|
|
|
|
Analisis Prospek Potensi Ekowisata DI Kota Kupang Tanggal 27 May 2014 oleh Jhon_lebu . |
Kepada Yang Terhormat,
selamat malam Admin, ini adalah KArya Tulis saya yang akan saya promosikan jika saya terpilih sebagai salah satu peserta dalam Elemen Budaya ini.
semoga bermanfaat atas tulisanku ini.
salam hormatku,
Jhon_Lebu
Analisis Prospek Potensi Ekowisata Di Kota Kupang
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata di dunia semakin pesat. Begitu pula yang terjadi di Indonesia. Hal ini diikuti dengan perkembangan pariwisata secara lokal. Namun apabila berbicara mengenai dunia kepariwisataan yang terbesit dalam benak adalah banyaknya perputaran uang yang mengalir ke dalam setiap individu yang mengupayakan pariwisata. Untuk mencapai hasil yang maksimal maka negara Indonesia sebagai negara produsen paket-paket wisata, haruslah mampu mensejajarkan kualitas produk wisatanya dengan standarisasi kepariwisataan dunia.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Otonomi Daerah, yang banyak memberikan kebebasan para pemerintah daerah untuk melaksanakan kebijakan dengan tanpa campur tangan pemerintah pusat. Hal itu menyebabkan banyaknya daerah-daerah yang tersebar di wilayah Indonesia berbondong-bondong untuk mengembangkan potensi daerah mereka masing-masing khususnya dalam sektor pariwisata. Hal tersebut mengakibatkan adanya dampak buruk yang terjadi dalam sistem otonomi daerah khusunya sektor pariwisata. Karena banyaknya Pemda yang menetapkan keputusan tanpa disertai kajian analisis yang tajam, pemerintah berusaha serta-merta mengalirkan dana yang tidak sedikit untuk tujuan pengembangan sebuah kawasan sebagai obyek dan daya tarik wisata. Hal tersebut dilakukan tanpa persiapan dan kajian-kajian prediksi yang matang, sehingga banyak dari pemda akhirnya menuai kegagalan dalam usaha pengembangan kawasan tersebut.
Sebagai negara yang memiliki kekayaan melimpah, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi yang cukup besar di bidang pariwisata, dimana tiap-tiap daerah memiliki keunikannya masing-masing yang dapat dijadikan daya tarik pariwisata yang sangat potensial dan dapat menyumbangkan devisa bagi negara. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan alam adalah Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan banyak di dominasi oleh sektor Kelautan seperti Pantai dan Laut. Ini dikarenakan dari segi Geografis Propinsi ini terdiri dari pulau-pulau. Nusa Tenggara Timur adalah sebuah Propinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Propinsi ini terdiri dari beberapa pulau antara lain; Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang. Timor Barat Propinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau. Tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat. Keunikan Objek Wisata Nusa Tenggara Timur (Terlampir Pada Tabel 1.1). Keunikan masing-masing yang dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata. Pembangunan kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur bisa menjadi komoditi unggulan perekonomian jika dikelola dengan baik karena sektor pariwisata bisa menumbuh kembangkan sektor-sektor lainnya seperti agrowisata, industri kerajinan rakyat, jasa perhubungan, perdagangan dan sebagainya. Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki objek wisata dengan berbagai potensi alam dan budaya daerah yang cukup memadai serta tidak kalah menariknya dengan objek wisata yang terdapat di daerah lain.
Indikasi konkrit dari adanya berbagai potensi yang dapat dikembangkan di Kota Kupang dengan lokasi serta objek-objek wisata di Kota Kupang dapat dilihat dengan Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Alam Kota Kupang (Terlampir pada tabel 1.2), Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Budaya Kota Kupang (terlampit pada Tabel 1.3), Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Minat Khusus Kota Kupang (Terlampir pada Tabel 1.4), Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Lainnya di Kota Kupang (Terlampir pada Tabel 1.5).
Daftar tabel terlampir di atas merupakan semua potensi objek wisata yang ada di Kota Kupang yang dapat dijadikan objek ekowisata. Di samping itu dapat dijelaskan juga bahwa potensi yang ada dapat dikembangkan terlihat relevan dengan kenaikan minat wisatawan untuk berkunjung ke lokasi objek wisata di Kota Kupang. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 1.6
Arus Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata Yang Dijadikan Sebagai Objek Ekowisata di Kota Kupang Tahun 2009-2013
No |
Tahun |
Mancanegara |
Nusantara |
Total |
1. |
2009 |
2. 659 Orang |
20.800 orang |
23.459 orang |
2. |
2010 |
757 orang |
18.600 orang |
19.357 orang |
3. |
2011 |
800 orang |
17.100 orang |
17.900 orang |
4. |
2012 |
542 orang |
8.500 orang |
9.042 orang |
5. |
2013 |
2.957 orang |
27.700 orang |
30.657 orang
|
|
|
|
|
(Per Tanggal 16 Desember 2013) |
Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang
Data di atas menunjukkan bahwa arus kunjungan wisatawan nusantara atau domestik setiap tahun kenaikannya tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor tingkat kunjungan wisatawan pada objek wisata di Kota Kupang antara lain faktor pendapatan, daya tarik, waktu luang dan aksesibilitas. Masalah lainnya adalah tidak tersedianya fasilitias seperti kamar mandi, sarana olahraga, tidak adanya lopo serta WC umum yang tidak layak dan infrastruk jalan masuk ke lokasi objek wisata yang rusak
Pengembangan pariwisata di Kota Kupang yang penuh dengan dinamika dan tantangan telah dilakukan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Pembangunan ini memerlukan perencanaan yang disusun secara konkrit dengan mempertimbangkan potensi yang ada, kekuatan serta keterbatasan tapi mempunyai tujuan, sasaran serta arah yang jelas dengan langkah-langkah strategis dan program yang tersusun baik karena ditunjang oleh data yang akurat. Semua ini membutuhkan perhitungan dengan sumber-sumber dana yang realistik. Perencanaan ini akan memfokuskan pada pembangunan ekowisata di Kota Kupang yang mempunyai banyak objek wisata sehingga perlu dilakukan wisata berwawasan lingkungan (seperti hal pertanian, pertokoan dan pengelolaannya). Jika pariwisata tidak dimasukkan pada rencana pembangunan suatu daerah, maka perlu diorganisir sendiri dan dikembangkan berdasarkan rencana pengembangan pariwisata yang ada. Rencana ini belum berdasarkan koordinasi dari sektor pariwisata melakukan permintaan untuk memproduksi atau menjual serta mempromosi pariwisata. Proses dari pergantian pariwisata tergantung pada sektor silang yang luas, dari partisipasi yang mungkin membawa industri dan pengembangan proses pariwisata lebih baik.
Dalam mengembangkan industri pariwisata, sesungguhnya banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, baik sarana maupun prasarana. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain transportasi (darat, laut, udarah), rumah makan, pusat informasi, pusat perbelanjaan, sarana telekomunikasi dan jasa yang tidak kalah pentingnya yaitu penginapan (Hotel).
Melihat potensi yang tinggi maka pemerintah dan stakeholder yang terkait harus mencari solusi apa yang bisa dibuat untuk mengurangi angka kemiskinan. Salah satu bentuk ekowisata di Kota Kupang yaitu hasil pertanian dan kelautan. Di lihat dari hasil pertanian utama masyarakat Kota Kupang yaitu, padi dapat ditemui begitu luasnya lahan (sawah) yang beralokasi dibelakang Kantor Gubernur atau di belakang area perbelanjaan Ramayana Mall.
Keunggulan lain yang dijadikan faktor pendukung pengembangan ekowisata di Kota Kupang lainnya yaitu atraksi. Atraksi alam yang menjadi keunggulan Kota Kupang atraksi pembuatan gula lempeng dari buah tuak, yang dimulai dari tahap memetik, meracik sampai memasak menjadi gula lempeng yang siap untuk dipasarkan. Atraksi seperti ini dapat kita temui di Lasiana dan Oesapa.
Melihat begitu banyak potensi alam yang ada, masih bisa kita temui masala-masalah yang dapat menghambat ekowisata dilihat dari ketiga aspek di atas. Masalah-masalah tersebut misalnya pada lokasi persawahan, pengairan mulai berkurang pada musim-musim tertentu walaupun di sekitar lokasi terdapat mata air bersih yang sering diambil untuk di jual (tangki), sehingga pada bulan-bulan tertentu area persawahan tersebut menjadi kering.
Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa Kota Kupang memiliki potensi yang begitu banyak akan tetapi belum mendapat perhatian yang serius dari pihak Pemerintah Daerah sehingga tidak memberikan dukungan pada pertumbuhan ekonomi yang sampai saat ini masih dikelilingi masyarakat yang kurang mampu. Begitu banyak potensi di Kota Kupang yang memiliki keunikan dan keunggulan, akan tetapi sampai saat ini pihak pemerintah belum memberikan perhatian dalam upaya pembenahan pada infrastruktur serta fasilitas yang tersedia di lokasi wisata. Potensi hutan, kebun, sawah, laut dengan keanekaragaman hayati dan keunikan ekosistem yang ada di dalamnya belum dipandang sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan, bukan hanya bermanfaat secara ekonomi namun juga akan menjaga keberlanjutan hidup.
Ekowisata merupakan suatu modal pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (dan segala bentuk budaya yang menyertai) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan, dan pemahaman yang baik untuk dapat mengembangkan potensi yang ada kepada masyarakat setempat objek wisata tersebut. Ekowisata sendiri juga merupakan salah satu bentuk wisata khusus atau perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (TIES : 2000).
Dari penjelasan ekowisata di atas dapat dilihat bahwa pengembangan ekowisata di kota Kupang akan nmemberikan suatu poin penting untuk prospek yang baik kedepan serta dapat melestarikan lingkungan dan kesejahteraan penduduk setempat. Seperti objek wisata yang ada di sekitar lakosi tersebut serta dapat memperlancarkan arus kunjungan wisatwan dan dapat mempromosikan ke luar daerah.
Menariknya fenomena tersebut, maka penulis membuat dan tertarik untuk mengajukan judul sebagai berikut: “Analisis Prospek Potensi Ekowisata Di Kota Kupang”.
Berdasarkan rangkaian urian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Prospek Potensi Ekowisata Di Kota Kupang?”.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gatur Murniatno, dkk tentang “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial daerah Istimewa Yogyakarta” menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata di daerah Istimewa Yogyakarta membawa dampak terhadap kehidupan sosial budaya. Diantara dampak yang menonjol adalah terhadap kehidupan ekonomi. Dampak terhadap teknologi lebih bersifat alih fungsi dan mode baru sebagai upaya mengimbangi selera wisatawan. Kemudian terhadap perilaku masyarakat yang mempunyai kesempatan berhubungan dengan wisatawan.
Tarumingkeng (Penanggung Jawab), Zahrial Coto. Konsep ekoturisme bermula dari para konservasionis sebagai suatu strategi konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Konsep ini kemudian berkembang begitu cepat keberbagai belahan dunia sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian sumberdaya alam dan ekosistemnya. Pola hidup back to nature telah menjadi gaya hidup dan kebanggakan masyarakat modern saat ini. “Posisi geografi taman nasional sebagai tujuan utama ekowisata di pesisir lautan, pegunungan dan yang tersebar di berbagai wilayah nusantara. Memiliki kedudukan penting untuk menyokong ketahanan nasional, meliputi gatra geografi, kekayaan alam, demografi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Lebih dari itu buku ini juga menyajikan manajemen nasional pariwisata.”
