Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Papua Barat Manokwari
Misteri Sepasang Danau yang Indah di Pegunungan Arfak
- 2 Maret 2015 - direvisi ke 3 oleh Irvan Tarigan pada 21 September 2024

Alkisah sepasang anak manusia yang tinggal di pegungan Arfak, Manokwari, Papua Barat, Indonesia. Mereka hidup berdua dan memadu cinta hingga kekuatan cinta mengabadikan diri mereka menjadi dua buah danau besar yang ada sampai sekarang. Bahkan legenda setempat menyebutkan bahwa danau tersebut masing-masing ditinggali oleh seekor naga jantan dan betina. Dualisme jenis kelamin inilah yang pada akhirnya membuat warga setempat percaya bahwa kedua danau besar ini pun berkelamin jantan dan betina. Oleh karena itu, masyarakat asli setempat menamakan danau jantan sebagai Anggi Giji dan danau betina sebagai Anggi Gida.

Alam yang indah memang sudah tidak aneh di Papua. Kekayaan alam yang begitu mempesona memang tersebar luas di salah satu pulau besar Indonesia ini. Kekaguman ini juga akan kita saksikan ketika kita mengunjungi Danau Anggi di wilayah Manokwari, propinsi Papua Barat. Hamparan hutan hijau yang masih liar, pegunungan yang menjulang tinggi, dan kehidupan pedesaan yang masih tradisional menjadi daya tarik luar biasa atas anugerah tak ternilai dari Tuhan ini.

Danau Anggi yang terdiri atas dua danau besar ini terletak di kawasan cagar alam pegunungan Arfak dan berada di ketinggian kurang lebih 2.950 meter di atas permukaan laut. Untuk mencapai wilayah tempat tinggal suku Arfak ini, membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan mobil berpenggerak 4 roda. Harus dengan mobil off-road karena medan jalan menuju tempat ini memang mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Jalan tanah dengan batu-batu besar dan sungai-sungai deras yang harus diseberangi menjadi situasi yang dihadapi ketika menuju danau Anggi. Bahkan tidak jarang, para pelancong yang pergi ke danau ini akan menemui tanah longsor dan terhambat selama beberapa jam hingga tanah longsor dapat diatasi. Oleh karena itu, sopir-sopir kendaraan off-road yang biasa melewati jalan ini tidak akan berangkat bila cuaca hujan kurang bersahabat.

Perjalanan menuju danau Anggi memang relatif lama, namun tidak perlu kuatir karena pemandangan alam yang akan kita saksikan pun mampu membuat lupa waktu. Bila kita berangkat dini hari dari Manokwari, kemungkinan besar kita akan menyaksikan indahnya matahari terbit diantara pegunungan Arfak. Keindahan ini tidak akan terbayar dengan nilai uang dan kita tidak akan berhenti beryukur bila menyaksikannya. Bulatnya matahari pagi muncul diantara gunung-gunung besar seakan menguak kabut-kabut pagi yang masih menyelimuti sebagian besar wilayah pegunungan. Hangatnya matahari akan berpadu dengan dinginnya udara asli pegunungan dan menghasilkan kesejukan yang sangat nyaman dinikmati.

Sesampainya di wilayah danau, kita akan disapa oleh perkampungan  penduduk yang umumnya adalah masyarakat asli suku Arfak. Mereka sudah tinggal di wilayah ini sejak jaman purba dan sangat menghormati alam sekitar yang begitu indah ini. Rumah-rumah tradisional mereka yang biasa disebut rumah kaki seribu pun akan banyak ditemui di sepanjang jalan kampung sekitar danau. Warga setempat umumnya ramah dan memiliki sikap yang jauh lebih sopan dari masyarakat pegunungan papua secara umum. Mereka juga terkenal dengan kekuatan dalam berjalan kaki tanpa alas dari satu desa menuju desa lain yang berjarak puluhan kilometer.

Jauhnya perjalanan ini akan kita rasakan juga ketika kita melihat danau Anggi Gida yang terletak lebih rendah dari danau Anggi Giji. Sebenarnya, ada dua alternatif jalan menuju kedua danau ini, satu melalui jalur atas dan satu lagu melalui jalur bawah sehingga kita akan menemui danau betina terlebih dulu. Jalan tanah berbatu yang berliku-liku menjadi penghubung kedua danau besar ini. Sebuah gunung tinggi menjulang menjadi pemisah kedua danau ini dan untuk mencapai Danau Anggi Giji, kita akan mengitari gunung ini.

Danau Anggi Giji maupun Gida memiliki air yang cukup tenang, perbedaannya terletak di warna air. Danau Anggi Giji memiliki air yang berwarna kehitaman sedangkan Gia memiliki air berwarna biru terang, perbedaan ini disebabkan oleh pantulan hutan-hutan di sekitar danau dan berbagai plankton yang terdapat di dalam danau. Tumbuhan-tumbuhan khas pegunungan pun akan banyak kita saksikan di kedua danau Anggi, umumnya tumbuhan ini adalah endemik khas tempat ini, yang berarti tidak ada di wilayah lain.

Danau Anggi memang sulit dicapai, namun itu semua tidak akan berarti ketika kita menyaksikan sendiri keagungan alam sekitar danau yang begitu menakjubkan. Bahkan, menurut warga setempat kedahsyatan danau Anggi sudah diakui para peneliti dari luar negeri. Banyak sekali peneliti yang ingin meneliti kedalaman kedua Danau Anggi, namun belum ada satupun yang mampu menyelam dan mencapai dasar danau. Oleh karena itu, hingga kini kedalaman danau Anggi masih menjadi misteri yang belum terungkap. Misteri danau Anggi ini akan terus ada menjadi daya tarik dan bersinergi dengan pegunungan Arfak yang begitu unik.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline