Di desa Tarub, tinggallah seorang ibu bernama Mbok Randa Tarub. Ia hidup sebatang kara, oleh karenanya Mbok Randa Tarub kemudian mengangkat seorang anak laki-laki yang ia beri nama Jaka Tarub. Mbok Randa Tarub mengasuh anak angkatnya dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang layaknya anak sendiri. Setelah dewasa, Jaka Tarub tumbuh menjadi seorang pemuda yang rajin bekerja membantu ibunya. Jaka Tarub juga memiliki wajah sangat tampan. Sering ia berburu binatang di hutan menggunakan sumpitnya. Ketampanan dan ketangkasannya membuat banyak gadis-gadis desa jatuh hati padanya, namun Jaka Tarub belum berniat untuk berumah tangga. Mbok Randa Tarub sering berkata bahwa ia menginginkan Jaka Tarub segera menikah. “Mbok, saat ini Jaka belum menginginkan untuk memiliki pendamping hidup. Akan tiba saatnya nanti Jaka akan mencari istri.” jawab Jaka Tarub. “Baiklah, jika itu kehendakmu Jaka. Mbok hanya mendoakan yang terbaik bagimu. Mbok sangat menyayangi Jaka.&...
Alkisah, zaman dahulu di daerah Jawa Tengah berdiri kerajaan Jenggala. Sang Raja memiliki putra mahkota bernama Raden Putra. Raden Putra telah memiliki seorang istri bernama Dewi Candra Kirana. Dewi Candra Kirana terkenal sangat cantik wajahnya. “Anakku, Ayah ingin kamu kelak menggantikan ayah menjadi Raja Jenggala.” Sang Raja menginginkan agar kelak Raden Putra menggantikannya menjadi Raja Jenggala. “Ayah, Ananda belum siap menjadi raja.” Raden Putra menolaknya. Ia justru pergi meninggalkan kerajaan Jenggala seorang diri tanpa mengajak istrinya, Dewi Candra Kirana. Dewi Candra Kirana merasa sangat sedih setelah kepergian suaminya. Ia kemudian pergi meninggalkan istana untuk mencari suaminya tercinta. Dewi Candra Kirana menyamar menjadi seorang perempuan desa biasa. Di tengah pengembaraannya, ia bertemu seorang janda kaya bernama Mbok Randa Kawulusan. Mbok Randa Kawulusan telah memiliki tiga orang anak perempuan bernama Kleting Abang, Kleting Wungu d...
Rawa Pening merupakan sebuah obyek wisata telaga yang berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kini telaga Rawa Pening ditumbuhi oleh tumbuhan Eceng Gondok. Penduduk biasa menggunakannya sebagai bahan kerajinan seperti tas, ikat pinggang, dompet dan lain sebagainya. Konon menurut legenda Rawa Pening terbentuk karena kemarahan seorang pemuda miskin bernama Jaka Baru Klinting. Pada masa itu masyarakat tidak menyukai orang miskin karena penampilan mereka yang lusuh, dekil dan bau amis. Mereka seringkali menghina Jaka Baru Klinting karena kemiskinannya. Penduduk selalu memperlakukannya secara tidak adil. Namun tidak semua orang membenci Jaka Baru Klinting. Ada seorang janda tua bernama Nyi Lantung yang merasa kasihan terhadap Jaka Baru Klinting. Nyi Lantung merupakan satu-satunya orang yang mau membantu Jaka Baru Klinting. Nyi Lantung selalu berbaik hati memberikan makanan dan minuman padanya. Nyi Lantung Selalu Membantu Jaka Baru Klinting "Terima kasih Nyi Lantung karena selalu...
Tari Aksimuda (https://www.tradisikita.my.id) Merupakan kesenian bernapas Islam yang disajikan dalam bentuk atraksi pencak silat yang digabung dengan tari-tarian. Sebagian orang menyebut kesenian ini sebagai “peksi muda” yang artinya “burung muda” yang lincah. Dimaksudkan untuk menggambarkan dinamisnya para pemuda dalam olah gerakan silat dan tarian. Kesenian aksimuda ini dipimpin seorang pendekar yang menguasai betul tentang gerakan pencak silat, tenaga dalam, magik, tarian, ketukan musik dan keselarasannya. Selain sebagai hiburan yang atraktif, kesenian ini mengandung berbagai makna dalam setiap lagu dan gerakannya. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2017/06/tarian-tradisional-purbalingga-jawa-tengah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kek_Lesap Kek Lesap Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Jump to navigation Jump to search Ke' Lesap adalah putera Madura keturunan dari Pangeran Sosro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat III / Pangeran Cakraningrat III (1707-1718) dengan isteri selir . Tokoh ini sering muncul dari cerita rakyat Madura. Daftar isi 1 Kehidupan awal 2 Pemberontakan 3 Bengkah La An 4 Pranala luar 5 Bacaan lanjut Kehidupan awal [ sunting | sunting sumber ] Pada suatu waktu Ke' Lesap diberitahu oleh ibunya tentang siapa sebenarnya ayahnya. Sebagai seorang pemuda ia merasa kesal dan berusaha untuk tampil ke depan dengan berbagai macam keahliannya....