Muladi SH. (Mantan Gubernur Lemhannas RI) “Penduduk lokal di berbagai pelosok wilayah nusantara di pesisir atau pegunungan, memiliki ketangguhan budaya. Buku ini menjelaskan peran ekowisata untuk memelihara keberlanjutan budaya dan menjanjikan kesejahteraan ekonomi bagi penduduk.
Dari pemaparan di atas ekowisata merupakan suatu sumberdaya alam yang perlu di pelihara dan di kembangkan untuk dapat dinikmati oleh wisatawan dan masyarakat itu sendiri.
Dalam kajian pustaka ini, penulis dapat mengemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
Secara geografis Indonesia merupakan suatu negara yang luas wilayahnya, dengan kekayaan alam dan budaya yang unik berupa aset-aset pariwisata yang tersebar pada seluruh Nusantara. Keberadaan seluruh aset merupakan potensi pariwisata yang mendatangkan devisa bagi negara terutama masyarakat setempat. Melihat fungsi yang konstruktif bagi bangsa dan masyarakat setempat, maka pariwisata memiliki konsep untuk defenisi yang jelas.
Pariwisata merupakan bentukan dari dua suku kata, yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari artinya, berputar-putar, lengkap. Sedangkan wisata adalah bepergian atau melakukan perjalanan. Jadi, secara harafiah pariwisata berarti perjalanan yang lengkap. Lengkap berarti perjalanan melalui dari tempat asal menuju ke tempat yang dituju dan melakukan persinggahan semetara di tempat tujuan tersebut, lalu kembali ke tempat asalnya (Depparpostel : 3).
Direktoral Jenderal Pariwisata, Departemen Pos, dan Telekomunikasi, mengemukakan dua batasan pariwisata yakni pengertian pariwisata bersifat umum dan pengertian pariwisata yanng bersifat teknis (Depperpostel,1995:9-10). Pengertian pariwisata yang bersifat umum adalah keseluruhan kegiatan pemerintah dalam dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. Sedangkan pengertian secara teknis adalah, rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau negara lain dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.
Dari uiraian di atas pariwisata merupakan perjalanan melalui dari tempat asal menuju ke tempat yang dituju dan melakukan persinggahan semetara di tempat tujuan.
Pariwisata menurut Yoeti (1997:22) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk berusaha mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.
Menurut Samsuridjal dan Kaelany (1997:3), cakupan manfaat berwisata itu dapat dilihat dari dua motivasi atau dorongan, yaitu bermanfaat berwisata yang bersifat umum (yang berlaku juga untuk wisatawan mancanegara), dan manfaat berwisata khusus (untuk wisatawan domestik). Manfaat bersifat umum dimana umumnya orang berwisata bertujuan utnuk lepas dari rasa lelah dan dari kegiatan rutin sehari-hari. Namun, bila di tetliti motivasinya dapat berbeda-beda. Ada yang berwisata karena semata-mata menghindari ketegangan akibat pekerjaan. Tetapi, ada pula yang ingin memenuhi kepuasan intektualnya. Bagi kalangan tertentu, berwisata sering diartikan mencari suasana baru yang sama sekali berlainan dengan kehidupan sehari-hari. Samsuridjal dan Kaelany lebih lanjut menegaskan bahwa manfaat wisata bagi wiatawan domestik adalah dapat melibatkan berbagai nilai pengaruh hidup antara lain berupa : (a) timbulnya rasa cinta tanah air, (b) menghilangkan rasa kedaerahan / kesukuan yang berlebihan, (c) memperluas penggunaan lahan nasional, (d) memanjukan ekonomi dan membantu pemerataan pembangunan daerah, dan (e) membantu timbulnya budaya Indonesia.
Berbagai asumsi tersebut, menerangkan bahwa berwisata selain untuk sarana hiburan pribadi, tetapi keberadaannya dapat pula memberi pengaruh konstruktif bagi petumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja sebagai proses kepedulian budaya bangsa.
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Kemudian, ekowisata didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).
Ekowisata menurut Alan A. Leq (1996), adalah kegiatan petualangan, wisata alam, budaya dan alternatif yang mempunyai karakteristik:
Dari pengertian diatas, menunjukkan bahwa wisatawan melakukan perjalanan tidak saja untuk bersenang-senang melainkan melakukan dan menikmati aktivitas yang berkatian dengan lingkungan alam dan melibatkan masyarakat disekitar kawasan objek wisata.
Adanya pertimbangan yang kuat pada lingkungan dan budaya lokal antara lain sebagai berikut:
Menurut Honey dan Hakim (2004:54-56), memberikan kriteria-kriteria sebuah aktivitas ekowisata. Dalam aktivitasnya, ekowisata harus harus menjawab dan menjukkan parameter berikut :
Kawasan alamiah yang dimaksud adalah kawasan dengan kekayaan hayati dan bentang alam yang indah, unik dan kaya.
Dampak yang diakibatkan oleh wisata jenis ini, harus di tekan sekecil mungkin. Dampak dihasilkan dari pengelola wisata, wisatawan, pengelola hotel, penginapan dan restoran.
Tujuan aktivitas ini pada dasarnya untuk mempromosikan kekayaan hayati dihabitat aslinya dan melakukan pendidikan konservasi secara langsung.
Ekowisata dengan sebuah mekanisme tertentu, harus mampu menyumbangkan aliran dana dari penyelenggaraannya untuk melakukan konservasi habitat.
Masyarakat lokal harus mendapatkan manfaat dari aktivitas wisata dan di kebangkan, seperti senitasi, pendidikan, perbaikan ekonomi, dan dampak-dampak lainnya.
Budaya masyarakat lokal, biadanya unik bagi wisatawan dan menjadi kegiatan dari atraksi wisata. Budaya ini telah berkembang dalam jangka waktu yang lama sebagai bagian dari strategi masyarakat lokal untuk hidup dalam lingkungan sekitarnya.
Pada dasarnya, penduduk setempat merupakan masyarakat yang selama bertahun-tahun berinterkasi dengan lingkungan sekitar destinasi wisata. Beberapa kelompok masyarkat secara tradisional masih tergantung pada sumber daya hutan, pesisir dan laut.
Dari beberapa pengertian tentang ekowisata di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi atau sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.
Daya dukung lingkungan merupakan alat yang dipakai untuk mengukur sejauh mana sebuah destinasi (tempat tujuan wisata) dapat berkelanjutan dengan memiliki potensi yang ada dan dikembangkan maka destinasi berkelanjutan dapat dikembangkan. Menurut Mc Minn (1997) dan NWHO (1999) dalam Weber dan Damanik (2004:170), wisata yang mempunyai dampak minimal terhadap lingkungan memberikan dampak yang menguntungkan bagi komunitas atau masyarakat lokal, serta memberikan pendidikan konservasi bagi pengunjung.
Pengelolaan pengunjung merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai destinasi yang berkelanjutan. Fennd dan Eagles (1990) dalam Weber dan Damanik (2004:175) menyarankan adanya 6 (enam) prinsip penting yang harus dipenuhi oleh pengunjung dalam penyelenggaraan ekowisata berkaitan dengan keberlangsungan destinasi sebagai berikut :
Dari konsep-konsep diatas, sangat jelas tergambarkan bahwa untuk mencapai destinasi wisata yang berkelanjutan, dibutuhkan integritas ekologis sebagai usaha mencapai visi pembangunan berkelanjutan.
Secara umum, pasar dimaknai sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran atau konsumen dan produsen. Pasar tidak selalu berarti sebuah tempat, misalnya Asean Toutrism Forum (AFT) atau Event Travel Mart yang banyak muncul akhir-akhir ini. Sedangkan menurut Wahab (2003:156), pasar merupakan suatu bentuk hubungan antara pembeli dan penjual secara melembaga dan teknis, yang pada tempat dan waktu tertentu. Sedangkan pasar wisata adalah suatu pasar yang hukum dasar tentang ekonomi pasarnya memajukan suatu peranan yang dominan. Alasannya terletak pada kenyataan bahwa pariwisata mencakup perpindahan orang-orang yang mencari produk wisata. Dilihat dari sisi penawaran, pasar wisata terdiri dari, 3 (tiga) bagian Freyer dalam Weber dan Damanik (2006:14) yaitu :
Mencakup pasar akomodasi, pasar transportasi, pasar biro perjalanan, dan tour operator, pasar pemandu wisata dan pasar atraksi, atau pertunjukan wisata.
Meliputi pasar barang cendera mata, penukaran uang, rental kendaraan, asuransi perjalanan.
Terdiri dari pasar jasa fotografi, buku panduan wisata, pengiriman barang kebutuhan hotel.
Sedangkan dari sisi permintaan, pasar wisata terdiri dari pasar wisata bisnis, pasar wisata berlibur, olahraga, pendidikan dan lain-lain. Pasar wisata dari sisi penawaran dan permintaan ini, pada dasarnya dikemas dalam bentuk ekowisata. Pasar lebih merupakan suatu jembatan antara produsen dan konsumen.
Ditingkat global, pertumbuhan ekowisata tercatat jauh lebih tinggi dari pasar wisata secara keseluruhan. Berdasarkan analisis TIES (2000) pertumbuhan ekowisata berkisar antara 10-30 % per tahun, sedangkan pertumbuhan wisatawan secara keseluruhan hanya 4 %. Di Indonesia diperkirakan sekitar 25 % wisatawan pada tahun 1996 merupakan ekowisawan (ecotourist), statistik ini menunjukkan bahwa pergeseran perilaku pasar wisata sedang berlangsung saat ini dan ekowisata di perkirakan akan menjadi pasar wisata yang sangat prospektif masa depan.
Keterlibatan berbagai pihak dalam pengelolaan objek wisaa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap arus kunjungan wisatawan. Hal ini jelas berpatokan pada tinggi rendah arus kunjungan wisatawan, sebagian yang tidak dapat dipisahkan dengan daya tarik objek wisata.
Menurut Rindjin (2004:9) mengartikan stakeholders sebagai pihak-pihak atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan, keputusan, kebijakan, praktek atau tujuan organisasi. Ridjin membagi stakeholders itu dalam 6 (enam) kelompok yaitu :
Dukungan Konstitusional. Dalam Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan terdapat beberapa pasal dan ayat yang mendukung keberadaan dan pengembangan ekowisata. Hal ini menujukkan political will dalam mendukung pengembangan pariwisata, khususnya ekowisata. Untuk lebih jelasnya penulis cantumkan pasal-pasal sebagai berikut :
Kepariwistaan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi;
c. Menghapus kemiskinan;
d. Mengatasi pengangguran;
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. Memajukan kebudayaan;
g. Mengangkat citra bangsa;
h. Memupuk rasa cinta tanah air;
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan
j. Mempererat persahabatan antarbangsa.
Dari kesepuluh tujuan tersebut secara eksplisit terdapat dalam huruf (e) berhubungan langsung dengan ekowisata. Sementara secara implisit terdapat pada huruf-huruf lainnya.
Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.
Usaha Pariwisata meliputi, antara lain:
Secara eksplisit ekowisata tertera pada huruf (a), (b), dan (l). sementara secara implisit terdapat pada huruf-huruf lainnya. Dalam mengembangkan potensi ekowisata yang ada maka yang harus di utamakan adalah suatu perubahan demi kelancaran arus kunjungan wisatawan sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi daerah ini dan bahkan untuk masyarakat sekitar lokasi wisata. Untuk itu, yang harus di perhatikan bersama antara pihak pemerintah khususnya pemerintah dinas pariwisata yaitu harus menggunakan 4T yaitu antara lain:
Dalam mengembangkan ekowisata di atas menggambarkan bahwa kegiatan pengelolaan ekowisata dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu dari sisi industri jasa dan sisi pengunjung. Industri jasa meliputi tour operation untuk mandatangkan pengunjung ke obyek ekowisata dalam berbagai bentuk perjalanan seperti nature travel, adventure travel, and cultural travel. Penanganan perjalanan tersebut dapat dilakukan oleh pengelola obyek ekowisata itu sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain, seperti biro perjalanan, klub-klub atau usaha-usaha yang bergerak dalam outbond training.
