Masyarakat Jawa memiliki pandangan bahwa semua hal yang dilakukan memiliki filosofi dan simbolisasi tertentu begitu pula dengan kuliner tradisional khas suku Jawa. Filosofi dan simbolisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh agama, kepercayaan dan sistem sosial. Salah satu kuliner tradisional khas Jawa yang terkenal dan masih dilestarikan hingga saat ini adalah ayam ingkung. Ayam ingkung merupakan kuliner tradisional khas Jawa yang berbahan dasar ayam yang dimasak secara utuh dengan bumbu-bumbu tertentu. Ayam ingkung umumnya hanya disajikan pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti upacara keagamaan, peringatan hari besar, wujud rasa syukur (selametan), dan upacara peringatan kematian. Bahan-bahan dasar pembuatan ayam ingkung juga tidak luput dari filosofi dan simbolisasi sehingga diperlukan kajian lebih mendalam untuk melestarikan kuliner khas Jawa tersebut. Sejarah dan Filosofi Dalam salah satu kajian yang diterbitkan oleh jurnal Nutrition and Food Science disebutkan ba...
Cerita tentang Nyi Roro Kidul ini sangat terkenal. Bukan hanya dikalangan penduduk Yogyakarta dan Surakarta, melainkan di seluruh Pulau Jawa. Baik di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Di daerah Yogyakarta kisah Nyi Roro Kidul selalu dihubungkan dengan kisah para Raja Mataram. Sedangkan di Jawa Timur khususnya di Malang Selatan tepatnya di Pantai Ngliyep, Nyi Roro Kidul dipanggil dengan sebutan Kanjeng Ratu Kidul. Di Pantai Ngliyep juga diadakan upacara Labuhan yaitu persembahan para pemuja Nyi Roro Kidul yang menyakini bahwa kekayaan yang mereka dapatkan adalah atas bantuan Nyi Roro Kidul dan anak buahnya. Konon, Nyi Roro Kidul adalah seorang ratu yang cantik bagai bidadari, kecantikannya tak pernah pudar di sepanjang zaman. Di dasar Laut Selatan, yakni lautan yang dulu disebut Samudra Hindia -" sebelah selatan pulau Jawa, ia bertahta pada sebuah kerajaan makhluk halus yang sangat besar dan indah. Siapakah Ratu Kidul itu? Konon, menurut yang empunya cerita, pada mula...
Tradisi idul fitri yang kental dengan muatan budaya Jawa. Tradisi Garebeg Syawal yang merupakan salah satu atraksi budaya menarik yang berlokasi di halaman Mesjid Gedhe Kauman dan jalanan sekitarnya. Kegiatannya adalah membagikan gunungan raksasa berupa hasil bumi kepada masyarakat di Masjid Gede Kauman. Gunungan sendiri memilik makna tauhid yang artinya manusia hendaknya selalu berdoa kepada Allah SWT. Sebagai acara masyarakat Jogja, upacara ini memiliki harapan agar Sri Sultan panjang umur dan selalu sejahtera, serta Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat selalu lurus dan diberkahi.
Sebagai pusat kerajaan-kerajaan besar terdahulu, pulau Jawa khususnya kota Yogyakarta / Jogja memiliki kesenian khas dan kebudayaan yang tinggi, bahkan merupakan pusat serta sumber kesenian di Indonesia. Salah satu budaya yang sekarang masih ada dan diperingati setian tahunnya adalah upacara Bekakak. Pada bulan Safar Masyarakat Desa Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta, melaksanakan berbagai ritual atau upacara adat. Ritual tersebut biasa dikenal dengan nama Saparan Bekakak. Nama Saparan diambil dari nama bulan Safar yang biasa dilafalkan oleh masyarakat Jawa menjadi bulan Sapar. Nama Bekakak sendiri karena dalam peelengkapan upacara ini terdapat sepasang pengantin bekakak. Upacara adat ini sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, tepatnya antara tahun 1755 hingga 1792. Ritual ini digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga Gamping. Tradisi yang sudah berumur hampir seusia Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini bermula dari kisah sepasang...
Kaligrafi aksara Jawa merupakan kebudayaan Jawa warisan nenek moyang masyarakat Jawa. Tidak seperti batik yang kini sudah lestari, kaligrafi aksara Jawa bisa dikatakan terancam punah. Fan Page dan Group Kaligrafi Aksara Jawa di Facebook: Kaligrafi Jawa dan Kaligrafi Aksara Jawa. Twitter: @KaligrafiJawa Foto Relief Kaligrafi Aksara Jawa yang terbuat dari limbah kertas. Water resistant (tahan air). Bunyi: Kembang. Jika anda tertarik dengan produk ber-Kaligrafi Aksara Jawa, di Yogyakarta ada Rikswa Craft yang memproduksi Hiasan Dinding Relief Kaligrafi Aksara Jawa dari Limbah Kertas. Produk Rikswa Craft ini juga dapat dijumpai di Mirota Batik Jl. Malioboro Yogyakarta. Anda juga bisa memesan nama anda untuk dibuat Relief Kaligrafi Aksara Jawanya. Sebaiknya anda memesan satu minggu sebelum datang ke Jogja, sehingga ketika sudah sampai di Jogja tinggal membawa pulang Relief Kaligrafi Aksara Jawa yang sudah anda pesan.
