Setelah keputusan tersebut, segeralah dilaksanakan ritual mandi membersihkan diri dengan perasan jeruk yang kemilau dan remasan langir berbusa. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan bau orang Bottilangi. Talagaunru melangiri anak dewa itu. Dettiyana menggosok kedua lengannya bersama Punnabarata. Wellomparek memasangkam sarung berhiasnya setelah mandi. Dikeringkan pula badannya diatas kursi keemasannya sambil dikipas oleh Letenriwu, serta diiringi ratusan alat upacara Bottilangi. Setelah bersiap, dipanggillah Batara Guru menghadap Datu Patotoe. Sang dewa membuka badik agungnya lalu melilitkannya dipinggang Batara Guru. Mahkotanya pun diletakkan diatas kepala Batara Guru. Gelang serta cincin Datu Patotoe juga diserahkan kepada anaknya. Tidak lupa cincin ibundanya. Merekapun bertangis-tangisan bersama saudara-saudara yang lainnya. Menangis pula seluruh inangnya. Sang To Manurungpun turun ke Perettiwi. Batara Guru turun menggunangan usungan bambu betung. Dengan bekal talettimperek, siri...
Suku Duri merupakan suku asli provinsi Sulawesi Selatan yang bermukim di daerah pegunungan di kabupaten EnrekangImage. Suku Duri tidak terlalu terkenal di Indonesia, tetapi terkenal di Pulau Sulawesi, suku ini menghuni di Kecamatan Anggeraja, tempat berada Gunung Nona atau gunung yang menyerupai alat kelamin perempuan, sehingga terkadang Turis Mancanegara maupun domestik yang ingin menuju Tana Toraja mampir dulu sejenak di warung-warung makan yang terletak di daerah antara desa Kotu dan desa Cakke untuk menikmati pemandangan alamnya. Cakke sendiri merupakan bahasa suku Duri yang berarti dingin, karena suhu pada malam hari hingga pagi hari bisa mencapai 0°C. Suku Duri tergabung dalam kesatuan suku Massenrempulu bersama suku Enrekang dan suku Marowangin. Banyak yang mengatakan, suku Masserempulu merupakan kombinasi antara dua suku yaitu suku Bugis dan suku Toraja. Sedangkan suku Masserempulu sendiri tidak memiliki adat mengenai kematian, pernikahan, pakaian, dan lainnya. San...
Sebelum dikenal sebagai Kampung Rawa Tembaga, kampung yang berada di Kelurahan Pekayon jaya itu disebut Kampung Pekayon Bulak. Hingga saat ini, sebuah rawa masih bisa ditemui di sana. Berdasar keterangan warga setempat, Rawa Tembaga melintas dari Jatiasih hingga Pondok Ungu. Misin (66) salah seorang warga setempat mengatakan, awal mula penyebutan Kampung Rawa Tembaga karena di daerah sana di temukan sebuah rantai kapal yang terbuat dari tembaga di dalam rawa tersebut. Tempat penemuan rantai kapal itu, saat ini berdiri sebuah perumahan bernama Villa Pekayon. “Lantaran munculnya rantai kapal ini sering dan mengundang perhatian warga maka, rawa ini menjadi tempat plesiran,” kenang Misin. Ditambahkan pria yang tinggal di gang Gayor, Pekayon jaya, di sekitar rawa ditumbui pepohonan yang lebat yang didominasi pohon karet. Pernyataan Misin, tentang asal usul Kampung Rawa Tembaga juga dikuatkan oleh Demplek (70). Menurut pemilik sanggar kesenian jaipong...
Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka berasal dari daerah Bengkulu Utara. Putri Gading Cempaka adalah putri bungsu dari Raja Ratu Agung. Raja Ratu Agung sendiri berasal dari Kerajaan Majapahit. Berdasarkan cerita, Putri Gading Cempaka merupakan leluhur dari raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Sungai Lemau, Bengkulu Utara. Alkisah pada zaman dahulu, di daerah Bengkulu Tinggi, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sungai Serut. Ratu Agung, seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit, merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Sungai Serut. Konon, ia merupakan penjelmaan dewa dari Gunung Bungkuk yang bertugas mengatur kehidupan di bumi. Ratu Agung memerintah Kerajaan Sungai Serut dengan arif bijaksana. Ia sangat disegani oleh rakyatnya, meskipun rakyat yang dipimpinnya adalah bangsa Rejang Sawah yang memiliki perawakan tinggi besar. Ratu Agung mempunyai enam orang putra dan seorang putri. Keenam putra Ratu Agung adalah Kelamba Api atau Raden Cili, Manuk...
Asal Usul Pagar Dewa merupakan cerita rakyat Bengkulu . Alkisah, zaman dahulu kala di Bengkulu, terdapat sebuah telaga. Masyarakat Bengkulu saat itu menyebutnya dengan nama telaga Dewa, karena mereka mempercayai bahwa telaga tersebut merupakan tempat membersihkan diri para dewa dari kahyangan saat bulan purnama. Masyarakat tidak berani mendekati telaga Dewa karena percaya bahwa telaga Dewa merupakan tempat keramat. Di sebuah desa ada seorang bujang tua yang berharap ingin cepat menikah. Si bujang tua tidak mempercayai anggapan masyarakat bahwa telaga Dewa merupakan tempat para dewata membersihkan diri. Muncul niatan dari si bujang tua untuk membuktikan anggapan masyarakat mengenai telaga Dewa. Ia berniat akan mendatangi telaga Dewa di saat bulan purnama nanti. Tibalah saat bulan purnama, Si bujang tua segera bergegas mendatangi telaga Dewa dengan rasa penasaran. Awalnya ia tidak melihat hal-hal aneh di telaga Dewa. Namun setelah sekian lama menunggu, akhirnya datangl...
