O...o... dein tite tobo metin wutun ojo golo Lerang Wutun, wutun wai peron aduh sayang...sayang, aduh sayang...sayang... mo tobo papan lau we moi timu tawa tasi O...o...ema bapa tite kakan arin kaja ribu, lodo metin wutun Lerang Wutun Aduh sayang...sayang, Aduh sayang...sayang, mo dein papan lau we moi wura bura bali
Kepada Yang Terhormat, selamat malam Admin, ini adalah KArya Tulis saya yang akan saya promosikan jika saya terpilih sebagai salah satu peserta dalam Elemen Budaya ini. semoga bermanfaat atas tulisanku ini. salam hormatku, Jhon_Lebu Analisis Prospek Potensi Ekowisata Di Kota Kupang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pariwisata di dunia semakin pesat. Begitu pula yang terjadi di Indonesia. Hal ini diikuti dengan perkembangan pariwisata secara lokal. Namun apabila berbicara mengenai dunia kepariwisataan yang terbesit dalam benak adalah banyaknya perputaran uang yang mengalir ke dalam setiap individu yang mengupayakan pariwisata. Untuk mencapai hasil yang maksimal maka negara Indonesia sebagai negara produsen paket-paket wisata, haruslah mampu mensejajarkan kualitas produk wisatanya dengan standarisasi kepariwisataan dunia. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Otonomi Daerah, yang ban...
Lona Kaka dan Lona Rara adalah dua orang kakakberadik yang tinggal di Desa Bukambero, Kodi, SumbaBarat, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Di mana pun pergi, kedua kakakberadik tersebut senantiasa selalu bersama dan saling membantu. Pada suatu hari, sang Adik, Lona Rara, sangat marah kepada kakaknya, sehingga berniat untuk menghilangkan nyawanya. Mengapa Lona Rara sangat marah kepada kakaknya? Berhasilkah ia menghabisi nyawa kakaknya? Ikuti kisahnya dalam cerita Lona Kaka dan Lona Rara berikut ini! Alkisah, di Desa Bukambero, Kodi, Sumba Barat, hiduplah sepasang suamiistri bersama dua orang anak gadisnya. Yang sulung bernama Lona Kaka, sedangkan si bungsu bernama Lona Rara. Kedua kakakberadik tersebut senantiasa mendapat perlakuan yang sama dari orang tua mereka. Namun, Lona Kaka selalu iri hati jika Lona Rara meraih sebuah keberhasilan. Ia pun selalu berusaha untuk mencelakai adiknya itu jika memperoleh keberhasilan. Pada suatu hari, ketika Lona Rara mendapat hadiah...
Tenun Ikat merupakan kain tradisional Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke zat pewarna alami. Sebelum ditenun, helai-helai benang diikat dengan plastik atau tali sesuai dengan corak yang akan dibuat sehingga pada saat dicelup bagian benang yang dikat plastik atau tali tidak akan terwarnai. Alat tenun yang digunakan adalah alat tenun tanpa mesin. Beberapa daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain tenun ikatnya adalah Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor.
Di Indonesia, tenun ikat dibuat dengan sejumlah teknik ikat Lusi, ikat pakan, ikat ganda dan ikat campur. Sejak zaman pra sejarah Indonesia telah mengenal tenunan dengan corak desain yang dibuat dengan cara ikat lungsin. Daerah penghasil tenunan ini seperti daerah pedalaman di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dimana Sumba menjadi bagiannya. Ikat Lungsin diduga lebih awal dikenal di Indonesia dibandingkan teknik-teknik ikat lainnya. Mereka memiliki kemampuan membuat alat-alat tenun. menciptakan desain dengan mengikat bagian-bagian tertentu dari benang dan mereka mengenal pencelupan warna. Aspek-aspek kebudayaan tersebut diperkirakan dimiliki oleh masyarakat yang hidup pada jaman perunggu dalam jaman pra sejarah Indonesia, sekitar abad kedelapan sampai abad kedua sebelum Masehi. Keunikan desain yang diciptakan adalah suatu karya yang mencerminkan unsur-unsur yang erat hubungannya dengan unsur kebudayaan, pemujaan pada leluhur dan memuja keagungan alam. Pada...
