Langen Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan materi tari tradisi klasik gaya Yogyakarta. Drama tari yang menggambarkan banyak wanara (kera) dan berfungsi sebagai hiburan ini merupakan perkembangan dari drama tari yang telah ada, yaitu Langendriya yang bersumber dari Serat Damarwulan. Keduanya, baik Langendriya maupun Langen Mandra Wanara, disajikan dalam bentuk tari dengan posisi jengkeng atau jongkok1) disertai dengan dialog yang berupa tembang macapat. Bedanya, yang sekaligus merupakan perkembangannya, adalah lakon yang dibawakan. Jika lokan yang dibawakan dalam tari drama Langendriya bersumber dari ceritera yang lain, maka Langen Mandra Wanara bersumber dari cerita Ramayana, seperti: Subali Lena, Senggana Duta, Rahwana Gugur, dan lain sebagainya. Konon, drama tari Langen Mandra Wanara ini telah ada, bahkan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VI. Pada masa itu setiap malam di istana selalu ada kegiatan "gladen"...
Kesultanan Yogya adalah pemerintahan tradisional yang berlokasi di Jawa Tengah. Dibentuk pada tahun 1755 saat Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti: Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Daerah Teritorial YOgyakarta dibagi empat kelompok: 1. Keraton: daerah sekitar istana kerajaan yang menjadi residensi resmi Sultan 2. Nagari Yogyakarta: Ibu kota kerajaan 3. Negara Agung: Kawasan di luar Nagari Yogyakarta yang masih dikuasai oleh keluarga kerajaan 4. Mancanegara: kawasan luar Yogyakarta yang memiliki pemerintahan otonom. Birokrasi Kerajaan dapat digambarkan sebagai berikut: - Pemerintahan Pusat Sultan: penguasa di Yogyakarta dengan gelar Hamengku Buwono Patih Dalem: kementerian tertinggi dan duduk sebagai representasi Sultan sebagai kepala eksekutif dalam birokrasi Yogyakarta. Menteri Dalam Negeri: terdiri dari 4 departemen yang dipimipin oleh menteri kerajaan, disebut yaitu Kanayakan Keparak (Menteri Yayasa...
Masyarakat Jawa memiliki pandangan bahwa semua hal yang dilakukan memiliki filosofi dan simbolisasi tertentu begitu pula dengan kuliner tradisional khas suku Jawa. Filosofi dan simbolisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh agama, kepercayaan dan sistem sosial. Salah satu kuliner tradisional khas Jawa yang terkenal dan masih dilestarikan hingga saat ini adalah ayam ingkung. Ayam ingkung merupakan kuliner tradisional khas Jawa yang berbahan dasar ayam yang dimasak secara utuh dengan bumbu-bumbu tertentu. Ayam ingkung umumnya hanya disajikan pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti upacara keagamaan, peringatan hari besar, wujud rasa syukur (selametan), dan upacara peringatan kematian. Bahan-bahan dasar pembuatan ayam ingkung juga tidak luput dari filosofi dan simbolisasi sehingga diperlukan kajian lebih mendalam untuk melestarikan kuliner khas Jawa tersebut. Sejarah dan Filosofi Dalam salah satu kajian yang diterbitkan oleh jurnal Nutrition and Food Science disebutkan ba...
Cerita tentang Nyi Roro Kidul ini sangat terkenal. Bukan hanya dikalangan penduduk Yogyakarta dan Surakarta, melainkan di seluruh Pulau Jawa. Baik di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Di daerah Yogyakarta kisah Nyi Roro Kidul selalu dihubungkan dengan kisah para Raja Mataram. Sedangkan di Jawa Timur khususnya di Malang Selatan tepatnya di Pantai Ngliyep, Nyi Roro Kidul dipanggil dengan sebutan Kanjeng Ratu Kidul. Di Pantai Ngliyep juga diadakan upacara Labuhan yaitu persembahan para pemuja Nyi Roro Kidul yang menyakini bahwa kekayaan yang mereka dapatkan adalah atas bantuan Nyi Roro Kidul dan anak buahnya. Konon, Nyi Roro Kidul adalah seorang ratu yang cantik bagai bidadari, kecantikannya tak pernah pudar di sepanjang zaman. Di dasar Laut Selatan, yakni lautan yang dulu disebut Samudra Hindia -" sebelah selatan pulau Jawa, ia bertahta pada sebuah kerajaan makhluk halus yang sangat besar dan indah. Siapakah Ratu Kidul itu? Konon, menurut yang empunya cerita, pada mula...
Tradisi idul fitri yang kental dengan muatan budaya Jawa. Tradisi Garebeg Syawal yang merupakan salah satu atraksi budaya menarik yang berlokasi di halaman Mesjid Gedhe Kauman dan jalanan sekitarnya. Kegiatannya adalah membagikan gunungan raksasa berupa hasil bumi kepada masyarakat di Masjid Gede Kauman. Gunungan sendiri memilik makna tauhid yang artinya manusia hendaknya selalu berdoa kepada Allah SWT. Sebagai acara masyarakat Jogja, upacara ini memiliki harapan agar Sri Sultan panjang umur dan selalu sejahtera, serta Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat selalu lurus dan diberkahi.
Sebagai pusat kerajaan-kerajaan besar terdahulu, pulau Jawa khususnya kota Yogyakarta / Jogja memiliki kesenian khas dan kebudayaan yang tinggi, bahkan merupakan pusat serta sumber kesenian di Indonesia. Salah satu budaya yang sekarang masih ada dan diperingati setian tahunnya adalah upacara Bekakak. Pada bulan Safar Masyarakat Desa Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta, melaksanakan berbagai ritual atau upacara adat. Ritual tersebut biasa dikenal dengan nama Saparan Bekakak. Nama Saparan diambil dari nama bulan Safar yang biasa dilafalkan oleh masyarakat Jawa menjadi bulan Sapar. Nama Bekakak sendiri karena dalam peelengkapan upacara ini terdapat sepasang pengantin bekakak. Upacara adat ini sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, tepatnya antara tahun 1755 hingga 1792. Ritual ini digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga Gamping. Tradisi yang sudah berumur hampir seusia Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini bermula dari kisah sepasang...
Kaligrafi aksara Jawa merupakan kebudayaan Jawa warisan nenek moyang masyarakat Jawa. Tidak seperti batik yang kini sudah lestari, kaligrafi aksara Jawa bisa dikatakan terancam punah. Fan Page dan Group Kaligrafi Aksara Jawa di Facebook: Kaligrafi Jawa dan Kaligrafi Aksara Jawa. Twitter: @KaligrafiJawa Foto Relief Kaligrafi Aksara Jawa yang terbuat dari limbah kertas. Water resistant (tahan air). Bunyi: Kembang. Jika anda tertarik dengan produk ber-Kaligrafi Aksara Jawa, di Yogyakarta ada Rikswa Craft yang memproduksi Hiasan Dinding Relief Kaligrafi Aksara Jawa dari Limbah Kertas. Produk Rikswa Craft ini juga dapat dijumpai di Mirota Batik Jl. Malioboro Yogyakarta. Anda juga bisa memesan nama anda untuk dibuat Relief Kaligrafi Aksara Jawanya. Sebaiknya anda memesan satu minggu sebelum datang ke Jogja, sehingga ketika sudah sampai di Jogja tinggal membawa pulang Relief Kaligrafi Aksara Jawa yang sudah anda pesan.
Monumen ini dibangun pada 29 Juni 1985. Ditandai dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan Kolonel Sugiarto. Saat itu beliau Wali kota madya Jogjakarta. Pelontaran gagasan ini bersamaan dalam Peringatan Jogja Kembali yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Tingkat II Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1983. Dipilihnya nama Jogja Kembali dengan maksud sebagai tetenger atau penanda peristiwa sejarah. Yaitu ditariknya tentara pendudukan Belanda dari Ibu kota Jogjakarta pada tanggal 29 Juni 1949. Hal ini sebagai tanda awal bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari kekuasaan pemerintahan Belanda. Pembangunan monument ini membutuhkan waktu kurang lebih 4 tahun. Diresmikan dan dibuka pada tanggal 6 Juli 1989 oleh Presiden RI pada waktu itu, Soeharto. Monumen setinggi kurang lebih 31.8 m ini terletak di Dusun Jongka...
Situs Payak terletak di Dusun Payak , Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Merupakan peninggalan sejarah dari hindhu, situ payak sangat menarik untuk dilihat dan dipelajari asal usulnya. Ditemukan sekitar tahun 1970an ini menurut penelitian para arkeologi situs ini merupakan pertitaan atau secara umum sebagai bangunan pemandian. Bangunan ini situs payak ini mempunyai ukuran 312 x 124 Cm yang dilengkapi dengan dinding Berbentuk huruf U, dan didalam situsnya terdapat saluaran air yang berukuran 25 x 25 Cm. jika anda berkunjung dab berwisata ke Yogyakarta terutama didaerah Bantul, jadikan situs payak ini menjadi alternatif tujuan wiasta anda, dengan berkunjung ke situs ini, secara tidak langsung anda bisa membuat situs ini bisa dikenal oleh para wisatawan. Situs Payak yang diperkirakan dibangun pada abad ke-9 ini mempunyai berberapa arca sebelum akhirnya disimpan BP3 Yogyakarta, pernah ditemukan disitus ini arca siwa dengan p...