Resources Management merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya (alam) yang digunakan dalam kegiatan ekowisata. Agar manajemen sumber daya ini dapat berjalan dengan efektif, efisien dan menjamin keberlanjutan lokasi diperlukan berbagai kompetensi. Pengelolaan sumber daya dalam konteks ini analogis dengan perencanaan dan pengembangan produk yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pengunjung obyek ekowisata sebagai pelanggan atau konsumen menginginkan kondisi obyek yang lestari dan justru kondisi alamiah suatu obyek ekowisata seperti itulah yang menjadi keunikan obyek yang bersangkutan.
Community Development merupakan suatu strategi dan sekaligus program kerja untuk mendukung eksistensi ekowisata. Keterlibatan masyarakat lokal mulai dari perencanaan dapat membantu meningkatkan citra suatu obyek karena mereka turut serta menjadi host yang baik dan ramah. Dari sisi pengunjung terdapat tiga aspek penting yaitu marketing, visitor management dan visitor attitudes. Dalam konteks ini marketing (pemasaran) meliputi berbagai strategi untuk mendatangkan pengunjung. Dalam konteks ini pengelola ekowisata dapat menerapkan berbagai strategi dan program pemasaran dengan menyesuaikan dengan produk yang dipasarkan yaitu lokasi obyek ekowisata. Kiat-kiatnya dapat dirumuskan oleh tim yang ditugaskan untuk itu. Namun perlu disampaikan bahwa pemasaran ekowisata menuntut banyak kreativitas tanpa mengabaikan karakteristik obyek yang dipasarkan sebagai core product.
Visitor Management menyangkut pengelolaan dan pengaturan pengunjung agar selalu sesuai dengan effective carrying capacity suatu lokasi ekowisata. Di samping itu pengaturan pengunjung dengan baik akan meningkatkan mutu estetika lingkungan, terutama ketika pengunjung ramai (peak season). Kedatangan pengunjung yang tidak melampau effective carrying capacity akan dapat menghindari terjadinya kerusakan lokasi secara perlahan-lahan. Perlu selalu diingat bahwa pengunjung yang datang ke lokasi obyek ekowisata pada umumnya aktif, dinamis dan memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda. Untuk itu perlu tindakan preverentif melalui sistem dan mekanisme pengaturan pengunjung dengan baik. Oleh karena itu diperlukan orang-orang yang memiliki kompetensi yang memadai dan sesuai dengan tugas yang diembannya.
Visitor Attitudes (sikap pengunjung) merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh pengelola ekowisata. Sikap pengunjung sangat berperan dalam memajukan suatu ekowisata. Secara praktis pengelola tidak mungkin mengawasi para pengunjung secara individual. Oleh karena itu pengunjung perlu diedukasi melalui berbagai cara mulai dari yang sederhana seperti pembuatan papan-papan pengumuman di berbagai sudut lokasi yang strategis hingga melaksanakan penyuluhan langsung. Hal ini perlu untuk membangkitkan rasa ikut bertanggungjawab atas keberadaan ekowisata yang bersangkutan . Dari perspektif ketiga kegiatan tersebut bila kita mengacu pada kerangka kerja di atas, berbagai kompetensi diperlukan agar suatu obyek ekowisata dapat bertahan dan berjalan dengan baik sesuai dengan hakekat ekowisata seperti diuraikan pada bagian awal makalah ini. Berdasarkan kerangka kerja sekaligus prospek ekowisata tersebut, tiga unsur dalam aspek service industry saling mendukung dan berkorelasi untuk meningkatkan daya tarik obyek ekowisata. Demikian pula tiga unsur dalam aspek visitor saling mendukung dan berkorelasi untuk menarik pengunjung ke suatu obyek ekowisata karena unsur tersebut secara sinergis dapat mendorong menggerakkan kunjungan ke obyek ekowisata (resource tour). Bahkan dengan sendirinya Kota Kupang akan dikenal banyak wisatawan dengan ekowisata yang ada.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis SWOT untuk menganalisis Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang, dimana SWOT merupakan alat analisis Populer untuk menganalisis situasi atau kondisi terbaru yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Menurut Rangkuti F (1999:18), Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunites), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Lingkungan eksternal dan internal suatu lembaga erat dalam kelangsungan kegiatan dan keberhasilan kinerja suatu lembaga. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang tidak dapat dikontrol, tetapi dapat mempengaruhi kegiatan lembaga, sedangkan lingkungan internal adalah lingkungan dalam lembaga yang dapat dikontrol, sehingga merupakan strategi keunggulan lembaga (Rangkuti F 1999:27). Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan peluang dan ancaman eksternal, serta pertemuan dengan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategi.
Pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi karena kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional. Seperti pembangunan serta pengembangan ekowisata yang diupayakan melalui pelestarian kebudayaan serta pemanfaatan baik hasil pertanian dan area persawahan maupun hasil perikanan yang ada merupakan salah satu cara pengembangan potensi ekowisata yang ada di Kota Kupang.
Untuk itu prospek atau pengembangan ekowisata ke depan tentu adanya kerjasama yang baik antar pihak pemerintah, swasta dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan suatu pola kehidupan yang baik bagi Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Kota Kupang secara khusus. Di Kota Kupang atraksi wisata alam dan budaya dapat dijadikan sebagai salah satu produk wisata yang dapat dipasarkan guna mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi di Kota Kupang. Ketersediaan fasilitas di tempat objek wisata juga sangat mendukung kenyamanan dan kepuasan dari wisatawan. Selain fasilitas, infrastruktur yang juga merupakan faktor sarana penunjang yang memegang peranan penting, seperti jalan raya.
Menurut bdkn Gunn, (2004: 247-8), atraksi atau sumberdaya alam dan budaya. Atraksi alam misalnya sungai yang jernih dan mengalir deras sepanjang tahun cukup terjangkau sehingga dapat digunakan untuk kegiatan arung jeram dan memancing. Hutan alam dengan kekayaan flora yang unik (Misalnya Pepohonan Nyiur dan Lontar yang ada di pantai Lasiana) atau dengan berbagai fauna (Misalnya orang utan) dapat dijelajahi dengan mudah.
Pembangunan dan pengembangan suatu objek wisata juga harus dirancang dengan berpatokan pada potensi daya tarik wisata yang dimiliki objek wisata tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi 3 (tiga) prospek potensi, yaitu potensi budaya, potensi sumber daya manusia, Peningkatan Promosi. Potensi budaya merupakan suatu sejarah yang dapat di nikmati oleh wisatawan ketika mengunjungi situs-situs budaya atau peninggalan sejarah dan disamping itu juga wisatawan dapat menyaksikan atraksi yang dapat ditonton dan penyajiannya tidak membutuhkan biaya.
Dalam upaya prospek pengembangan lokasi objek-objek ekowisata dibutuhkan potensi sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan yang dapat diandalkan sehingga terjadi interaksi langsung dan komunikasi yang baik dalam sautu perancanaan sampai pada pengembangannya. Penyusunan strategi pemasaran, Promosi, Pengembangan pasar. Prospek pengelolaan kawasan obyek wisata merupakan panduan tertulis pengelolaan habitat, kegiatan, peruntuka kawasan, pengorganisasian dan monitoring dalam rangka menjamin kelestarian fungsi kawasan. Pengembangan ekowisata yang merupakan salah satu kegiatan yang diperkenankan untuk dilakukan didalam kawasan obyek wisata budaya dan wisata alam, dengan demikian harus sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.
Menurut Damanik dan Weber (2004:209), Peningkatan promosi untuk proyek ekowisata yang direncanakan merupakan hal baru atau mungkin lanjutan yang sudah ada, namun promosi tetap dijadikan sebagai salah satu rekomendasi penting. Media promosi juga perlu dinyatakan secara khusus, misalnya apakah melalui teknologi informasi, televisi, media cetak, dan sebagainya. Jadi dengan adanya promosi ini maka semua objek ekowisata yang ada dapat dikenal oleh banyak orang.
Gambar 1
Bagan Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Potensi Ekowisata di Kota Kupang yang dapat dikembangankan. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 2 (dua) Kecematan yaitu Kecamatan Oebobo dan Kecamatan Kelapa Lima, yang terdiri dari 2 (dua) Kelurahan yaitu antara lain, Kelurahan Oebufu dan Kelurahan Lasiana Kupang.
Variabel dalam penelitian ini adalah Prospek Potensi Ekowisata yakni keunggulan dari sumber daya pariwisata yang ada berupa potensi budaya, potensi sumber daya manusia dan peningkatan promosi dimanfaatkan untuk pengembangan Ekowisata di Kota Kupang.
Tabel Variabel Penelitian :
NO |
PROSPEK POTENSI |
VARIABEL |
INDIKATOR |
1 |
POTENSI BUDAYA |
Potensi budaya merupakan suatu sejarah yang dapat di nikmati oleh wisatawan ketika mengunjungi situs-situs budaya atau peninggalan sejarah dan disamping itu juga wisatawan dapat menyaksikan atraksi yang dapat ditonton dan penyajiannya tidak membutuhkan biaya. |
Lokasi, Jenis, jumlah, mutu, masalah, daya tarik
|
2 |
POTENSI SDM |
Potensi Sumber Daya Manusia Meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan. Dalam upaya prospek pengembangan lokasi objek-objek ekowisata dibutuhkan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan sehingga terjadi interaksi langsung dan komunikasi yang baik dalam sautu perancanaan sampai pada pengembangannya. |
Tersedianya pengelola dan pemandu yang profesional. |
3 |
PENINGKATAN PROMOSI |
Peningkatan Promosi Promosi dilakukan untuk memperkenalkan objek ekowisata sehingga dapat dikenalk oleh banyak orang dan para wisatawan pun dapat mengetahui serta mereka dapat berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut. |
Moda Promosi, Kehumasan, Publisitas.
|
Pemerintah (Dinas Pariwisata) 1 orang, investor 1 orang, wisatawan 4 orang, Tomas (Toko Masyarakat) 4 orang, pemuda atau karang taruna 9 orang, masyarakat 9 orang, dan pihak pemerintah (Lurah) 2 orang.
Sebagai upaya penulis untuk melengkapi pengumpulan data dalam penelitian ini, juga mengunakan informasi yang diambil dari beberapa tokoh masyarakat.
Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah deskriptif kualitatif dimana data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT, yaitu dengan melihat kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), ancaman (threats) Ekowisata di Kota Kupang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Asal mula nama Kupang sesungguhnya diambil dari nama Raja Helong “Nai Koepan” atau “Lai Koepan” yang menguasai dan memerintah wilayah ini sebelum kedatangan Bangsa Barat (Portugis dan Belanda). Sebelum kedatangan kekuasaan Asing pada abad 16 (tahun 1561) di Kota Kupang telah ada Pemerintah Helong yang dipimpin oleh Raja bernama Koen Lai Bissi. Tanggal 29 Desember 1645 Padri Portugis yang bernama Antonio Desao Jasinto mendarat di Kupang selanjutnya membangun benteng pertahanan yang disebut Ford Concordia yang sekarang ditempati Batalyon Infantri 743 Kodam Udayana.
Pada tahun 1653 VOC Belanda merebut benteng Concordia dan menempatkan Openhoof J. Van Der Haiden sebagai pimpinan. Tanggal 23 April 1886 oleh Residen Greeve ditetapkan batas Kota Kupang seluas 2 km2 yang diumumkan dalam Lembaran Negara Nomor 171 Tahun 1886. Tahun 1949 Kota Kupang berstatus Heminte dengan Walikota I (Pertama) Bapak Th. Y. Messakh, (almarhum). Melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor PUD.5/16/46 tanggal 22 Oktober 1955 Kota Kupang disamakan statusnya menjadi Kecamatan, sementara penetapan Wilayah Kota Kupang ditetapkan dalam surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Nusa Tenggara Timur, Nomor 17/1969, tanggal 12 Mei 1969.
Sesuai dengan tahapan masa kepemimpinan Kota Kupang, maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.63-2769 tahun 2002 tanggal 21 Juni 2002 tentang pengesahhan Walikota kupang, selanjutnya pada tanggal 06 Juli 2002 di lantik Bapak S. K. Lerik sebagai Walikota Kupang dan Bapak Drs. Daniel Adoe sebagai Wakil Walokota Kupang.
Selanjutnya dalam pemilihan langsung Kepala Daerah Kota Kupang tahun 2007 pasangan Drs. Daniel Adoe dan Drs. Daniel Hurek memenangkan pemilihan kemudian di lantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota Kupang periode 2007-20012 pada tanggal 01 Agustus 2007. Setalah itu Jonas Salean, S.H, M.Si dan dr.Herman Man resmi menjadi Walikota dan Wakil Walikota Kupang periode 2012-1017. Keduanya dilantik oleh Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya atas nama Presiden RI di Gedung DPRD Kota Kupang, Rabu (1/8/2012).
Wilayah Kota Kupang sesuai UU Nomor 5 tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Dati II Kupang terdiri atas 4 (empat) Kecamata dan 40 Kelurahan, dan saat ini Kota Kupang dibagi menjadi 6 (enam) Kecamatan dengan 50 Kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 60 Tahun 1995 tentang Pengukuhan Desa dan Kelurahan Persiapan menjadi Desa/Kelurahan Defenitif di Propinsi Dati II Nusa Tenggara Timur, maka ditambah 5 Kelurahan hasil pemekaran sehingga menjadi 45 Kelurahan, selanjutnya pada tahun 2006 dengan memprtimbangkan aspek jangkauan dan efektifitas layanan, maka Pemerintah Kota Kupang melakukan pemekaran 3 wilayah Kelurahan menjadi 6 Kelurahan sehingga bertambah menjadi 50 Kelurahan dengan rincian sebagai berikut :
(sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Kupang)
Dilihat dari aspek astronomis, Kota Kupang terletak pada bagian:
Utara : 10°36’14” Lintang Selatan
Selatan : 10°39’58” Lintang Selatan
Timur : 123°32’23” Bujur Timur
Barat : 123°37’01” Bujur Timur
(sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Kupang)
Sedangkan dari aspek geografis, Kota Kupang berada di ujung barat Pulau Timor, dekat dengan Negara Timor Leste, berhadapan dengan Australia Bagian Utara. Posisi ini menempatkan Kota Kupang sebagai satu-satunya Ibukota Propinsi yang terletak dibagian paling Selatan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan sendirinya, perkembangan Kota Kupang ke depan akan menjadi pintu gerbang masuk-keluar/arus lalu lintas (entry and exit gate) orang, barang dan jasa tidak saja pada area lokal, regional dan nasional tetapi sudah meluas pada lingkup global.
Wilayah Kota Kupang diukur secara planimetris adalah luas daratan 180.27 Km2 atau 18027 ha dan luas lautan 94,79 Km2 atau 9479 ha.
Daerah tertinggi di atas permukaan laut di bagian selatan kota yaitu 100-300 m. Daerah terendah di atas permukaan laut di bagian utara kota yaitu 0-50 m, dengan tingkat kemiringan sekitar 15%.
Pembentukan tanah terdiri dari bahan keras (batu karang) dan bahkan nonfulkanis. Bahan-bahan mediteran/rencina/liotsol terdapat di Kecamatan Kelapa Lima, Oebobo, Maulafa, Kota Lama, Kota Raja dan Alak.
Timur : Kecamatan Kupang Tengah dan Kupang Barat Kabupaten Kupang
Barat : Kecamatan Kupang Barat dan Selat Semau
Utara : Teluk Kupang
Selatan : Kecamatan Kupang Barat
Iklim kering yang dipengaruhi oleh musim angin muson dengan musim hujan pendek, sekitar bulan November-Maret dengan rata-rata udara berkisar antara 22,270C - 31,950C. Sedangkan musim kering sekitar bulan April-Oktober dengan suhu udara 29,10C – 33,40C.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kupang tahun 2011, penduduk Kota Kupang berjumlah 336. 239 jiwa yang terdiri dari 172. 626 laki-laki dan 163. 613 perempuan. (Sumber: BPS NTT, Kota Kupang dalam Angka 2011)
Potensi unggulan yang dapat dikembangkan di Kota Kupang:
Dalam kurun waktu Pertumbuhan Ekonomi (PE) Kota Kupang (base line RPJMD) mengalami fluktuasi yang tidak stabil. 2007 = 7,76% â-º 2008 = 7,45 % â-º 2009 = 6,13%, namun tetap terkendali pada tingkat pertumbuhan berdasarkan asumsi RPJM Kota Kupang 2007-2012;
PDRB Kota Kupang sejak 2007 didominasi sektor Jasa, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dengan kontribusi 74,84%,, 2008: 74,99%. 2009: 76,34%.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penduduk Kota Kupang mengetahui dan memhami baik objek-objek wisata di wilyaha mereka yang bisa dikembangkan menjadi objek ekowisata di wilayah mereka. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini digunakan kuisioner sebagai instrument penelitian. Berikut ini dikemukakan profil responden berdasarkan umur, pendidikan dan jenis pekerjaan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari responden gambaran tentang umur responden yaitu tertinggi 53 tahun sedangkan umur terendah 20 tahun. Pada tabel 4.1 disajikan profil responden menurut kelompok umur sebagai berikut:
Tabel 4.1
Profil Responden Menurut Kelompok Umur
No |
Umur (Tahun) |
Jumlah (Orang) |
Prosentase (%) |
1. |
20-30 |
19 |
63,33 |
2. |
31-41 |
3 |
10 |
3. |
42-51 |
5 |
16,67 |
4. |
52> |
3 |
10 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Pada tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa kelompok responden terbanyak (63,33%) adalah umur 20-30 tahun yakni sejumlah 19 orang. Sedangkan kelompok responden dengan prosentase yang paling kecil (10%) adalah yang berumur 31-41 dan 53 > tahun yakni masing-masing 3 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh responden adalah termasuk angkatan kerja pada kelompok umur 20-30 tahun. Biasanya sudah memasuki dunia kerja dan mempunyai tingkat kebutuhan yang tinggi.
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu komunitas dapat mewarnai pola pikir yang berkaitan terhadap perilaku orang atau komunitas tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan responden terlihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Profil Responden Menurut Kelompok Tingkatan Pendidikan
No |
Tingkat Pendidikan |
Jumlah (Orang) |
Prosentase (%) |
1. |
SD |
2 |
6,67 |
2. |
SMP |
1 |
3,33 |
3. |
SMA |
18 |
60 |
4. |
Perguruan Tinggi |
9 |
30 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak dengan prosentase (60%) adalah berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yaitu sebanyak 18 orang, kemudian diikuti ooleh responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi (30%) yaitu 9 orang dan berpendidikan Sekolah Dasar (6,67%) yaitu berjumlah 2 orang sedangkan sisanya berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (3,33%) yaitu berjumlah 1 orang.
Dengan demikian, hampir semua responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi walaupun ada beberapa orang responden yang tingkat pendidikannya hanya Sekolah Dasar (SD). Semakin tinggi pengetahuannya. Hal ini merupakan salah satu potensi dasar dari responden untuk dapat menangkap berbagai informasi maupun sumber lain, sehingga dapat membuat keputusan untuk melakukan perjalanan wisata tahu bersenang-senang. Tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang membedakan individu satu dengan individu yang lain dan akan memepengaruhi responden dalam menentukan pilihan untuk melakukan kegiatan rekreasi atau bersenang-senang bersama keluarga.
Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut. Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Profil Responden Menurut Kelompok Jenis Pekerjaan
No |
Jenis Pekerjaan |
Jumlah (orang) |
Prosentase (%)
|
1. |
Wiraswasta |
9 |
30 |
2. |
PNS |
8 |
26,67 |
3. |
Pegawai Swasta |
5 |
16,67 |
4. |
Petani |
2 |
6,67 |
5. |
Mahasiswa |
6 |
20 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Data tabel 4.3 tersebut, menunjukkan jumlah responden terbanyak adalah yang memiliki jenis pekerjaan sebagai Wiraswasta sebanyak 30%, Wiraswasta 26,67%, Mahasiswa 20%, Pegawai Swasta 16,67% dan sisanya Petani sebanyak 6,67%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden sebagai Wiraswasta.
Beberapa hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas sadar wisata masyarakat Kota Kupang adalah :
Kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist suplay yang perlu dipersiapkan bila hendak mengembangkan industri pariwisata. Sarana dan prasarana yang ada sangat berguna agar wisatawan lebih banyak yang datang, lebih banyak menginap dan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang ia kungjungi.
Begitu banyaknya potensi dan keunggulan di Kota Kupang yang dapat dijadikan satu kebanggan dalam pengembangan industri pariwisata, akan tetapi belum begitu baik dalam pengelolaannya. Potensi yang ada di Kota Kupang tidak kalah bagusnya dengan daerah lain hanya belum mendapat perhatian serta pengelolaan yang baik dari Pemerintah. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan hasil secara berlanjut, pengembangan potensi perlu didahului dengan perencanaan yang tepat. Di berbagai daerah tujuan utama wisata utama, perencenaan serta pengembangan yang sistematis sudah diakui menjadi salah satu kunci sukses pemanfaatan den pengelolaan ekowisata.
Perencanaan strategis merupakan salah satu dari jenis perencanaan yang merupakan suatu perencanaan yang perlu dibuat oleh Pemerintah daerah dalam rangka menentukan strategis-strategis yang efektif untuk digunakan dalam mengembangkan sektor ini, karena bersifat komprehensif dalam artian lebih memfokuskan pada analisis lingkungan secara keseluruhan, baik lingkungan eksternal maupun internal.
Pembahasan hasil analisis dalam penelitian ini lebih difokuskan pada analisis Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang. Sehubungan dengan itu, maka cakupan analisis ini diifokuskan pada abjek-objek wisata yang dapat dijadikan objek ekowisata serta atraksi, baik alam maupun budaya yang merupakan potensi yang dapat dikembangkan.
Aspek dari penelitian ini akan dianalisis berdasarkan informasi yang dihimpun peneliti selama berlangsungnya kegiatan penelitian. Tentunya dengan memperhatikan dalam usaha pengembangan potensi ekowisata yang ada akan mendorong para wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun domestik untuk berkunjung ke lokasi objek ekowisata.
