Rumah kariwari di Anjungan Papua terdiri atas dua lantai dan seluruhnya digunakan sebagai tempat pameran dan peragaan aspek budaya Papua, antara lain foto-foto berukuran besar, berbagai bentuk patung Asmat, panah beracun, perahu semang, kerang sebagai mata uang, pakaian perang dan pakaian upacara kepala suku, koteka, serta patung yang memeragakan upacara adat pembuatan tato di punggung seorang anak laki-laki yang menginjak dewasa. Pameran dilengkapi dengan awetan berbagai satwa, misalnya kus-kus, kanguru, berbagai jenis buaya, burung dara bermahkota, ular berkaki empat atau kadal lidah biru, dan burung cenderawasih. Seluruh ruang kariwari diberi ragam hias berupa lukisan, ukiran, serta patung. Benda-benda seperti tengkorak dan rahang babi, kanguru, punggung penyu, taring babi, busur dan anak panah, gelang-gelang rotan, dan tor (kayu besar berukir pemukul lesung pada waktu menari) diletakkan dengan cara digantung menghiasi ruang pameran. Patung-patung melambang...
Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
Tifa merupakan alat musik khas Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku dan Papua. Alat musik ini bentuknya menyerupai kendang dan terbuat dari kayu yang di lubangi tengahnya. Ada beberapa macam jenis alat musik Tifa seperti Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas. Tifa mirip dengan alat musik gendang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. Setiap suku di Maluku dan Papua memiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing. Tifa biasanya digunakan untuk mengiringi tarian perang dan beberapa tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang diiringi juga dengan alat musik totobuang, tarian tradisional suku Asmat dan tari Gatsi. Alat musik tifa dari Maluku memiliki nama la...
Ternyata tidak hanya hewan yang berkaki seribu, rumah pun ada yang berkaki seribu. Inilah rumah adat khas suku Arfak, Papua Barat yang bernama Mod Aki Aksa atau Igkojei serta lebih dikenal dengan sebutan Rumah Kaki Seribu. Biasanya, rumah panggung mempunyai tiang pondasi yang hanya terdapat di bagian sisi pinggir rumah. Namun, berbeda dengan jenis rumah panggung lainnya, rumah ini memiliki tiang pondasi rumah yang tersebar di seluruh bagian bawah rumah dan menjadi tumpuan utama bangunan. Karena keunikannya inilah, maka rumah adat ini mendapat sebutan Rumah Kaki Seribu. Rumah Kaki Seribu mempunyai bentuk yang tidak jauh berbeda dengan rumah panggung pada umumnya. Atap rumah ini terbuat dari rumput ilalang dan lantainya dari anyaman rotan. Dindingnya cukup kuat karena terbuat dari kayu yang disusun horizontal-vertikal dan saling mengikat. Dengan tinggi rata-rata sekitar 4-5 meter dan luas kurang lebih 8x6 meter, rumah ini cukup besar dan nyaman untuk menjadi tempat tinggal. Tiang-...
Alkisah sepasang anak manusia yang tinggal di pegungan Arfak, Manokwari, Papua Barat, Indonesia. Mereka hidup berdua dan memadu cinta hingga kekuatan cinta mengabadikan diri mereka menjadi dua buah danau besar yang ada sampai sekarang. Bahkan legenda setempat menyebutkan bahwa danau tersebut masing-masing ditinggali oleh seekor naga jantan dan betina. Dualisme jenis kelamin inilah yang pada akhirnya membuat warga setempat percaya bahwa kedua danau besar ini pun berkelamin jantan dan betina. Oleh karena itu, masyarakat asli setempat menamakan danau jantan sebagai Anggi Giji dan danau betina sebagai Anggi Gida. Alam yang indah memang sudah tidak aneh di Papua. Kekayaan alam yang begitu mempesona memang tersebar luas di salah satu pulau besar Indonesia ini. Kekaguman ini juga akan kita saksikan ketika kita mengunjungi Danau Anggi di wilayah Manokwari, propinsi Papua Barat. Hamparan hutan hijau yang masih liar, pegunungan yang menjulang tinggi, dan kehidupan pedesaan yang masih t...
