Disebuah deleng api (gunung api) di Selatan Taneh Karo, berdiamlah sekelompok masyarakat yang terisolasi dengan dunia luar, dimana mereka hidup dengan cara berburu dan tinggal di gua-gua yang banyak ditemui di kaki gunung. Oleh masyarakat lainnya kaum ini disebut dengan bangsa umang(dalam cakap Karo: umang dipakai untuk menunjuk orang-orang diluar mereka yang masih primitive, pemakan kerang, dan tiggal di gua-gua) ataupun Tarigan Umang(umang Tarigan). Suatu ketika istri Si Tarigan(Si Raja Umang) yang kala itu sedang mengandung mengalami pendarahan yang sangat banyak sekali saat hendak melahirkan anaknya. Karena merasa sangat kesakitan sekali saat proses persalinan, maka tak pelak teriakan demi teriakan yang keras keluar dari mulutnya yang membuat gunung api bergetar. Terus dan terus teriakan itu terdengah semakin kerasnya hingga getaran dasyatpun terjadi yang mengakibatkan meletusnya gunung api dan membentuk sebuah lembah berbentuk kuali. Pendarahan yang s...
Catur Karo atau masyarakat Karo menyebutnya dengan istilah satur , yakni permainan pikiran yang dimainkan oleh dua orang seperti halnya permainan catur pada umumnya. Perbedaan antara Catur Karo dengan permainan catur yang dikenal secara internasional terdapat pada bentuk papan catur dan buah catur. Selain itu, Catur Karo juga memiliki beberapa perbedaan pada gerakan buah. Seperti gerakan raja misalnya, sebelum kena skak, raja dapat sekali bergerak seperti layaknya pergerakan kuda, yakni memiliki gerakan mirip huruf L yang memanjang dua petak dan melebar satu petak. Dalam permainan catur Karo, pemain yang memegang buah hitam akan memiliki dua ratu, dimana salah satu ratu akan diletakkan didepan raja. Sementara pemain yang memegang buah putih akan memiliki tiga buah benteng dan penambahan tiga pion. Letak salah satu benteng berada didepan raja, sementara tiga buah pion akan diletakkan didepan deretan pion lainnya. Secara umum seseorang yang telah mahir memainkan catur...
Naniura Medan NANIURA, ikan khas batak yang tidak dimasak, seperti Sashimi ikan mentah khas Jepang. Bila orang Batak mendengar naniura, maka yang pernah memakannya langsung mengeluarkan air liur dengan mata terpejam....tabo nai...enak sekali. Bagaimana tidak, ikan yang sudah dilumuri bumbu dan asam jungga (asam batak) ditambah andaliman menciptakan rasa manis ikan yang dibumbu asam dan diwarnai rasa pedas andaliman yang meninggalkan rasa ketir diujung lidah. Tidak percaya? Silahkan coba...maka rasanya tiada duanya. Naniura, tidak sepopuler ikan arsik dan jarang didapat di lapo-lapo Batak atau diarisan-arisan marga, biasanya disajikan pada saat acara Bona Taon para marga-marga Batak. Resep asli Naniura bukanlah ikan mas seperti arsik, tapi ikan yang satu-satunya ada di danau toba atau disebut "Ihan". Tapi karena ikan ini susah didapat, maka sekarang orang menggunakan ikan mas. Ihan adalah jenis ikan yang hidup hanya di danau Toba, masih ingat cerita...
Tano Ponggol tentu tidak asing lagi bagi kita, khususnya masyarakat yang berasal dari Kabupaten Samosir. Tano Ponggol dalam bahasa asli lokal disebut Tano Magotap, yang memisahkan Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera yang terletak sebelah Barat Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Sebutan Tano Ponggol / Tano Magotap dilatarbelakangi sejarahnya. Konon sebelum masa penjajahan Hindia Belanda Pulau Samosir menyatu dengan Sumatera dan pada masanya belum ada kata pulau tetapi hanya Samosir. Sekitar Tahun 1900-an, waktu itu Indonesia masih dijajah Belanda termasuk Samosir, dan pada saat itu yang berkuasa di Pemerintahan Hindia Belanda adalah Ratu Willhelmina (pengakuan orang tua dulu yang ikut kerja paksa menggali Tano Ponggol). Sekitar 1905 Pemerintah Hindia Belanda memerintahkan kepada Tentara Belanda yang ada di Sumatera Utara, untuk melakukan kerja paksa menggali tanah sepanjang 1,5 km dari ujung lokasi Tajur sampai dengan Sitanggang Bau. Kerja...
Siapa yang sangka jika batang rotan bisa dijadikan makanan berbuka puasa. Bagi masyarakat Tapanuli, Sumatera Selatan, Pakat atau batang rotan muda merupakan makanan yang wajib dihidangkan dalam menu buka puasa. Banyak cara mengolah pakat, mulai dari merebus, mencampurnya dengan sayuran lain, hingga dibakar. Umumnya pakat yang dikonsumsi buka puasa adalah dibakar. Caranya pakat yang telah dipotong sesuai selera, biasanya dipotong 1 meter, dicuci. Kemudian dibakar selama 1 jam. Setelah dipastikan matang, pakat kemudian di kupas dan diambil daging pakat yang berwarna putih. Kemudian potong sesuai selera, umumnya berukuran 5 centimeter. Pakat lebih nikmat disajikan dengan santan dan serundeng (daging kelapa digoreng). Cara membuatnya cukup mudah, bagi pembaca yang tidak sempat ke Medan, bisa langsung mencobanya di dapur kesayangan anda. Sumber: https://www.merdeka.com/ramadan/pakat-menu-berbuka-ala-tapanuli.html
Pakkat adalah Makanan tradisional khas Mandailing. Pakkat itu sendiri adalah pucuk Rotan muda yang di bakar. Makanan ini termasuk dalam jenis Lalapan.Pakkat biasanya ramai pada saat bulan Ramadan sebagai menu lalapan saat buka puasa. Tekstur paling pucuk malah lembut dan mudah dikunyah. Rasa pahit, layaknya lalapan pada umumnya dirasa pas di lidah dan menambah selera makan. Uniknya, pakkat tidak membuat bau mulut atau membuat lidah kelat, seperti saat melahap lalapan jengkol, petai, dan daun pepaya. Menu lalapan ini juga dikenal kegemaran dan lalapan khas warga suku Batak Angkola dan Mandailing. Makanan satu ini biasanya ramai dijual saat Ramadan. Namanya pakkat, yaitu bagian dalam atau umbut pucuk rotan muda. Pakkat biasanya dibakar. Layaknya lalapan, makanan khas dari daerah Tapanuli Bagian Selatan sekitarnya ini enak dimakan dengan sambal. Tapi pakkat dapat pula direbus atau digulai. Rasa pakkat pahit. Tapi justru itu yang membuatnya dimin...
Umum Setelah mempelajari dan membaca beberapa buku-buku sejarah dunia dapatlah diketahui bahwa di daerah Nusantara atau lebih dikenal orang zaman sekarang dengan sebutan Asia Tenggara, telah berdiri tiga kerajaan abad ke-5 Masehi yaitu : Kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat. Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur. Kerajaan Nagur di Sumatera Timur. Yang akan diterangkan dalam tulisan ini ialah mengenai keberadaan satu kerajaan di pedalaman Sumatera Timur abad ke-5 Masehi yaitu Kerajaan Nagur (selanjutnya lihat peta). Memang dalam buku-buku sejarah nasional Indonesia bahwa keberadaan Kerajaan Nagur itu tidak ada tercantum, tetapi dari hasil penyelidikan para ahli-ahli sejarah di kemudian hari sepeti H. Maratua Siregar guru sejarah di Vervolg School di zaman Belanda di Pamatang Siantar bahwa ada satu kerajaan di pedalaman Sumatera Timur di tepi sungai Bah Bolon lebih kurang 3 kilometer dari kota Pardagangan sekara...
Tugu Apollo atau Tugu Monera ataupun sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Tugu Pertempuran Medan Area dibangun untuk mengenang jasa para pahlawan heroik yang membela tanah air Indonesia khususnya daerah Medan. Tugu ini untuk memperingati ketika dulu pasukan sekutu telah menduduki Medan beberapa bulan setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya yaitu pada bulan Desember 1945. Pasukan dari Medan harus mundur dan menyusun strategi rencana agar dapat merebut kembali wilayah Medan Area. Untuk mengenang jasa para pahlawan yang sudah berjuang demi merebut kembali wilayah Medan, tugu ini kemudian didirikan. Sumber foto : http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2017/03/19/289220/destinasi-bersejarah-yang-terlupakan/ Sumber foto : http://www.medanbisnisdaily.com/imagesfile/201703/20170318192408_140.gif #OSKMITB2018
Kesawan Square merupakan sebuah kawasan bersejarah yang terletak di jalan Ahmad Yani (Jalan tertua di Medan) , Kecamatan Medan Barat, Medan. Dulunya kawasan ini dihuni oleh orang Melayu sebelum orang Tionghoa dari Malaka datang dan menetap di kawasan ini. Terjadi kebakaran besar pada tahun 1890 di kawasan ini, namun setelah itu kawasan ini mulai dibaangun kembali. Banyak bangunan - bangunan peninggalan orang tionghoa dan Belanda masi utuh di kawasan ini. Contohnya rumah tjong a fie, kantor pos besar Medan , cafe Tip Top, Bank Indonesia dan lain - lain. Pada tahun 2000an kawasan ini dibuat menjadi kawasan kuliner dengan ditutup nya jalan Ahmad Yani pada malam hari, namun karena berbagai masalah yang ditimbulkan seperti kemacetan, kawasan ini kembali dibuka untuk dilewati kendaraan dan didirikan Merdeka Walk didekat Kesawan Square untuk menggantikan fungsinya sebagai tempat kuliner. Namun, sampai saat artikel ini dibuat, Kesawan Square masih menjadi ikon bersejarah kota Medan yang...