Berangkat dari persoalan tersebut, untuk mencari dan menentukan strategi yang perlu di tempuh Pemerintah Daerah Kota Kupang, terlebih dahulu sebelumnya dilakukan analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi pendorong, penghambat serta kemampuan membaca peluang yang ada, yang dikenal dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunit, Thread).
Adapun langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan seperti:
Dari lima langkah strategis yang ada ini jika dijalankan dengan baik maka semua yang menyangkut dengan keperluan akan pengenbangan ekowisata akan berjalan dengan baik dan para wisatawan dapat menikmati setiap objek wisata yang ada.
Sesungguhnya kenanekaragaman dari objek dan daya tarik wisata yang dapat menjadi salah satu keunggulan komparatif produk pariwisata di pasar nasional. Namun demikian, harus diakui bahwa objek dan daya tarik wisata tersebut secara faktual belum memenuhi ODTW (Objek Dan Daya Tarik Wisata) tersebut hanya dapat memberikan keuntungan optimal apabila dikembangkan dan dikelola semaksimal mungkin berdasarkan hasil perencanaan yang terukur.
Dapat dijelaskan bahwa semua potensi wisata yang akan peneliti jelaskan sudah terlampir pada latar belakang penelitian tersebut. Dapat pula peneliti jelaskan bahwa pada dasarnya potensi-potensi ekowisata yang ada dapat dieksplorasi sebagai tempat wisata yang memberikan pemenuhan kebutuhan kepada wisatawan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi pengunjung. Selain itu, perlu adanya sikap keramtamahan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan objek wisata.
Potensi-potensi objek ekowisata yang ada di Kota Kupang tidak semua dapat dikembangkan sebagai potensi ekowisata sehingga untuk mengetahui potensi mana yang layak dikembangkan sebagai potensi ekowisata maka kepada pihak stokeholder utuk melihat potensi tersebut dan berikut ini ada dua lokasi yang dapat penulis teliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berikut ini tabel objek ekowisata di dua Kelurahan di Kota Kupang yang dapat dikembangkan yaitu:
Tabel 4.5
Daftar Objek Ekowisata Potensial di Dua Kelurahan
No |
Kelurahan |
Objek Ekowisata
|
1. |
Oebufu
|
|
|
||
2. |
Lasiana |
|
|
||
3. |
Oebobo |
Tenun Ikat |
Objek ekowisata yang menjadi aspek penelitian dari peneliti yaitu area persawahan dan kebun sayur yang terletak di belakang kantor Gubernur (di Kelurahan Oebufu) dan Pantai Lasiana/Atraksi Pembuatan Gula Lempaeng (di Kelurahan Lasiana) serta pengrajin tenun ikat (di Kulurahan Oebobo). Kelima objek ekowisata ini sangat bagus untuk dikembangkan apabila mendapat perhatian lebih dari pihak Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kota Kupang.
Area persawahan dan kebun sayur yang bila dikelola dengan baik menambah manfaat khususnya dibidang pendidikan. Anak-anak sekolah mulai mencari tahu awal penanaman sayur seperti sayur putih (sawi) dan sayur kangkung serta bagaimana cara menanam padi yang menghasilkan beras.
Pantai lasiana merupakan objek wisata alam yang memiliki pesisir pantai yang indah dan tidak kalah menariknya dengan pantai di daerah lain. Pembangunan di daerah ini selain keindahan pantainya, jajanan/produk yang dijual (seperti jagung bakar, pisang bakar dan kelapa mudah), ada juga atraksi budaya yang dapat kita lihat yaitu atraksi pembuatan gula lempeng yang dimulai dari panjat dan mengiris buah tuak sampai pada tahap memasak.
Atraksi pembuatan tenun ikat juga sangat menarik untuk dijadikan salah satu atraksi budaya serta dapat pula dijadikan objek ekowisata yang saat ini perlu kebijakan dari pihak pemerintah, sebab dalam kenyataan pembuatan tenun ikat masih dikelolah secara individu tanpa ada bantuan dana dari pemerintah. Dalam dalam upaya menarikminat wisatawan lebih banyak lagi, atraksi pembuata tenun ikat ini harus memperhatikan beberapa faktor penting:
Berikut merupakan tabel data dari usaha tenun ikat “Rumah Pengrajin Tenun Ikat Kota Kupang NTT”:
Tabel 4.6
Usaha Tenun Ikat “Rumah Pengrajin Tenun Ikat Kota Kupang NTT”
No |
Jennis Produk |
Ukuran (meter) |
Jangka Waktu Penyelesaian (Minggu) |
Jumlah Tenaga Kerja (orang) |
1. |
Sarung |
1,50 |
2 |
7 |
2. |
Jas |
1,75 |
1 |
4 |
3. |
Selendang |
1,25 |
1 |
2 |
Sumber : Data Primer Diolah
Data tabel diperoleh melalui hasil wawancara bersama pemilik tenun ikat Ruba Muri Ibu Bake-Nara (Jumat, 07 Maret 2014 Jam 15.30 Wita) yang berlokasi di Oebobo. Dari tabel diatas dapat dilihat ada tiga (3) jenis Produk yang dihasilkan oleh usaha tenun ikat Ruba Muri ini, antar lain sarung, jas dan selendang. Ukuran dari ketiga produk ini tidaklah sama, seperti sarung ukurannya 1,50 meter, jas 1,75 meter sedangkan selendang 1,25 meter, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1 buah sarung yaitu 2 minggu, jas dan selendang dibutuhkan selama 1 minggu. Ia mempekerjakan 12 orang tenaga kerja akan tetpai mereka bukanlah tenaga tetap dan pada bulan-bulan tertentu Dinas Sosial Naibonat mendatangkan siswa/siswi dengan tujuan magang guna menambah wawasan atau pengetahuan mereka bagaimana proses pembuatan tenun ikat. Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam memproduksi tenun ikat tersebut antara lain: alat untuk guling benang, pemindah ujntuk hading benang atau yang dikenal dengan istlah lolo benang, alat tenun untuk pemidang, dan alat tenun untuk tenun ikat. Selesai alat-alat, adapun jenis benang yang digunakan yaitu benang katun dan benang mesrai. Tenunan yang dipesan harganya sdisesuaikan dengan jenis benang yang dugunakan, jika benang katun yang dipakai harganya reltif murah sebesar Rp 270.000,- per bantal sedangkan jika pesanannya menggunakan benang mesrai harganya relatif mahal sebesar 550.000,- per bantal
Dalam hal ini juga harus adanya peningkatan promosi untuk meningkatkan dan memberikan informasi mengenai potensi objek ekowisata yang ada sehingga setiap wisatawan yang berkunjung dapat menikmati semua potensi yang ada serta ketika mereka pulang kembali mereka dapat menceritakan kepada teman-teman, keluarga dan sahabat karib mereka untuk berkunjung ke lokasi objek ekowisata tersebut.
Seperti yang di ungkapkan oleh Damanik, salah satu konsep perjalanan wisata yaitu menaru perhatian besar pada lingkungan alam dan buda lokal, dimana para wisatawan banyak belajar dari masyarakat lokal, bukan sebaliknya menggurui mereka. Wisatawan yang memiliki motif, minat dan keterkaitan pada hal-hal yang khusus di daerah tujuan wisata, terutama pada konservasi alam akan sangat sensitif dan peduli pada lingkunan sehingga hanya menggunakan sumber daya khususnya sumber daya pertanian. Misalnya wisatawan akan menikmati keindahan padi sawah dengan lahan yang luas serta dapat belajar bagaimana cara membajak tanah, menyamaikan benih, menanam, memberi pupuk, memanem serta membersihkan bulir padi yang berisih dan kosong. Ilmu ini akan sangata bermanfaat bagi wisatawan atapun pelancong khususnya bagi anak-anak sekolah sedangkan bagi masyarakat lokal akan meningkatkan kesejahteraan dengan meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan jasa pelayanan berupa pemberian informasi. Hal ini termasuk juga lahan kebun sayur dengan objek wisatanya di Kota Kupang. Berikut ini tanggapan responden mengenai objek pertanian sawah dan kebun sayur dijadikan ekowisata.
Tabel 4.7
Tanggapan Responden Mengenai Objek Pertanian Sawah dan Kebun Sayur Dijadikan Ekowisata
No |
Tangggapan |
Jumlah (Orang) |
Prosentase (%) |
1. |
Setuju |
18 |
60 |
2. |
Ragu-Ragu |
2 |
6,67 |
3. |
Tidak Setuju |
10 |
33,33 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang mengatakan setuju objek pertanian sawah dan kebun sayur dijadikan ekowisata yaitu sebanyak 18 orang (60%), karena potensi pertanian sangat bermanfaat bagi pendidikan, dimana anak-anak sekolah mempunyai pengetahuan baru tentang cara menanam padi dan sayur. Potensi ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal apabila lebih diperhatikan oleh pihak pemerintah dalam pengelolaannya dan di tata secara baik sehingga menjadikan salah satu daya tarik tersendiri. Dengan begitu para wisatawan banyak belajar dari masyarakat lokal bukan sebaliknya menggurui mereka. 2 (dua) orang (6,67%) memebri jawaban ragu-ragu dengan alasan alokasi pertanian terlihat indah dan menarik hanya pada musim hujan dimana area persawahan itu terlihat hijau. Sedangkan sisanya 10 (sepuluh) orang (33,33%) tidak setuju jika lahan persawahan dijadikan ekowisata sebab lokasi pertanian (sawah) jarang sekali diminati oleh wisatawan apalagi untuk dikunjungi. Dari hasil wawancara bersama Ibu Theresia Foenay (Kamis, 18 Februari 2014 Jam 15.30 WITA) yang merupakan pemilik areah persawahan dan kebun sayur yang berlokasi di kantor Gubernur dan di belakang Ramayana Mall, menerangkan pada musim-musim tertentu lahan-lahan sawah yang dikelolanya mengalami kekeringan. Hal ini disebabkan karena irigasi atau pengairan yang ada kurang mendukung. Sedangkan yang kita ketahui untuk menghasilkan padi yang bermutu, dalam pengerjaannya dibutukan air yang berlimpah ruah. Inilah yang menjadi kendala bagi para petani. Hal inilah yang menjadi masukan kepada Pemerintah Daerah setempat dan Dinas Pariwisata Kota yaitu agar pengairan atau irigasi di lokasi ini agar lebih diperhatikan lagi. Ibu Theresia Foenay menambahkan bahwa, meskipun pada musim-musim tertentu sawah mereka mengalami kekeringan, bukan berarti mereka kehilangan akal dan berputus asa. Sebab, seperti yang kita lihat, selain sawah lahan yang ada juga dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran.
Hakim mendiskusikan bahwa dimensi-dimensi wisata antara lain terdiri atas atraksi, fasilitas, transpotasi dan keramatamahan. Dalam pariwisata, dimensi-dimensi tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat kompetitif penyelenggaraan dan destinasi wisata.
Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa tertentu. Atraksi wisata pantai di Kota Kupang khususnya di Lasiana memiliki pesisir dengan konfigurasi umum lahan datar, berada pada ketinggian nol sampai satu meter dari atas permukaan laut, jenis material tanah yang ada yaitu pasir putih, tanah berpasir, dan tanah coklat tua kemerah-merahan, memilkiki kepadatan pasir yang cukup baik, karenakan adanya abrasi yang terjadi pada pantai. Selain itu ada areal untuk memancing (Teddys Bar) dimana setiap tahun selalu dilakukan lomba memancing dengan pesertanya tidak saja dari Nusa Tenggara Timur tapi dari Bali, Jawa dan lain-lain. Semua atraksi ini membuktikan bahwa Kota Kupang memiliki potensi ekowisata yang sangat besar untuk dikembangkan.