Keramat Riak merupakan cerita rakyat daerah Bengkulu . Di Provinsi Bengkulu ada sebuah daerah bernama Keramat Riak. Dahulu, daerah tersebut ditinggali oleh sekelompok masyarakat yang dipimpin oleh seorang raja kejam bernama Riak Bakau. Raja Riak Bakau tidak segan-segan akan menghukum siapa saja yang berani menentangnya. Hingga suatu ketika, ada sebuah kejadian yang membuat Keramat Riak berubah menjadi sebuah hutan lebat dan seluruh penduduknya menjelma menjadi kera. Kakek Tua Misterius Alkisah dahulu kala, di suatu siang terik, nampak seorang kakek tua berjalan tertatih sambil menggendong sebuah jala melewati pendopo istana kerajaan Keramat Riak. Si kakek tampak begitu lelah. Rupanya, ia baru saja pulang dari sungai mencari ikan. Ia memutuskan untuk duduk beristirahat di depan pendopo istana yang selalu dijaga ketat oleh dua orang prajurit kerajaan. Jala milik Si kakek yang memakai pemberat dari rantai emas diletakkannya di tanah. Rantai jala itu nampak berkilau diterp...
Menurut cerita rakyat Bengkulu , asal mula nama Bengkulu berawal saat terjadi peperangan antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Serut. Pangkal masalahnya adalah penolakan lamaran Putra Raja Aceh oleh Raja Anak Dalam Muara Bengkulu, Raja Kerajaan Serut. Peperangan terjadi antara kedua kerajaan tersebut dengan hebatnya tanpa ada pihak menang maupun pihak kalah. Alkisah, dahulu kala tersebutlah sebuah kerajaan di Bengkulu bernama Kerajaan Serut yang dipimpin oleh Ratu Agung. Ratu Agung memiliki tujuh orang anak. Si sulung bernama Pangeran Anak Dalam Muara Bengkulu, sedang si bungsu bernama Putri Gading Cempaka . Saat Ratu Agung wafat, Pangeran Anak Dalam Muara Bengkulu dinobatkan sebagai penggantinya. Ia kemudian memerintah Kerajaan Serut dengan adil bijaksana melanjutkan keadilan ayahandanya. Di bawah kepemimpinannya, perdagangan Kerajaan Serut menjadi berkembang pesat. Pangeran Kerajaan Aceh Ingin Melamar Putri Gading Cempaka Seiring berjalanny...
Cerita rakyat daerah Bengkulu , Bujang Awang Tabuang, menceritakan tentang seorang pemuda tampan lagi sakti mandraguna. Ia merupakan putra Raja Kramo Kratu Agung dan permaisurinya Putri Rimas Bangesu. Karena dianggap tidak mampu memberikan keturunan, Putri Rimas Bangesu diasingkan ke tengah hutan oleh suaminya sendiri atas nasehat penasehat kerajaan. Pada dahulu kala di daerah Bengkulu, terdapat sebuah kerajaan bernama Peremban Panas. Kerajaan peremban Panas dipimpin oleh Raja Kramo Kratu Agung. Sang Permaisuri bernama Putri Rimas Bangesu. Sang Raja memerintah secara adil bijaksana. Rakyat Kerajaan Peremban Panas sangat menghormati dan mencintai raja mereka. Namun kebahagiaan Raja Kramo Kratu Agung sedikit terganggu, karena setelah menikah selama enam tahun dengan Permasuri Putri Rimas Bangesu, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Sang Raja merasa khawatir, siapa akan meneruskan tahta kerajaannya nanti. Kerabat kerajaan kemudian berembug untuk membica...
Legenda Ular Kepala Tujuh merupakan cerita rakyat Bengkulu , tepatnya Kabupaten Lebong . Menceritakan petualangan Gajah Merik, putra bungsu Raja Bikau Bermano mengalahkan Ular Kepala Tujuh penunggu Danau Tes. Ular tersebut dipercayai oleh masyarakat Lebong sebagai penunggu Danau Tes. Sarangnya berada di Teluk Lem sampai di bawah Pondok Lucuk. Oleh karenanya, jika penduduk melintas di atas danau Tes menggunakan perahu, mereka tidak berani berkata sembrono. Alkisah, dahulu kala berdiri sebuah kerajaan bernama Kutei Rukam yang dipimpin oleh Raja Bikau Bermano. Sang Raja mempunyai delapan orang putra. Suatu ketika, Raja Bikau Bermano hendak melangsungkan upacara perkawinan putranya yang bernama Gajah Meram dengan seorang putri dari Kerajaan Suka Negeri yang bernama Putri Jinggai. Pihak istana kerajaan Kutei Rukam kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk melangsungkan pernikahan semeriah mungkin. Gajah Meram Beserta Calon Istrinya Hilang Tibalah hari pernikah...