Tari Angguk adalah tarian tradisional khas Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tarian yang berbau mistis ini menceritakan tentang kisah Umarmoyo dan Wong Ageng Jayengprogo dalam serat Ambiyo. Tarian Angguk awalnya digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam. Namun seiring waktu berjalan, tarian ini kini digunakan masyarakat Jawa sebagai hiburan saat pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya. Tarian ini dinamakan Tari Angguk karena menggerakan kepala ke atas lalu ke bawah secara berulang-ulang merupakan ciri khas dari tarian tersebut. Peran yang dibawakan dibagi menjadi dua macam yakni peran utama dan pengiring. Peran utama terdiri dari tokoh Umarmoyo, Sekar Mawar, Dewi Kuning-Kuning, dan lain sebagainya. Sedangkan penari lain bertindak sebagai pengiring. Tarian ini dipentaskan oleh kelompok sejumlah 15 orang, umumnya perempuan. Lama tarian Angguk aslinya bisa mencapai lima sampai tujuh jam, namun untuk keperluan tertentu bisa dipotong menjadi dua sampai tiga jam. ...
Situs Payak terletak di Dusun Payak , Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Merupakan peninggalan sejarah dari hindhu, situ payak sangat menarik untuk dilihat dan dipelajari asal usulnya. Ditemukan sekitar tahun 1970an ini menurut penelitian para arkeologi situs ini merupakan pertitaan atau secara umum sebagai bangunan pemandian. Bangunan ini situs payak ini mempunyai ukuran 312 x 124 Cm yang dilengkapi dengan dinding Berbentuk huruf U, dan didalam situsnya terdapat saluaran air yang berukuran 25 x 25 Cm. jika anda berkunjung dab berwisata ke Yogyakarta terutama didaerah Bantul, jadikan situs payak ini menjadi alternatif tujuan wiasta anda, dengan berkunjung ke situs ini, secara tidak langsung anda bisa membuat situs ini bisa dikenal oleh para wisatawan. Situs Payak yang diperkirakan dibangun pada abad ke-9 ini mempunyai berberapa arca sebelum akhirnya disimpan BP3 Yogyakarta, pernah ditemukan disitus ini arca siwa dengan p...
Gerebeg atau grebeg mempunyai arti "suara angin". Garebeg merupakan salah satu adat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh Sultan Hamengku Buwana I. Upacara kerajaan ini melibatkan seluruh Kraton, segenap aparat kerajaan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Secara formal, garebeg bersifat keagamaan yang dikaitkan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW serta kedua hari raya Islam (Idul Fitri dan Idhul Adha). Garebeg secara politik juga menjabarkan gelar Sultan yang bersifat kemuslimatan ( Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah ). Selama satu tahun terdapat tiga kali upacara garebeg yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Besar, dan Garebeg Sawal yang diselenggarakan di kompleks Kraton dan lingkungan sekitarnya, seperti di Alun-alun Utara. Garebeg Mulud diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran ( maulid ) Nabi Muhammad SAW yang jatuh tepat pada tanggal 12 Rabiul awal. Bulan Rab...
Dolanan/ permainan yang sering disebut Bas-Basan Sepur lebih ini dekat dengan dunia mainan anak laki-laki daripada anak perempuan. Permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai mainan tetapi juga mengajak kepada pemainnya untuk berlatih olah pikir. Artinya, tidak hanya sekedar bermain, tetapi pemain juga dituntut untuk mengasah otak agar dapat memainkan permainan dengan membuat strategi jitu yang brilian sehingga memperoleh kemenangan yang gemilang. Biar pun termasuk permainan tradisional, Bas-Basan Sepur bisa digolongkan sebagai permainan "pertandingan", bukan "perlombaan". Setiap pemain yang bermain akan saling berhadapan dan harus ada yang kalah atau menang. Walaupun permainan ini sudah jarang dimainkan oleh anak-anak, tetapi di sekitar tahun 1980-an beberapa daerah di Yogyakarta, seperti di daerah Imogiri, Bantul, permainan ini masih sering dimainkan oleh anak-anak masyarakat Jawa (Soekirman, 2004). Seiring perkembangan zaman, permainan ini mulai dilupakan oleh anak...