Dengan mengacu pada salah satu karakteristik ekowisata oleh Barkin dalam Damanik, penyedia jasa wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk menarik tamu, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih menghargai lingkungan, sehingga keunikan ODTW dan Lingkungannya tetap terpelihara dan masyarakat lokal serta wisatawan berikutnya tetap terpelihara dan masyarakat dapat menikmati keunikan tersebut.
Namun demikian daya tarik objek tersebut tidak sederhana seperti yang dipaparkan di atas, yaitu mengandalkan tata letak semata justru perlu menunjang dengan sarana maupun prasarana. Ini dimkasudkan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan para pengunjung yang tertarik mendatangi daerah tujuan pantai Lasiana. Laut yang biru dan pantai yang indah berusaha untuk menarik wisatawan dengan menyediakan fasilitas untuk bersenang-senang atau berolahraga di laut. Berbagai kegiatan dapat dilakukan termasuk menyelam (Diving), barlayar, memancing dan lain-lain. Berikut ini tanggapan responden mengenai objek Pantai Lasiana dijadikan ekowisata
Tabel 4.8
Tanggapan Responden Mengenai Objek Pantai Lasiana Dijadikan Ekowisata
No |
Tanggapan |
Jumlah (orang) |
Prosentase (%) |
1. |
Setuju |
30 |
100 |
2. |
Ragu-ragu |
- |
- |
3. |
Tidak Setuju |
- |
- |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Dari jawaban responden, terlihat sangat jelas bahwa 30 orang responden (100%) seluruhnya setuju jika objek pantai Lasiana dijadikan objek ekowisata. Karena, pantainya yang sangat indah dan juga merupakan bentangan panorama alam dengan ketersedian fasilitas (lopo, alat permainan anak, panggung hiburan, kolam renang) yang cukup memadai dibandingkan dengan objek wisatta lainnya, akan tetapi adanya sedikit perbaikan dari fasilitas-faslitas yang ada sehingga pantai Lasiana ini dapat dikenal lagi oleh para pengunjung pantai tersebut.
Hal yang menarik dari lokasi pantai Lasiana ini yaitu disekitar lokasi objek wisata ini ada satu atraksi budaya yang sangat menarik untuk dinikmati. Atraksi proses pembuatan gula lempeng merupakan salah satu budaya langkah, tidak bisa ditemu di daerah lain kecuali di daerah Nusa Tenggara Timur khususnya Kota Kupang. Atraksi budaya inilah yang membuat para wisatawan tertarik untuk datang berkunjung. Proses pembuatan gula lempeng dimulai dari tahap neik pohon tuak pagi-pagi hari,m pengirisan buah tuak dari satu pohon ke pohon yang satu, memasak sampai tahap pencetakan. Satu hal yang selama ini belum begitu diperhatikan oleh orang-orang yang usaha sehari-harinya membuat gula lempeng yaitu pengemasan gula lempeng tersebut. Pengemasan dari suatu produk sangat penting untuk lebih diperhatikan lagi agar terlihat lebih bersih dan higenis. Karena gula lempeng adalah salah satu produk makanan asli khas daerah Nusa Tenggara Timur yang banyak disukai oleh wisatawan asing
Hakim menjelaskan atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas atau hiburan. Kota Kupang memiliki potensi alam dalam bentuk objek wisata yang sangat menarik. Objek wisata ini memiliki keunggulan atraksi yang dapat berupa atraksi alam dan atraksi buatan manusia. Dengan mangacu kepada pendapat Yoeti, maka atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat dilihat atau dikasih-kasihkan tanpa membayar, akan tetapi untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu. Seperti halnya dengan atraksi pembuatan gula lempeng yang merupakan salah satu atraksi dimana tujuannya memberikan kenilkmatan dan pengetahuan kepada wisatwan.
Atraksi pembuatan gula lempeng yang terbuat dari buah tuak yang dapat kita lihat di Kelurahan Lasiana, Kecematan Kelapa Lima. Atraksi budaya ini merupakan atraksi khas Nusa Tenggara Timur. Untuk kepentingan masyarakat lokal Kota Kupag dan dalam rangka usaha penanggulangan kemiskinan, atrakasi ini perlu dimanfaatkan agar dapat menarik wisatawan kembali mengunjungi objek wisata Kota Kupang. Atraksi alam, atraksi buatan manusia dan atraksi budaya perlu disajikan dan dipresentasikan secara profesional dengan tidak meninggalkan keasliannya namun perlu adanya pembangunan dan perluasan objek menjadi lebih menarik. Seperti halnya diungkapkan oleh Yoeti, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk agar atraksi yang disampaikan terlihat sangat menarik yaitu:
Berikut ini tanggapan responden mengenai atraksi pembuatan gula lempeng dijadikan ekowisata.
Tabel 4.9
Tanggapan Responden Mengenai Atraksi Pembuatan Gula Lempeng dijadikan Ekowisata
No |
Tanggapan |
Jumlah (orang) |
Prosentase (%) |
1. |
Setuju |
23 |
76,67 |
2. |
Ragu-ragu |
- |
- |
3. |
Tidak Setuju |
7 |
23,33 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Sesuai data pada tabel 4.9 di atas, jawaban responden mengatakan setuju dengan jumlah 23 orang (76,67%), dengan alasan atraksi pembuatan gula lempeng merupakan suatu atraksi budaya yang langka yang tidak bisa ditemukan oleh wisatawan di daerah lain kecuali di daratan pulau Timor. Sedangkan sisanya 7 orang (23,33%) mengatakan tidak setuju dengan alasan tidak tahu pasti sejauh mana atraksi budaya ini dikemabangkan sehingga atraksi dimasukkan menjadi salah satu lokasi objek ekowisata.
Berdasarkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang dikemukakan oleh Heher dalam Damanik (2004:78-79), dapat dikatakan ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja bagi masyarakat lokal dan pendapatan serta mendapatkan manfaat dari aktivitas wisata yang dikembangkan, seperti sanitasi, pendidikan dan perbaikan ekonomi.
Masyarakat yang dimaksudkan oleh penulis adalah orang-orang yang tinggal disekitar lokasi objek ekowisata. Ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian umum. Ekowisata mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang membedakannya dengan bentuk wisatawan lain, misalnya:
Ekowisata merupakan salah satu sektor primadona pembangunana di Nusa Tenggara Timur dan khususnya di Kota Kupang karena memiliki potensi objek dan daya tarik wisata yang sangat variatif, baik yang ada di daratan maupun wilayah lautan. Keunggulan komparatif yang dimiliki adalah letak geografisnya yang dekat dengan Bali yang merupakan pintu masuk utama wisatawan mancanegara. Berikut ini tanggapan responden mengenai keiikutsertaan masyarakat dalam pengembangan ekowisata.
Tabel 4.10
Tanggapan Responden Mengenai Keiikutsertaan Masyarakat dalam Pengembangan ekowisata
No |
Tanggapan |
Jumlah (orang) |
Prosentase (%) |
1. |
Setuju |
27 |
90 |
2. |
Ragu-ragu |
- |
- |
3. |
Tidak Setuju |
3 |
10 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Tabel di atas menunjukkan, dari 30 responden yang diwawancari dan memberi tanggapan setuju yaitu sebanyak 27 orang (90%). Hal ini, dikarenakan pengembangan ekowisata dapat membantu masyarakat setempat dengan membuka usaha sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, misalnya menjual aneka produk makanan. Selain itu, dengan adanya pengambangan ekowisata dengan sendirinya mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi. Sisanya sebanyak 3 orang (10%) memberi tanggapan tidak setuju atau tidak terlibat dalam pengembangan ekowisata di Kota Kupang. Ketidakikutsertaan para masyarakat tersebut disebabkan kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya ekowisata bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan di Kota Kupang.
Potensi Sumber Daya Manusia dapat meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan. Dalam upaya prospek pengembangan lokasi objek-objek ekowisata dibutuhkan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan sehingga terjadi interaksi langsung dan komunikasi yang baik dalam sautu perancanaan sampai pada pengembangannya. Pengertian investor yang dimaksudkan oleh penulis yaitu orang yang dipercayakan oleh pemerintah untuk membantu dalam usaha pengelolaan serta perbaikan fasilitas-fasilitas yang sudah rusak di daerah objek wisata yang ada. Damanik menjelaskan untuk menjalankan peran yang sangat strategis, Pemerintah perlu menyususn rencana yang jelas misalanya, tata guna lahan untuk wisata harus dituangkan dalam bentuk rencana yang sangat jelas: bagaimana daya dukung lingkungan, berapa rata-rata kapasitas atau daya tampung lokasi untuk wisatawan, dimana lokasi akomodasi, tempat parkir, taman, tempat atraksi, bagaimana rute jalan ke dan di dalam kawasan wisata dan sebagainya.
Perbaikan infrastruktur yang rusak tidak mungkin dikelolah oleh pihak pemerintah sendiri, dengan alasan itulah maka sumber daya manusia dalam hal ini pihak investor diberi tugas dan dipercayakan untuk membantu pemerintah. Berikut ini tanggapan responden mengenai potensi sumber daya manusia dalam pengelolaan ekowisata oleh investor.
Tabel 4.11
Tanggapan Responden Mengenai Potensi Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Ekowisata Dilakukan Oleh Investor
No |
Tanggapan |
Jumlah (orang) |
Prosentase (%) |
1. |
Setuju |
15 |
50 |
2. |
Ragu-ragu |
5 |
16,67 |
3. |
Tidak Setuju |
10 |
33,33 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Tabel di atas menunjukkan 15 orang (50%) mengatakan setuju apabila potensi SDM dalam pengelolaan ekowisata dilakukan oleh investor. Karena investor dapat membantu pemerintah dalam hal promosi, sehingga dapat menggalakkan kegiatan ekonomi masyarakat, mengurangi pengangguran dengan membuka lapangan kerja serta menambah devisa negara mengatakan ragu-ragu atau tidak mengetahui secara pasti tentang peranan investor dalam pengelolaan ekowisata di Kota Kupang. Sedangkan sisanya sebanyak 10 orang (33,33%) mengatakan tidak setuju dengan alasan sampai saat ini pengelolaan ekowisata di Kota Kupang masih dalam tanggungjawab Pemerintah Daerah dan dinas Pariwisata.
Peningkatan Promosi, promosi dilakukan untuk memperkenalkan objek ekowisata sehingga dapat dikenalk oleh banyak orang dan para wisatawan pun dapat mengetahui serta mereka dapat berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut Damanik menjelaskan ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai daerah wisata masal. Sedangkan ekowisata yang dimaksukan oleh penulis yaitu jenis pariwisata yang kegiatan yang berkaitannya dengan lingkungan dan dengan berbagai bentuk kehidupan dalam kondisi apa adanya yang menjanjikan dimana begitu banyak manfaat yang diberikan bagi setiap daerah lokasi objek ekowisata yang menata sistem pariwisatanya dengan teratur.
Dengan adanya promosi yang akan dilakukan maka semua objek atau potensi wisata yang dapat dijadikan ekowisata tersebut dapat di ketahui dan dikenal oleh banyak orang. Promosi ini dapat dilakukan melalui media masa dan media eletronik serta dari mulut ke mulut. Disamping itu juga sudah penulis jelaskan diatas bahwa semua objek ekowisata ini dapat dipromosi oleh pihak-pihak yang berkepentingan serta dari penulis sendiri juga dapat mempromosikan lewat semua media baik media masa maupun eletronik.
Penataan serta perbaikan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas yang ada di lokasi ekowisata, apabila diperhatikan oleh pihak pemerintah sehingga terlihat lebih indah, dengan sendirinya menjadikan ekowisata sebgai sektor andalan bagi Kota Kupang. Berikut ini tanggapan responden mengenai ekowisata dijadikan sebagai sektor andalan.
Tabel 4.12
Tanggapan Responden Peningkatan Promosi Mengenai Ekowisata yang Dapat Dijadikan Sebagai Sektor Andalan di Kota Kupang
No |
Tanggapan |
Jumlah (orang) |
Prosentase (%) |
1. |
Setuju |
28 |
93,33 |
2. |
Ragu-ragu |
- |
- |
3. |
Tidak Setuju |
2 |
6,67 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah
Sesuai data pada tabel 4.12 di atas dapat dilihat, dari 30 responden menjawab setuju dengan jumlah responden sebanyak 28 orang (93,33%). Apabila objek-objek wisata dikelolah dengan baik dan secara profesional, dan dapat dipromosikan secara besar-besaran sehingga terlihat menarik di mata wisatawan dan mereka mempunyai keinginan untuk berkunjung kembali. Sedangkan sisanya sebanyak 2 orang (6,67%) menjawab tidak setuju karena mereka berpendapat ekowisata bukanlah satu-satunya sektor utama dalam meningkatkan pertumbuhan pembangunan dan ekonomi di Kota Kupang melainkan hanya sebagai sektor pendukung.
Untuk itu setiap potensi yang sudah penulis jelaskan tersebut dapat di promosikan dengan baik maka dengan sendirinya Kota Kupang dapat dikenal dengan objek ekowisata yang tidak kalah menariknya dengan daerah lain.
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis IFAS dan serta SWOT, yaitu dengan melihat kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), ancaman (Threats) potensi objek pariwisata di Kota Kupang yang dijadikan sebagai objek ekowisata.
Program pengembangan objek ekowisata di Kota Kupang berdasarkan data yang dikumpul di identifikasi terhadap unsur IFAS dan EFAS serta SWOT, baik untuk unsur internal maupun eksternal, maka diperoleh matrik IFAS dan EFAS serta SWOT sebagai berikut:
Tabel 4.13
INTERNAL FAKTOR STRATEGI (IFAS)
Faktor-faktor Strategi Internal |
Bobot |
Ranting |
Faktor Pembobotan |
Komentar |
Kekuatan : Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.
|
0,15
0,15
0,15
0,10
|
3
2
3
4 |
0,45
0,30
0,30
0,60 |
Memiliki alam yang baik Potensi alam yang berkualitas
Sudah baik tapi masih kurang
Kulaitas kermatamahan sudah baik. |
Kelemahan : Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.
|
0,15
0,10
0,05
0,05
0,05 |
4
4
3
2
2 |
0,60
0,40
0,15
0,10
0,10 |
Hubungan yang baik anamun kurang dukungan dari masyarakat
Lambat untuk pembuatan Master Plan Lambat dalam membangun sarana dan prasarana Sudah baik tapi masih kurang Lemahnya SDM |
TOTAL |
1,00 |
|
3,15 |
|
Tabel 4.14
EKSTERNAL FAKTOR STRATEGI (EFAS)
Faktor-faktor Strategi Eksternal |
Bobot |
Ranting |
Faktor Pembobotan |
Komentar |
Peluang : Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.
|
0,16
0,15
0,12
0,10
|
4
4
2
3 |
0,64
0,60
0,24
0,30 |
Perlu kerjasama dengan instansi terkait
Adanya pengendalian terhadap lingkungan |
Ancaman : Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.
|
0,12
0,10
0,10
0,10
0,05 |
2
2
2
1
1 |
0,,24
0,20
0,20
0,10
0,05 |
Perlu hati-hati terhadap tantangan bau
Hati-hati dalam menghadapi tantangan
Perlu diperhatikan |
TOTAL |
1,00 |
|
2,57 |
|
Sumber: Hasil Olahan Data
Dari tabel IFAS dan EFAS didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal, dengan menggunakan model internal-eksternal Matrik Wheelen (1995:45) dalam Rangkuti Fredy (1997:137). Berdasarkan internal dan eksternal matrik, dengan nilai total skor IFAS = 3,15 dan EFAS = 2,57 menunjukkan bahwa objek ekowisata di Kota Kupang memiliki kekuatan dan peluang, namun memiliki kelemahan-kelemahan yang lebih dipengaruhi faktor internal yang berdampak pada pengmabangan objek ekowisata di Kota kupang.
Berbagai alternatif dapat dirumuskan bedasarkan model analisis SWOT Matrik. Keunggulan Matrik ini adalah dengan mudah memformulasikan strategi yang diperoleh. Analisis dengan menggunakan model SWOT Matrik ini menggunakan data yang diperoleh dari tabel IFAS dan EFAS.
Tabel 4.15
EKSTERNAL FAKTOR STRATEGI (EFAS)
S (Strengths) Kekuatan |
W (Weaknasess) Kelemahan |
|
|
O (Opportunities) Peluang
|
Strategy (ST) |
Strategy (WO) |
Saluran informasi yang telah memadai bagi para pelanggan jasa penginapan untuk mengetahui produk jasa yang ada
|
Pertahankan jenis kegiatan dan media promosi yang ada. |
Perluas jenis kegiatan dan media promosi yang telah digunakan untuk menarik wisatawan yang lebih banyak lagi ke lokasi objek ekowisata |
Ancaman (Threat)
|
Strategy (ST) |
Strategy (WO) |
|
|
|
|
|
|
Setelah dilakukan perangkingan, dapat dikethui tiga alternatif strategi yang menjadi prioritas utama dalam upaya pengembangan objek ekowisata pantai Lasiana, Pembuatan gula Lempeng, persawan dan kebun sayur, yaitu Pertama, menambah fasilitas sarana dan prasarana penunjang, serta gencar melakukan promosi yang bekerjasama dengan Pemerintah untuk mempertahankan citra pengunjung terhadapa objek ekowisata yang ada dalam menghadapi perkiraan stabilitas ekonomi yang lebih baik. Kedua, mengantisipasi persaingan antar objek ekowisata dengan meingkatkan kualitas, kuantitas dari sumberdaya alam dan sumber daya manusia, menyesuaikan harga tiket dengan fasilitas permintaan rekreasi yang sangat elastis, serta mingkatkan pomosi kepada masyarakat luas dalam menghadapi keadaan politik ekonomi Indonesia yang saat ini tidak stabil. Ketiga, memperbaiki citra objek ekowisata untuk meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan, serta selalu melakukan promosi dan memperkenalkan lingkungan alam yang indah dengan persawahan yang akan dijadikan sebagai objek ekowisata di Kota Kupang.
Pengkajian tentang kekuatan dan kelemahan ini merupakan kegiatan mawas diri dan menentukan kesuksesan atau keberhasilan dalam pengembangan pariwisata. Dengan analisis kekuaatan dan kelemahan dapatlah dilihat peluang dan ancaman yang mungkin muncul dan dihadapi. Dengan kata lain, dianalisisnya kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman akan dapat diramalkan bagaimana keadaan masa sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga apat ditentukan kebijaksanaa-kebijaksanaan dalam pengembangan usaha usaha pariwisata dimasa yang akan datang. Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis penelitian yang peneliti peroleh maka analisis yang dapat peneliti buat adalah sebagai berikut:
Dari hasil analisis dan identifikasi di atas, dapat diketahui bagaimana keadaaan pemasaran pariwisata objek ekowisata yang sudah di tentukan oleh peneliti di Kota Kupang dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Sehingga analisis SWOT di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
|
|
Diagram 1. Internal-Eksternal
Sumber: Rangkuti (1999)
Penentuan Posisi Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan model Intelnal-Eksternal Matrik (Wheelen, 1995:45). Berdasarkan Internal-Eksternal Matrik, dengan nilai total skor IFAS = 3,15 dan EFAS = 2,57
Kota Kupang yang memiliki keunikan dan keunggulan, akan tetapi sampai saat ini pihak Pemerintah belum memberikan perhatian dalam upaya pembenahan pada infrastruktur serta fasilitas yang tersedia di lokasi wisata. Potensi hutan, kebun, sawah, laut dengan keanekaragaman hayati dan keunikan ekosistem yang ada di dalamnya belum dipandang sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan, bukan hanya bermanfaat secara ekonomi namun juga akan menjaga keberlanjutan hidup.
Ekowisata merupakan suatu modal pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (dan segala bentuk budaya yang menyertai) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan, dan pemahaman yang baik untuk dapat mengembangkan potensi yang ada kepada masyarakat setempat objek wisata tersebut. Ekowisata sendiri juga merupakan salah satu bentuk wisata khusus atau perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (TIES : 2000).
Dari penjelasan ekowisata di atas dapat dilihat bahwa pengembangan ekowisata di kota Kupang akan nmemberikan suatu poin penting untuk prospek yang baik kedepan serta dapat melestarikan lingkungan dan kesejahteraan penduduk setempat. Seperti objek wisata yang ada di sekitar lakosi tersebut serta dapat memperlancarkan arus kunjungan wisatwan dan dapat mempromosikan ke luar daerah.
BAB V
PENUTUP
Secara keseluruhan dari hasil analisis SWOT diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pengembangan ekowisata di Kota Kupang berdasarkan identifikasi terhadap unsur SWOT, baik untuk unsur internal maupun unsur eksternal, maka diperoleh matrik SWOT strategi pengembangan ekowisata in dapat diketahui tiga alternatif strategi yang menjadi prioritas utama dalam upaya pengembangan ekowisata di Kota Kupang, yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, dkk. 2006. Perencanaan Ekowisata. Dari Teori Ke Aplikasi, Penerbit Andi.
Depporpostel. 1995. Indonesia bahan Penyuluhan/Pembinaan Pariwisata. Dirjen Pariwisata (Proyek Pembangunan Pariwisata NTT-Kupang).
Mulyadi dan Nurhayati S. 2001. Pengertian Pariwasta. Penerbit Dirjen Pariwisata Seni dan Budaya Pusat, Jakarta.
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung.
Pendit S. Nyoman. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradaya Paramita. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990. Tentang Kepariwisataan. Diperbanyak Oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Kupang.
Wahab, Salah. 1997. Pemasaran Pariwisata. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Pariwisata. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Yoeti A. Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata. Angkasa Bandung.
Avenzora, R. 2003b. Ekoturisme: Evaluasi Konsep. Media Konservasi, Jurnal Ilmiah Bidang Konservasi sumberdaya Alam Hayati dan Lingkungan. Vol. VIII/Nomor 2, Juni 2003. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Pengusahaan Ekowisata (2000), Chafid Fandeli., Mukhlison., Fakultas Kehutanan Univ. Gadjah Mada Yogyakarta
(TIES:200), Pengertian Ekowisata
Muriatno G, dkk: “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Daerah Istimewa Yogyokarta”.
Tarimungkeng dan Coto Zahrial ; Consep Ekotourisme.
Muladi, penduduk lokal di berbagai pelosok wilayah nusantara di pesisir atau pegunungan memiliki ketangguhan budaya.
Samsuridjal dan kaelany, (1997:3), manfaat dan motivasi berwisata.