5 Pasang muda-mudi Suku Arfak saling berjajar dalam posisi yang berselingan antara pria dan wanita. Kaum prianya menggunakan cawat kain, bertelanjang dada, dan penutup kepala yang terbuat dari bulu-bulu burung kasuari atau cendrawasih. Mereka tampak gagah dengan berbagai senjata di tangan mereka. Sedangkan para wanitanya menggunakan kain sejenis sarung yang menutupi tubuh mereka dari dada hingga ke betis. Tidak berbeda dengan para pria, kaum wanita juga menggunakan berbagai aksesoris yang berupa daun-daun pohon sagu dan bunga-bunga alami nan cantik di rambut mereka. Para pemuda ini bersiap untuk membawakan Tari Magasa, sebuah tarian khas Suku Arfak, suku asli yang mendiami wilayah pegunungan Arfak Manokwari. Tari Magasa adalah sebuah tarian yang seringkali digunakan dalam prosesi penyambutan tamu, perkawinan, atau acara-acara penting lainnya. Tarian ini dipentaskan secara berkelompok dan dapat dilakukan oleh semua kalangan tanpa batasan umur. Tari Magasa sebenarnya bercerita ten...
Dalam kepercayaan magis masyarakat Papua Barat , Suanggi adalah roh jahat (kapes) karena belum ditebus dan belum mendapat kenyamanan di alam bakanya. Roh-roh ini biasanya merasuk pada tubuh wanita. Wanita yang meninggal saat melahirkan ditakutkan akan menjelma menjadi kapes fane. Sementara dalam kelompok masyarakat Aifat yang lebih ke utara, sering menyebutnya sebagai kapes mapo. Roh-roh ini sering merasuki perempuan yang masih hidup, yang kemudian secara magis mampu mencelakakan orang lain. Perempuan yang dirasuki roh ini selain disebut sebagai kapes mapo kadang disebut juga sebagai perempuan suanggi. Konon, roh-roh jahat ini dapat diperalat untuk mencelakakan orang lain yang tidak disenangi. Kadang mereka juga iri melihat orang yang makan sendiri di hutan. Kalau mereka melihat orang makan di sekitar tempat tinggal mereka dan membuang sisa-sisa makanan sembarangan, sisa-sisa makanan itu akan menjadi sarana bagi mereka untuk merasukinya, menyebabkan orang sakit, kurus dan...
ari Perang adalah salah satu nama tarian yang berasal dari Papua Barat. Tarian ini melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat Papua. Tarian ini biasanya dibawakan oleh masyarakat pegunungan. Digelar ketika kepala suku memerintahkan untuk berperang, karena tarian ini mampu mengobarkan semangat. Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah keragaman adat, suku dan budaya yang terbanyak. Dari hasil pengumpulan data oleh tim yang dibentuk kepala Dinas Kebudayaan dan Provinsi Papua dan setelah di seleksi dan ditetapkan melalui seminar yang melibatkan tokoh Adat, tokoh Agama, tokoh Perempuan, tokoh Pemuda dan tokoh Masyarakat mewakili 7 wilayah adat yaitu: Wilayah Adat Mamta, Wilayah Adat Saireri, Wilayah Adat Bomberai, Wilayah Adat Domberai, Wilayah Adat Ha-Anim, Wilayah Adat La-Pago, Wilayah Adat Mi-Pago, ternyata sebanyak 248 suku. Penetapan jumlah 248 suku asli ini merupakan data informasi sementara dan terbaru. Dari keragaman jumlah...
Tari Perang adalah salah satu nama tarian yang berasal dari Papua Barat. Tarian ini melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat Papua. Tarian ini biasanya dibawakan oleh masyarakat pegunungan. Digelar ketika kepala suku memerintahkan untuk berperang, karena tarian ini mampu mengobarkan semangat. Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah keragaman adat, suku dan budaya yang terbanyak. Dari hasil pengumpulan data oleh tim yang dibentuk kepala Dinas Kebudayaan dan Provinsi Papua dan setelah di seleksi dan ditetapkan melalui seminar yang melibatkan tokoh Adat, tokoh Agama, tokoh Perempuan, tokoh Pemuda dan tokoh Masyarakat mewakili 7 wilayah adat yaitu: Wilayah Adat Mamta, Wilayah Adat Saireri, Wilayah Adat Bomberai, Wilayah Adat Domberai, Wilayah Adat Ha-Anim, Wilayah Adat La-Pago, Wilayah Adat Mi-Pago, ternyata sebanyak 248 suku. Penetapan jumlah 248 suku asli ini merupakan data informasi sementara dan terbaru. Dari keragaman jumlah ini, kita...