Di masyarakat Lereng Merbabu, tepatnya di Desa Selo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dikenal tradisi Petri Tuk Babon. Tradisi Petri Tuk Babon merupakan tradis syukuran warga lereng gunung Merbabu atas berlimpahnya air untuk kebutuhan hidup dari sumber mata air Babon yang berada di lereng gunung Merbabu. Tradisi Petri Tuk Babon ini bukan hanya diikuti oleh sejumlah warga melainkan juga sejumlah utusan abdi dalem keraton Surakarta. Tuk berasal dari bahasa Jawa yang bermakna sumber mata air. Sedangkan Tuk Babon dapat dimaknai sebagai sumber utama. Tuk Babon ini menjadi sumber penghidupan yang selama ini digunakan oleh warga di empat desa, yaitu Selo, Desa Samiran, Lencoh, Suroteleng, dan sebagian Desa Genting Kecamatan Cepogo. Upacara Tuk Babon dimulai dengan keliling desa yang di lakukan para pemuda desa setempat. Mereka membawa gunungan yang berisi hasil bumi seperti jagung, ketela dan aneka sayuran dan buah. Setelah keliling kampung, gunungan ini diar...
Dahulu, di pesisir pantai utara Pulau Jawa, tepatnya di daerah Pati, Jawa Tengah, tersebutlah sebuah desa nelayan bernama Teluk Cikal. Desa itu termasuk ke dalam wilayah Kadipaten Pati yang diperintah oleh Adipati Pragolo II. Kadipaten Pati sendiri merupakan salah satu wilayah taklukan dari Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung. Di Teluk Cikal, hidup seorang gadis anak nelayan bernama Rara Mendut. Ia seorang gadis yang cantik dan rupawan. Rara Mendut juga dikenal sebagai seorang gadis yang teguh pendirian. Ia tidak sungkan-sungkan menolak para lelaki yang datang melamarnya sebab ia sudah memiliki calon suami, yakni seorang pemuda desa yang tampan bernama Pranacitra, putra Nyai Singabarong, seorang saudagar kaya-raya. Suatu hari, berita tentang kecantikan dan kemolekan Rara Mendut terdengar oleh Adipati Pragolo II. Penguasa Kadipaten Pati itu pun bermaksud menjadikannya sebagai selir. Sudah berkali-kali ia membujuknya, namun Rara Mendut tetap menolak. Merasa dike...
Kesenian tradisional ini dikenal masyarakat Pemalang sejak tiga abad silam. Berawal dari peristiwa penyerbuan Batavia oleh laskar Mataram. Pemalang yang saat itu termasuk dalam wilayah Mataram membantu laskar Sultan Agung dengan mengirim prajurit-prajurit terbaiknya. Cara menghasilkan prajurit tangguh saat itu ialah melatih para pemuda dengan ilmu kanuragan dan olah keprajuritan. Caranya setiap latihan olah kanuragan selalu diiringi musik atau tetabuhan. Kegiatan latihan olah kanuragan yang diiringi musik kini masih terus berlangsung, bahkan kian meluas. Materi yang ditampilkan kian berkembang dan diperkaya berbagai jenis ketangkasan lainnya seperti atraksi kekebalan tubuh dan ketrampilan akrobatik. Olah kanuragan kini telah beralih fungsi menjadi sebuah kegiatan kesenian dan tontonan yang menarik. Inilah cikal bakal lahirnya kesenian krangkeng. https://bppdpemalangjateng.wordpress.com/2011/08/12/kesenia...
Kesenian Cekok Mondhol merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang bernuansa keagamaan Islam. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di Desa Ngasinan Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo dan sekitarnya. Letak desa ini di daerah pegunungan, perbatasan Kabupaten Purworejo dengan Kabupaten Wonosobo. Berawal dari ide sekelompok pemuda desa, komunitas pengajian untuk membentuk grup kesenian yang bisa dijadikan hiburan sekaligus tuntunan. Gerak, lagu dan syairnya serta musik iringannya hasil adaptasi dari kesenian yang ada di daerah Magelang yaitu Kubro Siswo yang kemudian dimodifikasi dengan hasil kreativitas para pemuda setempat, dipelopori oleh pemuda yang bernama Purwadi sekitar tahun 1970-an. ”Cekok” adalah istilah Jawa yang memiliki arti memasukkan jamu atau obat ke mulut yang berguna untuk kesehatan tubuh. ”Mondhol” juga istilah Jawa yang artinya bungkusan kain yang diikat. Relevan dengan syair...