkali-kali hingga tujuh kali, namun usahanya tak kunjung membuahkan hasil.

Dia kemudian menengadah ke atas dan berdoa meminta air. Tak lama, ke tujuh lobang bekas tancapan tongkatnya langsung mengeluarkan air. 

"Itulah awal mula air tujuh rasa ini," ujar Ompung Bona Br Sihotang menjelaskan asal muasal mata air tersebut.

Namun cerita ini berbeda dari kisah yang disampaikan oleh Santun Sagala (39), petugas Pariwisata Samosir yang menjaga cagar budaya ini. Menurutnya, mata air yang berada persis di kaki bukit Pusuk Buhit ini adalah karya alam. 

Sagala menyebut jika air tersebut pertama kali ditemukan oleh Siboru Pareme, generasi ke tiga dari silsilah Si Raja Batak.

Lalu bagaimana ceritanya?

Si Raja Batak sendiri memiliki dua keturunan, yakni Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Oleh Si Raja Batak, Pusuk Buhit yang juga diyakini tempat lahirnya Si Raja Batak, dibagi Pusuk Buhit menjadi dua bagian. 

Satu bagian menjadi milik Raja Tatea Bulan, termasuk lokasi Aek Sipitu Dai, sedangkan sebagian lagi menjadi milik Raja Isumbaon.

Kemudian, Raja Tatea Bulan memiliki 10 keturunan. Kelima putranya bernama Siraja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Silau Raja. Sedangkan lima putrinya bernama Sibiding Laut, Siboru Pareme, Pinta Haumasan, Pungga Haumasan dan Nantinjo. 

Areal Spiritual Aek Sipitu Dai/simon siregar

Saribu Raja dan Siboru Pareme diyakini adalah saudara kembar. Semasa hidupnya, Saribu Raja sendiri diyakini adalah seorang seorang seniman. 

Melihat pekerjaan saudaranya yang terbilang santai dan hanya duduk di satu tempat, maka Si Boru Pareme selalu menjadi pelayannya, menyediakan makanan dan minumannya. 

Karena kedekatan itu, kedua saudara kembar ini diyakini melakukan hubungan incest hingga Si Boru Pareme hamil. 

Lalu bagaimana setelah hamil?

Si Boru Pareme kemudian menyuruh anaknya pergi ke Pusuk Buhit untuk mencari paribannya (putri paman) untuk dijadikan istrinya. Saat itu, Si Boru Pareme mengatakan kepada anaknya, bahwa di Pusuk Buhit ada air yang memiliki tujuh rasa.

Di Air Tujuh Rasa itulah anaknya akan menemukan paribannya yang kelak akan menjadi istrinya. Bahkan saat itu, ibunya memberikan cincin kepeda Si Raja Lontung. Cincin itulah yang disebut sebagai tanda pengenal kepada paribannya nanti. 

Kepada anaknya, Si  Boru Pareme berpesan, jika ia menemukan wanita di Aek Sipitu Dai, dan cincin yang diberikan cocok ke jari manis wanita itu, maka itulah paribannya yang kelak kemudian menjadi istrinya.

Mendengar pesan dan nasihat ibunya, Si Raja Lontong lalu berangkat ke Pusuk Buhit mencari Aek Sipitu Dai yang ia maksud. Setelah menemukan Aek Sipitu Dai itu, Siraja Lontung mendapati wanita yang membelakanginya di sana. 

Siapa wanita itu?

Kepada si wanita itu, Si Raja Lontung berkata bahwa ia sedang mencari paribannya dan memberikan cincin itu sebagai pertanda. Wanita itu lalu menerima cincin itu dan memakainya. 

Dan Benar saja, cincin itu ternyata cocok dengan wanita tersebut. Namun setelah wanita itu membalikkan tubuh dan menatapnya, dia kaget karena ternyata wanita itu adalah ibunya sendiri, Si Boru Pareme.

Si Boru Pareme lalu menceritakan soal masa lalunya kepada anaknya, namun karena anaknya tidak memiliki pariban, ia takut anaknya tidak akan menikah. Karena itu dia memerintahkan anaknya untuk mencari paribannya dan memberikan cincinnya sebagai penanda. 

Sejak itulah, Si Raja Lontung akhirnya mempersunting ibunya dan mereka memiliki tujuh keturunan yakni Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Aritonang, Simatupang, Nainggolan dan Siregar yang kemudian terus berketurunan hingga saat ini nama ketujuh keturunannya menjadi marga dalam silsilah batak. 

Oleh Siraja Lontung, mata air tempat pertemuannya dengan ibu yang kemudian menjadi istrinya itu dibagi menjadi 7 pancuran yang peruntukannya berbeda-beda.

Apa saja peruntukannya?

  • Pancur pertama kepada anak-anak;
  • Kedua kepada namarhasean (ibu yang sudah tidak dapat melahirkan karena faktor usia);
  • Ketiga kepada kaum ibu yang sedang hamil;
  • Keempat kepada Sibaso Bolon (dukun beranak);
  • Kelima kepada Pangulu Raja (raja di atas raja);
  • Keenam kepada Raja Doli (raja kampung); dan
  • Ketujuh kepada Hela (menantu laki-laki) atau Parumaen (menantu perempuan).

 

"Jadi mata air ini adalah karya alam. Namun mata air ini menjadi sejarah pertemuan antara Si Raja Lontung dengan ibunya, yakni Si Boru Pareme yang kemudian menjadi istrinya,” ujar Sagala.

“Dari keturunan mereka juga lahir sebagian marga-marga batak yang ada saat ini," imbuhnya Santun menutup cerita tengang filosofi Aek Sipitu Dai.

sumber:http://batakgaul.com/danau-toba/aek-sipitu-dai-cerita-tentang-kehausan-dan-pencarian-pariban-1197-5.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline