Disebuah deleng api (gunung api) di Selatan Taneh Karo, berdiamlah sekelompok masyarakat yang terisolasi dengan dunia luar, dimana mereka hidup dengan cara berburu dan tinggal di gua-gua yang banyak ditemui di kaki gunung. Oleh masyarakat lainnya kaum ini disebut dengan bangsa umang(dalam cakap Karo: umang dipakai untuk menunjuk orang-orang diluar mereka yang masih primitive, pemakan kerang, dan tiggal di gua-gua) ataupun Tarigan Umang(umang Tarigan).
Suatu ketika istri Si Tarigan(Si Raja Umang) yang kala itu sedang mengandung mengalami pendarahan yang sangat banyak sekali saat hendak melahirkan anaknya. Karena merasa sangat kesakitan sekali saat proses persalinan, maka tak pelak teriakan demi teriakan yang keras keluar dari mulutnya yang membuat gunung api bergetar. Terus dan terus teriakan itu terdengah semakin kerasnya hingga getaran dasyatpun terjadi yang mengakibatkan meletusnya gunung api dan membentuk sebuah lembah berbentuk kuali.
Pendarahan yang sangat, tak henti-henti juga sejalan dengan teriakannya yang makin lama makin keras karena tidak sanggup menahan kesakitan, dimana darah yang keluar banyak itu mengalir mengisi lembah yang baru saja terbentuk oleh letusan gunung api, dan tiba-tiba darah yang keluar itu berubah menjadi kabut yang tebal dan mencair menjadi air memenuhi lembah yang baru terbentuk itu dan membanjiri daerah itu, dan terjadilah sebuah danau(danau Toba), sehingga membuat bangsa umang Tarigan harus mengungsi dari daerah itu ke beberapa daerah seperti : Purba Tua, Cingkes, Tong-tong Batu, serta daerah-daerah lainnya(- kejadian ini menggambarkan apa yang menjadi teori yang dipercayai oleh para ahli tentang terbentuknya Danau Toba, dimana menurut ahli, di – Kala Plaistosen (sekitar 700.000 tahun lalu) muncul tumor di Sumatera di sekitar Sumatera bagian tengah dan utara. Fenomena ini terjadi bersamaan denga aktivitas vulkanis dan tektonis yang dimana letusan-letusan gunung berapi melemparkan panas yang mengandung tufa bersifat riolit di sepanjang pegunungan timur laut sekitar daerah Pematangsiantar sampai sekitar 20 km dari pesisir, bahkan hingga 300 – 400 km dari pusat letusan.
Diperkirakan aktifitas vulkanik melemparkan material sebanyak 2. 000 dan mengakibatkan runtuhnya bagian atas puncak gunung sehingga membentuk kuali hingga sekarang masih memiliki pinggiran seperti benteng alam dengan ketinggian lebih dari 2. 000 meter diatas permukaan laut dan depresi ini kemudian diisi Danau Toba, dan kemudian mendorong munculnya Pulau Samosir serta beberapa gunung api seperti Deleng(gunung) Sibayak dan Deleng Sinabung di utara danau.).
Dan, diceritakan, tiga orang keturunan Tarigan itu sampai di Tongging saat dimana daerah itu sedang mengalami gejolak oleh serangan Manuk Sigurda-gurdi (Jelmaan burung raksasa) berkepala tujuh yang suka menculik anak-anak gadis di wilayah itu. Mendengar ketiga keturunan Tarigan itu telah berada di Tongging, maka Pengulu Tongging, Ginting Manik Mergana meminta bantuan kepada ketiga Tarigan (Tarigan adalah salah satu merga dari Merga Silima/merga-merga Karo) itu untuk mengalahkan Manuk Sigurda-gurdi yang telah lama meresahkan penduduk Tongging. Maka, dengan ber-umpankan seorang gadis perawan ketiga Tarigan itu memancing Manuk Sigurda-gurdi agar keluar dari sarangnya. Saat Manuk Siguda-gurdi datang menghampiri umpannya dan henda menerkam si gadis, salah satu dari Tarigan-pun keluar dan langsung meng-eltep Manuk Sigurda-gurdi (eltep = sumpit beracun yang merupakan salah satu senjata Karo yang paling berbahaya yang dalam sejarah perang kemerdekaan juga sempat dipergunakan, salah satunya saat melindungi Wakil Presiden M. Hatta saat melakukan kunjungan ke Berastagi). Enam dari tujuh kepala terkena eltep-pan si Tarigan, namun satunya lagi dapat terhindar dari eltep-pan si Tarigan, dan Manuk Sigurda-gurdi mencoba berlari menyelamatkan diri dan bersembunyi. Si Tarigan kehilangan jejak dan sempat terkecoh, maka Tarigan yang lainnya dengan kemampuanya ertendong (telepati) berusaha menditeksi keberadaan Manuk Sigurda-gurdi, ternyata dia bersembunyi di balik dedaunan diatas pohn yang sangat besar dan dengan segera Si Tarigan lainnya-pun dengan kemampuannya yang cepat memanjat pohon segera melakukan serangan dan terjadilah pertarungan yang sengit antara Si Tarigan dan Manuk Sigurda-gurdi. Dengan bantuan Si Tarigan Pertendong yang menyalurkan tenaga dalamnya dari jarak jaug maka Manuk Sigurda-gurdi dapat ditaklukkan dengan tebasan pisau Si Tarigan yang mengenai kepala Manuk Sigurda-gurdi (- cerita ini sebenarnya menggambarkan tentang kejadian dimasa lampau, dimana di wilayah-wilayah Karo sering terjadi peperangan antar urung begitu juga dengan banyaknya beredar para gerombolan perampok yang mengakibatkan penawanan serta penculikan).
Mendengar berita kemenangan besar Si Tarigan dari Manuk Sigurda-gurdi membuat Pengulu Tongging, Ginting Manik Mergana senang, dan atas rasa trimakasihnya dia menganugrahi kekuasaan di-beberapa wilayahnya dan juga memberi gelar kepada ketiga Tarigan dan keturunannya sesuai keahliannya, yakni: Tarigan Pengeltep(ahli menyumpit) yang kemudian dinikahkan dengan beru(putri, panggilan untuk kaum wanita Karo) Ginting Manik dan menjadi pengelana hingga ke Tong-tong Batu, sehingga diwilayah Sidikalang dan sekitarnya dikatakan panteken(pendirian, didirikan) dari(oleh) merga Tarigan(Gerneng/Gersang), sedangkan Tarigan Pertendong (Ahli telepati) dan Tarigan Penangkih-nangkih (ahli memanjat) tinggal di Tongging serta keturunannya berkembang dan kemudian menjadi Purba, Sibero, dan Cingkes di Karo, dan beberapa generasi setelah itu, ada diantara mereka(keturunan Tarigan) yang bermigrasi ke wilayah Tapanuli (Toba), dan Simalungun.
Beberapa generasi kemudian diketahui, keturunan dari Tarigan Pengeltep yang di Tong-tong Batu juga bermigrasi ke Juhar, dan dikenal dengan Tarigan Sibayak(Sibayak = raja, gelar bangsawan Karo, Si Besar) dan Tarigan Jambur Lateng. Mereka, juga dikenal dari rurun(nama kecil, panggilan)-nya, yakni: untuk Tarigan Sibayak dipanggil Batu bagi anak laki-laki dan Pagit untuk anak perempuan. Sedangkan, untuk Tarigan Jambur Lateng adalah Lumbung untuk laki-laki dan Tarik untuk yang perempuan. Beberapa generasi kemudian datang pula Tarigan Rumah Jahé dengan nama rurun Kawas untuk yang laki-laki dan Dombat bagi yang perempuan.
Sumber: Darwin Prinst, SH. Legenda Merga Tarigan dalam bulletin KAMKA No. 010/Maret 1978
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...