Eplerwood, 1999; defenisi Ekowisata sebagai bentuk baru perjalanan ke area alami
Alan A. Leg. 1996; Kegiatan Petualangan, Wisata Alam, Budaya Alternatif yang mempunyai karakteristik
Honey dan Hakim 2004:54-56; kriteria-kriteria sebuah ekowisata
Astita, Dendi. 2006. Strategi dan Pengalaman Pengembangan Rantai Nilai Rumput Laut Di Desa Kwangko. GLG Conference & Seminars.
http://www.ekowisata.info/definisi_ekowisata.html
Alan A. Leg, The Ecotourism Travel Market in The Asia Pasific Region (1996)
http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-analisis-swot.html (Dikutif dari id.wikipedia.org)
Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Umum
Undang-undang Kepariwisataan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009.
.................,1995, Bahan Penyuluhan Sadar Wisata Sapta Pesona dan Pariwisata Nusa Tenggara Timur Selayang Pandang, Penerbit Dirjen Pariwisata (Proyek Pengembangan Pariwisata NTT), Kupang.
L A M P I R A N
Tabel 1.1
Keunikan Objek Wisata Nusa Tenggara Timur Sebagai Berikut :
No |
Objek Wisata |
Kabupaten |
Keterangan |
1. |
Pemandangan Tempat Wisata Pantai Kolbano |
Timor Tengah Selatan |
Pantai ini unik dengan batu yang berwara-warni yang sangat indah, dan pasir pun demikian warnanya. |
2. |
Objek Wisata Riung 17 Pulau |
Ngada |
Objek wisata ini memang jelas unik karena memiliki banyak pulau. |
3. |
Tempat Wisata Megalitik Bena |
Sumba Barat |
Merupakan Perkampungan Tradisional yang sangat unik dengan kehidupan masyarakat yang ada di Desa Tiworiwu, Ngada. |
4. |
Objek Wisata Pulau Komodo |
Manggarai Barat |
Merupakan hewan langkah yang hanya terdapat di Manggarai, NTT karena hewan tersebut adalah hewan Purba yang harus tetap dipelihara. |
5. |
Objek Wisata Batu Termanu |
Rote Ndao |
Merupakan objek wisata yang sangat memukau para wisatawan. |
6. |
Objek Wisata Danau Tiga Warna Kelimut |
Ende |
Objek wisata ini dikenal dengan danau tiga warna dan sudah dikenal pada zaman Kolonialisme. Danau ini sangat indah para wisatawan banyak yang berkunjung. |
7. |
Objek Wisata Taman Laut Selat Pantar |
Alor |
Salah satu objek wisata taman bawa laut yang sangat indah yang ada di Kab. Alor NTT. |
8. |
Objek Wisata Perburuan Ikan Paus di Lamalera Lembata |
Lembata |
Keunikannya ialah Semburan air yang menjulang tinggi di tengah laut menunjukkan adanya ikan paus (baleo) yang sedang melintas. Teriakan 'baleo' tak lama kemudian semakin menggema dan sahut menyahut di setiap lorong di Desa Lamalera. |
Sumber Data: Informasi Dinas Pariwisata Kupang dan Pariwisata NTT
Tabel 1.2
Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Alam Kota Kupang
Sebagai Berikut:
No |
Objek Wisata Alam |
Lokasi/Letak Objek Wisata |
Potensi Yang Alam Yang Ada |
1. |
Pantai Lasiana |
Kelurahan Lasiana |
Pantai berpasir putih yang indah Pepohonan nyiur dan lontar |
2. |
Pantai Nunsui |
Kelurahan Oesapa |
Pantai berpasir putih yang indah Aneka pepohonan yang rindang |
3. |
Pantai Paradiso |
Kelurahan Oesapa |
Pantai yang bersih, indah dengan tumbuhan pohon lontar |
4. |
Pantai Flobamora |
Kelurahan Pasir Panjang |
Pantai karang yang indah dan jernih Aneka pohon pelindung |
5. |
Pantai Ketapang Satu |
Kelurahan Tode |
Pantai karang dan keindahan laut |
6. |
Pantai Solor / Taman Kota |
Kelurahan Pasir Panjang |
Taman buatan dengan pemandangan laut dan kesibukan kota |
7. |
Pantai Nunhila |
Kelurahan Nunhila |
Pantai yang indah |
8. |
Pantai Nunbaun Sabu |
Kelurahan Nunbaun Sabu |
Pantai yang indah |
9. |
Pantai Kelapa Lima |
Kelurahan Kelapa Lima |
Pantai berpasir putih Tempat pendaratan perahu nelayan |
10. |
Pantai pasir Panjang |
Kelurahan Pasir Panjang |
Pantai berpasir putih Tempat pendaratan perahu nelayan |
11. |
Pantai Namosain |
Kelurahan Namosain |
Pantai Yang Indah Yang Menjadi Pelabuhan Rakyat |
12. |
Gua Monyet Kelapa Satu |
Kelurahan Namosain |
Memiliki satwa monyet dalam jumlah ratusan ekor |
13. |
Gua Monyet Kelapa Lima |
Kelurahan Kelapa Lima |
Memiliki satwa monyet yang liar dan jinak |
14. |
Gua Alam Oebobo |
Kelurahan Oebobo |
Gua alam yang indah dan menarik |
15. |
Gua Meriam Nunbaun Delha |
Kelurahan Nunbaun Delha |
Memiliki sejarah pada zaman penjajahan |
16. |
Gua Alam Fatukoa |
Kelurahan Fatukoa |
Didalamnya terdapat stalaktit dan stalakmit yang indah dan disekitar mulut gua terdapat hutan cendana dan hutan jati yang sejuk |
17. |
Gua Alam Kelapa Lima |
Kelurahan Kelapa Lima |
Gua alam yang indah
|
18. |
Hutan Lindung Fatukoa |
Kelurahan Fatukoa |
Hutan cendana dan jati yang rindang dan sejuk |
19. |
Hutan Lindung Naimata |
Kelurahan Naimata |
Kawasan hutan yang sangat sejuk dengan aneka pepohonan |
20. |
Hutan Lindung Belo |
Kelurahan Belo |
Kawasan hutan dengan aneka pepohonan yang sejuk |
21. |
Hutan Lindung Alak |
Kelurahan Alak |
Kawasan hutan dengan aneka pepohonan yang sejuk |
22. |
Mata Air Oelon |
Kelurahan Sikumana |
Mata air alam dengan aneka pepohonan |
23. |
Mata Air Sagu |
Kelurahan Bakunase |
Mata air alam dengan aneka pepohonan yan sejuk
|
24. |
Mata Air Tabun |
Kelurahan Manulai II |
Mata air alam dengan tempat pemandian dan pengisian tengki air |
25 |
Mata Air Fatubesi |
Kelurahan Fatubesi |
Mata air alam dengan tempat pemandian dan pengisian tengki air |
26. |
Mata Air Bakunase |
Kelurahan Bakunase |
Mata air alam dengan tempat pemandian dan pengisian tengki air |
Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang
Tabel 1.3
Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Budaya Kota Kupang
Sebagai Berikut:
No |
Objek Wisata Budaya |
Lokasi/Letak Objek Wisata |
Potensi Budaya Yang Ada |
1. |
Situ Taibenu |
Kelurahan Manutapen |
Situs Peninggalan raja-raja Taibenu (Peninggalan Sejarah) |
2. |
Situs Kuburan Belanda |
Kelurahan Nunhila |
Peninggalan Sejarah |
3. |
Rumah Raja Kupang |
Kelurahan Naikoten I |
Peninggalan Sejarah |
4. |
Rumah Kompetei |
Kelurahan Bakunase |
Peninggalan Sejarah |
5. |
Bunker Jepang |
Kelurahan Bakunase |
Peninggalan Sejarah |
6. |
Bunker Jepang |
Kelurahan Liliba |
Peninggalan Sejarah |
7. |
Meriam Jepang |
Kelurahan Kelapa Lima |
Peninggalan Sejarah |
8. |
Meriam Sekutu |
Kelurahan Nunbaun Delha |
Peninggalan Sejarah |
9. |
Penjara Belanda |
Kelurahan Fontein |
Peninggalan Sejarah |
10. |
Benteng Concordia |
Kelurahan Fatufeto |
Peninggalan Sejarah |
11. |
Gereja Kota Kupang |
Kelurahan LLBK |
Gereja Tertua di Kota Kupang dengan nuansa arsitek yang indah |
12. |
Katedral Kristus Raja |
Kelurahan Bonipoi |
Tempat ibadah umat Katholik di Kota Kupang dengan arsitek yang indah |
13. |
Pura Hindu |
Kelurahan Fatubesi |
Tempat Ibadah Umat Hindu dengan ciri khas Hindu Bali |
14. |
Mesjid Raya Nurhuda |
Kelurahan Fontein |
Tempat ibadah Umat Muslim, mennjadi terbesar di Kota Kupang |
15. |
Klenteng Kupang |
LLBK |
Tempat ibadah Umat Kungfutsu, yang asri dan indah dengan arsitekturnya |
16. |
Patung Sonbai |
Kelurahan Bonipoi |
Karya tangan pemahat/pematung anak daerah |
17. |
Patung Kirab Remaja |
Kelurahan Fatululi |
Karya tangan pemahat/pematung anak daerah |
18. |
Patung Eltari |
Kelurahan Oebobo |
Karya tangan pemahat/pematung anak daerah |
19. |
Patung HKSN |
Kelurahan Fatukoa |
Hutan cendana dan jati yang rindang dan sejuk |
20. |
Hutan Lindung Naimata |
Kelurahan Naikoten |
Karya tangan pemahat/pematung anak daerah |
21. |
Tugu Pancasila |
Kelurahan LLBK |
Peninggalan Sejarah |
22. |
Tugu Jepang |
Kelurahan Penfui |
Peninggalan Sejarah |
23. |
Museum Negeri-NTT |
Kelurahan Fatululi |
Museum negeri sebagai sumber seni dan budaya |
24. |
Museum Eltari |
Kelurahan Oetete |
Museum Pribadi dan tempat Belajar |
Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang
Tabel 1.4
Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Minat Khusus Kota Kupang
Sebagai Berikut :
No |
Objek Wisata Minat Khusus |
Lokasi/Letak Objek Wisata |
Potensi Minat Khusus Yang Ada |
1. |
Flobamora Mall |
Kelurahan Oebufu |
Tempat Belanja segala kebutuhan ruamh tangga, Billyard, Pub, Karaoke, Fitnes, dan Area Bermain Anak-anak. |
2. |
Persawahan |
Kelurahan Oebufu |
Ketika orang-orang selesai berbelanja di mall, maka mereka bisa melihat dan membeli sayur-sayur segar dari petani di persawahan yang di belakang kantor Gubernur, atau di belakang ramayana mall |
Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang
Tabel 1.5
Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Lainnya di Kota Kupang Sebagai Berikut :
No |
Objek Wisata Lainnya |
Lokasi/Letak Objek Wisata |
Potensi Lainnya Yang Ada |
1. |
Kolam Airnona |
Kelurahan Airnona |
Kolam buatan tempat pemandian |
2. |
Kolam Fontein |
Kelurahan Fontein |
Kolam Renang |
3. |
Cekdam Naioni |
Kelurahan Naioni |
Tempat penampungan air bersih untuk irigasi |
4. |
Cekdam Manutapen |
Kelurahan Manutapen |
Tempat penampungan air bersih untuk irigasi dan keperluan rakyat |
5. |
Taman Kota |
Kelurahan Kampung Solor |
Tempat rekreasi/taman kota yang rindang |
6. |
Taman kalpataru |
Kelurahan Fatubesi |
Taman Buatan dengan artistik pohon kalpataru |
7. |
Taman Nostalgia |
Kelurahan Kelapa Lima |
Taman Buatan dengan arsitektur yang indah |
Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |