MITOS GUA MARGO TRESNA NGANJUK Gua Margo Tresna, merupakan salah satu tempat periwisata yang berada di Kabupaten Nganjuk. Gua ini terletak di di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngluyu 35 Km arah utara pusat Kota Nganjuk. Nama Gua ini berasal dari Bahasa Jawa, yakni margo dan tresna. Margo memiliki arti sebuah jalan, sedangkan tresna berarti cinta. Tentu nama gua ini tidak diabil secara cuma-cuma. Ada sebuah cerita dibalik pemberian nama gua ini. Konon pada zaman Perang Pajang, kawasan Gua Margo Tresna menjadi tempat persembunyian seorang penggowo yang bernama Tlimah. Penggowo tersebut memiliki kesaktian untuk melindungi dan menjaga masyarakat dari segala ancaman yang ada. Karena kekuatan penggowo yang akhirnya menciptakan kedamaian dan ketentraman tersebut, akhirnya muncul kepercayaan bahwa Gua Margo Tresna merupakan tempat yang tepat untuk melakukan kegiatan lamun-lamun. Mulai mengola...
Dahulu terdapat sebuah desa bernama Desa Sukoreno warganya hidup dengan makmur. Hasil bumi yang melimpah ruah membuat wargamya hidup dalam berkecukupan. Semua yang dibutuhkan tinggal memetik di kebun dan sawah sendiri. Sehingga setiap musom panen mereka mengadakan suatu acara semacam selamatan sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME atas segala hasil bumi yang diberikan. Namun ketenangan itu berlangsung lama hingga sekawanan perampok bersenjata tak dikenal dating seminggu sekali dan bertindak semau mereka sendiri. Mereka menetapkan aturan bahwa setengah dari hasil pertanian dan perkebunan akan menjadi milik para perampok. Bagi mereka yang menentang, maka senapanlah ujung- ujungnya. “Pak, ayo pergi berunding dengan Pak Lurah untuk mengatasi kawanan perampok- perampok itu!” pinta seorang pemuda bernama Jaka Sambang pada bapaknya. “Buat apa kita susah – susah. Warga desa sudah pernah melawan, tapi tak ada hasilnya,”jawab bapaknya pasrah....
Kabupaten Pasuruan yang selama ini membuat kita bangga karena kesantriannya, ternyata mempunyai banyak hal lagi yang menjadikan kita lebih percaya diri jika dibandingkan dengan Kabupaten lain. Di antaranya adalah masyarakatnya yang mempunyai segudang cerita rakyat dan legenda. Karena banyaknya cerita rakyat dan legenda yang kita punya, sehingga hanya beberapa saja yang kita ketahui, contohnya Untung Suropati dan sebagainya. Kita belum kenal dengan legenda-legenda atau cerita-cerita rakyat yang lain. Legenda masyarakat Pandaan contohnya, kita mungkin belum pernah dengar dengan legenda Dusun Kemiri Sewu, Duren Sewu, Ngampir, Ledok dan lain-lain. Juga legenda masyarakat Gempol, contohnya Dusun Randupitu, Ngerong, Keboireng, Ngingas, Pucang dan sebagainya. Oleh karena itu mari kita simak legenda berikut. Meskipun dalam satu legenda, tetapi legenda ini mewakili dari enam Dusun yang ada di Kecamatan Gempol dan Beji. Keboireng, Ngingas, Pucang, dan Kedanten Kulon adalah tiga dusun kel...
Pada zaman dahulu desa Kademangan Klindungan terkenal sebagai desa yang tenteram, pemandangannya sangat elok dan dikelilingi oleh hutan belantara. Suatu hari datanglah seorang wanita yang sangat cantik ke Kademangan Klindungan. Pakaian yang dipakai laksana puteri keraton, wanita itu adalah Endang Sukarni. Endang Sukarni merupakan salah seorang puteri kerajaan Mataram. Karena terjadi kekacauan di Mataram, akhirnya dia meninggalkan kerajaan. Dia menempuh perjalan yang sangat panjang dan melelahkan sampai kearah timur Pasuruan. Setelah sekian lama perjalanan, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil melepas letih. Pada saat itu melintas seorang warga dihadapan Endang Sukarni. “ Di daerah manakah sekarang saya berada ? “ Tanya Endang Sukarni, sambil terheran – heran. Warga tersebut menjawab, “ Puteri sekarang berada di Kedemangan Klindungan.” “ Maaf, kalau boleh saya tahu, siapa orang yang dituakan dan dihormati di daerah ini...
Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Purwacaraka dan rajanya bernama Sri Baginda Raja Purwa. Ia memiliki seorang putri bernama Nyi Mas Madusari. Parasnya cantik, rambutnya ikal mayang, kembannya sutra kesumba, kainnya batik Parang Mas dan tabiatnya baik sekali. Ia memiliki saputangan pelangi. Jika tersenyum, banyak hati yang tertawan. Pada suatu hari, sang Putri bersedih hati karena saputangan pelanginya hilang. Rupanya ada pencuri sakti yang berani memasuki Tamansari. “Wahai, emban! Alangkah tak nyaman hatiku. Bunga-bunga indah di taman tiada menarik hati,” kata Nyi Mas Madusari. “Oh, sang Putri, bila Emban boleh tahu, apakah gerangan yang membuat sedih hati sang Putri?” Tanya Ken Sanggem, emban kesayangan Nyi Mas Madusari. “Emban, saputangan pelangiku hilang,” jawab Nyi Mas Madusari. “Ya ampun, bagaimana saputangan pelangi sang Putri bisa hilang?” “Entahlah, rupanya ada seorang pencur...
Pada suatu ketika Arjuna bertapa di puncak sebuah gunung dengan sangat tekunnya, hingga berbulan – bulan. Karena ketekunannya hingga tubuhnya mengeluarkan sinar yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Karena perbawanya yang hebat jika burung berani terbang di atasnya pastilah jatuh tersungkur. Makhluk apapun tak berani mengganggu. Begitu khusuknya Arjuna bersemedi hingga menimbulkan goro-goro di Kahyangan Suralaya, Kahyangan geger. Kawah condrodimuko mendidih menyemburkan muntahan lahar. Bumi bergoncang, Petir menggelegar di siang bolong, terjadi hujan salah musim hingga menimbulkan banjir, menyebarkan penyakit, orang yang sore sakit pagi mati, pagi sakit sore mati. Bahkan gunung tempatnya bertapa menjadi terangkat menjulang ke langit. Para Dewa sangat kuatir, mereka berkumpul mengadakan sidang dipimpin oleh Batara Guru. “Ada apa gerangan yang terjadi di Marcapada , kakang Narada. Hingga Kahyangan menjadi geger” sabda Batara Guru, sebagai kata pembuk...
Pada jaman kejayaan Majapahit, hidup seorang Mpu terkenal yang bernama Mpu Supa. Keris dan tombak buatannya amat indah bentuk rupanya serta bertuah. Pada suatu hari, MpuSupa dipanggil menghadap raja. Berdebar hatinya karena dipanggil raja yang tiba-tiba itu. Dengan bergegas, Mpu Supa segera menghadap ke kerajaan. Sebelum Mpu Supa menjawab pertanyaan Raja, Raja pun telah bersabda pula: “Supa, engkau tahu, bahwa keris pusaka Majapahit Sumelang Gandring telah pergi dari sarungnya.” “Kita harus cepat bertindak,” sabda Raja lagi. Mpu Supa diam sejenak, karena memikirkan siasat apa yang akan digunakan untuk menemukan kembali keris pusaka itu. “Gusti, perkenankanlah hamba meninggalkan Majapahit. Akan tetapi kepergian hamba, hendaknya seakan-akan diusir baginda,” kata Mpu Supa bersungguh-sungguh. “Kalau demikian permintaanmu, kapankah Supa berangkat,” sabda Raja kepada Mpu Supa. “Segera, Tuanku, setelah ini,” jawab...
Gunung Bromo tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan mastarkat suku Tengger. Legenda kasada adalah merupakan cikal bakal rakyat Tengger dan menggambarkan hubungan manusia dan makhluk halus gunung Bromo. Dalam legenda kasada makhluk halus gunung Bromo tidak memilki namA sendiri tetapi di panggil oleh nama Sang Yang Widhi. Cikal bakal Tengger dalam ceritanya digambarkan sebagai asal – usulnya dari kerajaan majapahit dari sebelum keturunan kerajaan Hindu-Budha di jawa. Tujuan legenda kasada adalah bahwa suatu nenek monyang Tengger bernama “Dewa Kusuma” anak dari “Joko Seger” dan “Rara Anteng” mengorbankan jiwanya untuk keluarganya dan orang Tengger. Akibatnya adalah perjanjian di antara roh leluhur “Dewa Kusuma”dan orang Tengger untuk memberi sesajian setiap tanggal 14 bulan kasada dalam ketanggalan Tengger. Upacara sesajian itu bernama “Upacara Kasada” dan diikuti oleh orang Tengger satu tahun sekali sampai sekar...
Hubungan yang nggak direstui orangtua itu memang bikin sakit ya. Utamanya karena pada akhirnya nanti kita nggak bakal bisa menikahi pasangan karena terhalang restu. Duh, rasanya kayak percuma menghabiskan waktu sedemikian lama tapi nggak bisa menyandingnya di pelaminan. Biasanya kalau sudah begini, jalan terakhirnya adalah kawin lari walaupun risikonya besar. Kawin lari mungkin bisa dibilang sebagai aib ya, tapi di Banyuwangi hal tersebut tidak dianggap memalukan. Ya, kawin lari bagi Suku Osing di sana merupakan hal yang dimaklumi bahkan jadi bagian adat. Istilah untuk kawin lari di sana adalah Kawin Colong. Keduanya sebenarnya agak berbeda, tapi intinya sama, yakni memaksa orangtua si mempelai wanita untuk memberikan restu. Kawin Colong mungkin terkesan gampang ya, tapi dalam praktiknya tentu nggak semudah itu. Butuh banyak persiapan, terutama mental bagi pasangan yang melakukannya. Lebih dalam tentang ritual unik satu itu, berikut adalah beberapa hal tentang Kawin Colong y...