Pada awalnya sebuah kampung didirikan oleh satu keluarga bersaudara. Kemudian mereka masing masing berkeluarga. Turunan dari setiap keluarga pendiri kampung itu disebut "kilo". Dari generasi ke generasi berikutnya kilo ini bertambah besar dan mereka tetap tinggal bersama dalam satu rumah, makan bersama dari satu periuk yang sama, dari sumber yang sama, dan semuanya dikelola bersama pula. Kehidupan bersama dalam satu keluarga ini dalam bahasa Manggarai disebut "kilo hang neki" yang dalam bahasa Indonesia berarti keluarga besar dan para antropolog mengatakannya extended family. Bila kilo hang neki ini jumlah anggota sudah semakin besar mereka lalu membentuk "panga" sendiri. Panga berarti cabang suku. Namun demikian dalam pembentukan panga baru ini status adik dan kakak tetap dipertahankan. Karena itu ada "panga ase" (adik) dan ada "panga kae" (kakak). Jadi kilo hang neki adalah "wau" (suku) dalam bentuk paling kecil, jadi susunannya adalah, kilo hang neki (keluarga besa...
Kampung Adat Wologai terletak di ketinggian sekitar 1.045 mdpl merupakan salah satu kampung adat tersisa yang masih ada di Flores. Diperkirakan usianya sudah sekitar 800 tahun. Wologai terletak sekitar 37 kilometer arah timur kota Ende, di Kecamatan Detusoko yang dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun mobil sewaan dengan harga sekitar 300 ribu rupiah selama sehari. Di bagian depan sebelah kanan pintu masuk kampung terdapat sebuah pohon beringin yang diyakini komunitas adat Wologai ditanam oleh leluhur mereka, yang sekaligus konon setara dengan waktu pendirian kampung adat ini. Satu hal unik dari Wologai adalah arsitektur bangunannya yang berbentuk kerucut. Rumah-rumah dibangun melingkar dan ada tiga tingkatan dimana setiap tingkatannya disusun bebatuan ceper di atas tanah yang sekelilingnya dibangun rumah-rumah. Semakin ke atas, pelataran semakin sempit menyerupai kerucut. Deretan rumah panggung di kampung ini dibangun melingkar mengitari Tubu Kanga , sebu...
Seluruh kopi di nusantara memang diperkenalkan oleh Belanda pada masa penjajahan. Dimana pada awal mulanya kopi di uji coba ditanam di Jawa di sekitar Batavia pada waktu itu. Setelah mengalami beberapa kegagalan dan keberhasilan, tanaman kopi akhirnya disebarluaskan ke seluruh wilayah nusantara, salah satunya ke Manggarai Flores. Dimana kala itu masyarakat Flores dipaksa mengikuti kemauan Belanda menanam kopi sejak tahun 1920. Dengan demikian banyak muncul perkebunan kopi yang luas di Manggarai raya yang terletak di kecamatan Poco ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Wilayah Manggarai tepatnya di wilayah adat Colol merupakan sebuah dataran tinggi dengan ketinggian 1300 hingga 1500 meter dpl sehingga kabut sering kali muncul di kawasan ini, yang mana merupakan wilayah yang cocok untuk perkebunan kopi. Disisi lain, wilayah ini juga terdapat beberapa gunung yang masih aktif maupun non aktif terbentang di sepanjang pulau sepanjang 450 km. Berkat kondisi lahan...
Kota Ende di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia yang dikenal saat ini memiliki rekam jejak dan sejarah yang panjang. Dalam buku sejarah Kota Ende yang ditulis F.X Soenaryo, dkk di halaman 29 menyebutkan bahwa kata Ende diperkirakan berasal dari kata cindai. Dalam kamus disebutkan cindai adalah nama kain sutera yang berbunga-bunga. Pendapat lain mengatakan kemungkinan Ende berasal dari kata Cinde, yaitu nama sejenis ular sawa. Sawa adalah ular yang agak besar (pyton) di antaranya Sawa Rendem, Sawa Batu dan Sawa Cindai. Jadi ular Sawa Cindai ialah ular yang kulitnya berbunga bunga seperti warna cndai. Menurut cerita yang ada di daerah Kota Jogo, Kinde dan Wewa Ria yaitu wilayah Mautenda di sana banyak ular sawa yang disebut Sawa Lero atau Python reticulatus. Ular ini disamakan dengan Sawa Cindai. Jadi pada awalnya penduduk setempat hanya mengenal Sawa Lero, kemudian orang-orang Melayu dan pendatang dari Goa, Makassar, Bajo, Bima menyebut Sawa Cindai sesuai dengan n...